Sunday 24 April 2016

Z Junior Highschool Part 22


   Selamat Malam :v :v :v

   Besok UAS, gimana nih. Sering dimarahin karena main laptop aja sama orang tua, tapi gimana ya? Mumpung masih punya waktu, jadi saya melanjutkan menulis cerita gaje bin parah.

   Oke lanjut saja.



SELAMAT MEMBACA


   Sedangkan disisi lain...

   "Wah, petasanmu sangat membantu"

   Enggar yang mendengarnya hanya cengir sambil melemparkan beberapa petasan lagi disisi jalan.

   "DOR!! Kerrt..!! Krrttt....!! DAAR!!' (Suara petasan yang kecil-kecil itu lho :v).

   "Cepat maju, jangan berisik" bisik Taufik, sednagkan yang lain hanya menurut sambil berjalan melewati zombie yang terpancing petasan Enggar.

   "Tapi kita tak bisa begini terus, malam semakin larut" ujar Fitria.

   "Benar, tapi dimana kita singgah?" tanya Najwa.

   "Rika sudah ngantuk..." ujar Rika sambil mengucek matanya yang merah. Oh ya, wakizashi milik Niam diberikan kepada Rika. Hanya untuk jaga-jaga.

   "Tahan sebentar lagi Rika" bujuk Febri yang menggendong Agung. Yang lain terus berjalan sebelum Raihan menyuruh berhenti.

   "Berhenti! Lihat zombie didepan, banyak sekali. Bagaimana bisa kita lewat?" ujar Raihan.

   "Ya ampun" keluh Choki yang sudah putus asa (diakan nggak ngelakuin apa-apa).

   Yang lain termenung. Tiba-tiba Enggar nyengir.

   "Eh Enggar, ada apa?" tanya Ardhika yang melihat Enggar bertingkah aneh.

   "Kalau ditembaki satu-persatu repot bukan?" ujar Enggar sambil mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Semua yang melihatnya terbelalak.

    "Jadi, lebih baik kita ledakan saja!" ujar Enggar bersemangat sambil memegang sebuah kembang api yang besar.

    "Dia sudah gila" ujar Diaz. Enggar menyulut sumbu kembang api diujungnya, kemudian mengarahkannya kekerumunan zombie didepan.

   "Oke, ayo Rock n roll!!" seru Enggar. Yang lain sudah menutup telinga. Beberapa saat kemudian, kembang api sudah menyala dan meluncur kearah kerumunan zombie.

   "Ctaaar.!!"

   "DAAAARRRR.....!!!!"

   "Indahnya~" ujar Rika terkagum-kagum saat melihat zombie-zombie berpentalan akibat kembang api itu.

   Tembakan kembang api berlangsung 8 kali, sebelum akhirnya habis.

   "Yah, sudah habis~" ujar Enggar kecewa.

   "Ya sih idemu lumayan meledakan mereka dengan kembang api. Tapi dari sekian banyak zombie didepan, yang mati cuma 3!" Enggar langsung mendapat 3 jitakan dari Najwa, Fitria, dan Diaz.

   "Hahahaha, berarti kita atasi dengan cara biasa lagi" ujar Ardhika sambil menghunus katana Adam. Katana-nya mungkin sudah meledak tadi di SPBU, jadi dia memakai katana Adam.

   "Hm, mungkin" ujar Enggar dengan kepala benjol sambil bersiap dengan M14 EBR-nya.

   "Eh, ada apa?" tanya Agung. Rupanya dia sudah tersadar dari pingsannya. Febri menurunkan Agung.

   "Kau tak apa-apa kan?" tanya Febri.

   "Ya, makasih" ujar Agung merona (?).

   "Ya, nggak apa-apa" ujar Febri tersenyum lembut.

   "Hah!? Boy x boy!" Ardhika menutup mulutnya, sedangkan yang lain hanya cengo.

   Febri dan Agung yang mendengarnya langsung menjauhkan diri "Bukan begitu goblok!!" bentak Febri.

   "Oh ya ada apa, dimana ini?" tanya Agung (ingat, dia tidak membawa katana-nya).

   "Nggak, kita cuma mau memulai pesta, iya kan?" tanya Enggar ke Ardhika dan Taufik, sebelum disambut dengan sebuah anggukan.

   "Baiklah, ayo!!"

   "DOR!"



.     .     .     .     .



   06.23 WIB.

   Fajar terbangun dari tidurnya. Matanya sedikit terbuka, kemudian dia menoleh kekanan dan kekiri. Oh ya dia ingat, dia dan Nuansha ada dirumah pohon, dan karena ledakan tadi membuat mereka berdua terpisah dari kelompok. Fajar yang sudah bangun sepenuhnya mencari Nuansha, yang ternyata ada disampingnya. Fajar terkejut. Apalagi kepala Nuansha bersandar dibahu Fajar, dan ditambah tangannya dan tangan Nuansha bersentuhan.

   "Eh" Fajar hampir terpekik. Mukanya merona lagi. Dia segera menarik tangannya dari tangan Nuansha, dan hampir bangkit kalau saja dia tidak ingat bahwa Nuansha bersandar dibahunya, dan jika dia bangkit akan membuat dia terbangun. Makanya dia menurungkan niatnya.

   "Ya ampun, kenapa aku terjebak disituasi seperti ini" keluh Fajar. Bisa terdengar dengkuran Nuansha yang halus dan teratur, dan napasnya tepat mengenail leher Fajar, membuat Fajar berdigik.

   "Bagaimana ini?" tanya Fajar entah pada siapa, apakah kepada kucing yang tidur dipojok rumah pohon. Fajar hanya pasrah sambil menunggu Nuansha bangun.

   "Eh, ehmm..." Nuansha terbangun dari tidurnya. Fajar yang melihatnya menghela napas lega.

   "Bagaimana tidurnya?" tanya Fajar tersenyum.

   Nuansha yang belum bangun sepenuhnya hanya menatap Fajar. Sesaat kemudian baru dia sadar bahwa jaraknya dengan Fajar sangat dekat, dan posisi tidur dia. Sontak Nuansha melompat menjauh dari Fajar.

   "Kau membuatku kesusahan, dengan tidurmu yang seperti itu" ujar Fajar. Sedangkan Nuansha hanya menunduk.

   "Maaf, selain itu... kapan kita berangkat lagi?" tanya Nuansha sambil memasukkan seragam Fajar tanpa sepengetahuannya kedalam tasnya.

   "Sekarang" jawab Fajar sambil mengambil Ithaca-nya dan tasnya kemudian melongok keluar. Terdapat 3 zombie tak jauh dari pohon, ditambah 6 zombie dikebun.

   "Wah, bakal sulit" ujar Fajar, sedangkan Nuansha ikut melongok keluar "Aku turun duluan, kemudian kamu nyusul" bisik Fajar, disambut anggukan Nuansha.

   Fajar mulai menuruni tangga pohon dengan kesiagaan tinggi. Rasanya menuruni tangga seperti menuruni gunung, terasa lama sekali. Sedangkan Nuansha melihatnya dengan ekspresi tegang.

   "tap"

   Fajar menapak tanah, untung zombie-zombie itu tidak menyadari keberadaan Fajar. Fajar memberi isyarat kepada Nuansha, dan Nuansha menuruni tangga. Tapi malang, saat sampai ditangga terakhir Nuansha terpeleset dan jatuh ketanah.

   "BUK!"

   Sontak zombie yang mendengarnya segera merespon dan mendatangi Fajar dan Nuansha dengan ganas.

   "DOR!"

   Satu zombie ambruk, Fajar melepaskan tembakannya.

   "Kalau begini tak bisa dihadapi satu persatu, Nuansha tetaplah dibelakangku" ujar Fajar sambil melepaskan tembakannya lagi.

   "DOR!"

   "DOR!"

   "DOR!"

   "DOR!"

   "Sial habis" keluh Fajar. Ithaca tidak memakai magazin, jadi Fajar harus memasukkan pelurunya satu persatu.

   "Cuma 5 doank!?" Fajar terkejut mengetahui jumlah amunisi dikantung celananya hanya ada lima. Tanpa pikir panjang Fajar segera mengisi kembali pelurunya. Tapi tanpa disadarinya, sesosok zombie mendatangi dirinya.

   "JLEB!"

   Belum selesai Fajar menyelesaikan keterkejutannya, dia melihat zombie didekatnya sudah mati. Dilihatnya, Nuansha menusuknya dengan garpu taman yang entah dimana dia dapatkan.

   "Terima kasih Nuansha, tanganmu yang satu lagi tidak apa-apa?" tanya Fajar sambil melepaskan tembakannya lagi.

   "Tidak apa-apa, sudah bisa digerakkan walau sedikit" ujar Nuansha sambil mengayunkan garpu taman kearah 2 zombie disampingnya.

   "Kalau begitu jangan dipaksakan" Fajar menyampingkan Ithaca-nya dan menghunus goloknya. Mereka berdua mati-matian bertahan, sebelum akhirnya Fajar dan Nuansha keluar dari rumah itu.

   "Fajar, kita pakai itu saja" usul Nuansha sambil menunjuk sebuah motor.

   "Ide bagus!" Fajar dan Nuansha segera berlari kearah motor itu sambil sesekali membunuh zombie yang menghalangi.

   "Nuansha, basmi zombie yang mendekati kita" ujar Fajar. Untung saja kunci motornya ada, tapi ada ditangan sebuah zombie. Fajar segera memotong kepala zombie itu dan mengambil kuncinya. Fajar kemudian menyalakan motornya.

   "BRMMM...!! BRRMM...!!"

   Zombie disekitar mereka merespon suara motor itu. Nuansha segera naik dan Fajar segera tancap gas dari sana.

   "Fajar, sepertinya bila kita memutar melewati hutan dan drainase itu, kita akan sampai dijalan tol Bitung" ujar Nuansha sambil mengayunkan garpu taman-nya kearah zombie yang mencoba mendekat.

   "Baiklah, ayo lebih cepat!"



.     .     .     .     .

   
  
   "Bagaimana? Sudah bisa?" tanya Choki.

   "Belum" jawab Galih.

   Ardhika, Enggar, Fitria, Raihan, Rika, Nuansha, Agung, Febri, Taufik, Diaz, Najwa, dan Choki saat ini sedang ada disisi jalan tol. Pada tengah malam, mereka menemukan bus yang tergeletak (tergeletak, lu kira apa thor!) disisi jalan. Karena sudah malam, jadi mereka memutuskan beristirahat disana. Kemudian keesokannya mereka hendak pergi dengan bus ini, tapi ternyata bus ini mogok. Makanya Galih sedang mencoba memperbaikinya dengan perkakas yang kebeulan ada didalam bus. Sedangkan Galih membetulkan bus, beberapa orang seperti Ardhika, Diaz, Taufik, dan Febri berjaga ditempat.

   "Akan berbahaya bila kita akan disini lebih lama" ujar Ardhika sambil menghunuskan katana-nya kekepala zombie.

   "Tunggu sebentar lagi" ujar Galih yang kembali berkutat dengan mesin. 

   Oh ya ngomong-ngomong, Agung telah menceritakan sebab kenapa SPBU terbakar tiba-tiba. Katanya itu karena dia, Febri dan Fitria yang menjadi saksinya. Dia mempunyai sebuah yang orang-orang sebut sebagai anugrah tuhan, kinesis. Singkatnya Agung memiliki kemampuan Pyrokinesis (kemampuan mengendalikan api). Menurut orang tuanya, dia sudah terlahir dengan kemampuan itu, dan itulah sebabnya dulu dia dan keluarganya diusir dari tempat asalnya, Cirebon. Semuanya mendengar cerita Agung dengan seksama. 

   "Zombie-nya tidak terlalu banyak hari ini" ujar Taufik.

   "Walau begitu kita harus tetap waspada dan jangan lengah" ujar Enggar dari pintu kecil atas bus dengan teropongnya.

   "Ya nggak apa-apa kamu ngomong kayak gitu, tapi bisakah kau turun sekarang. Bahuku pegal" keluh Raihan. Rupanya Enggar bisa muncul dari pintu itu karena ditopang oleh Raihan, dan tampaknya Rihan sudah tidak kuat lagi.

   "Hah, dasar lemah" ejek Enggar. Dia lalu menaiki atap bus dengan kepala Raihan sebagai pijakannya. Enggar akhirnya berhasil naik keatas atap, sedangkan Raihan hanya protes sambil mengeluarakan sejumlah kata-kata mutiara (?).

   "Apa masih lama?" tanya Diaz yang sudah menyelesaikan zombie didepannya.

   "Sebentar" ujar Galih sambil meraba-raba disekitarnya.

   "Aduh, dimana kunci inggris-nya?" tanya Galih.

   Rika yang kebetulan berada didekatnya mengambilkan sebuah kunci inggris didekat kakinya.

   "Ini kak" ujar Rika sambil memberikan kunci inggris kepada tangan Galih.

   "Oh, makasih Rika" ujar Galih, dia tahu Rika yang memberinya dari suaranya.

   Sedangkan dibus...

   "Ya ampun, persediaan makanan disini hampir habis" keluh Fitria.

   "Aku juga cuma bisa 'menyelamatkan' snak-ku" ujar Najwa.

   "Apa kita akan 'merampok' lagi?" tanya Choki yang sudah berada didalam mobil. Untungnya dia sempat membawa kotak P3K-nya.

   "Mungkin, tapi disepanjang jalan tol ini tidak ada minimarket lagi" ujar Raihan sambil membersihkan bekas pijakan sepatu Enggar dibajunya.

   "Ya ampun" keluh mereka semua.

   "Aku mau pipis dulu" ujar Agung sambil melompat keluar dari bus.

   "Oh ya, cadangan pembalutnya kau bawa tidak?" tanya Najwa tiba-tiba.

   "Ya ampun, aku lupa membawanya!" pekik Fitria.

   "Bagaimana ini~" mereka berdua pundung dipojokan, sedangkan Choki dan Raihan hanya melihatnya dengan tatapan cengo.

   "Baiklah selesai!" ujar Galih sembari bangkit dan membereskan perkakasnya.

   "Untung saja ada kak Galih" lega Diaz.

   "Oh Choki, tolong ambilkan senapanku" ujar Enggar dari atasnya saat tahu bahwa bus-nya sudah diperbaiki.

   "Yang mana?" tanya Choki.

   "Yang itu" ujar Enggar melongok kedalam sambil menunjuk M14-EBR-nya. Choki mengambil dan memberinya kepada Enggar.

   "Woi, gua juga mau ikut" ujar Taufik saat melihat Enggar diatas.

   "Aku juga" sahut Febri dan Ardhika bersamaan. Mereka bertiga naik dengan melompat menggapai atapnya dan berpijak pada kursi disampingnya. Mereka tak mengalami kesulitan karena tubuh mereka tinggi, tidak seperti Enggar (ditembak beruntun oleh Enggar).

   "Semua sudah naik?" tanya Galih yang sudah ada dikursi sopir.

   "Sudah!" sahut semuanya.

   "Baiklah" Galih menyalakan mesin. Ingat Galih bisa menyalakan mobil tanpa kunci.

   Dan pada saat bersamaan, Enggar merasakan sesuatu yang cepat menuju kemari. Dia dengan cepat bergegas kebelakang dan menggunakan teropong-nya.

   "Tunggu sebentar!" seru Enggar, sehingga terdengar sampai dibawah.

   "Ada apa?" tanya Taufik.

   "Lihatlah kesana" ujar Enggar sambil menunjuk kebelakang jalan. Sontak semuanya melihat kearah sana. Kecuali Rika, karena dia sibuk dengan game Snake Xenzia.

   "Itu..."

   Terpampang 300 meter dari bus, sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi, dan 2 orang yang menaikinya. Semua sontak terkejut dengan 2 orang itu.

   "...Fajar dan Nuansha!!" pekik semuanya.

   Fajar dan Nuansha menaiki motor yang terus melaju dengan cepat. 

   "Jar, hati-hati!" seru Nuansha. Saking cepatnya, dia memeluk pinggang Fajar karena takut jatuh.

   "Hah!? Aku tak dengar!?" seru Fajar. Tentu saja itu disengaja.

   Tiba-tiba sebuah kembang api meluncur tepat diatas bus. Fajar dan Nuansha melihatnya.

   "Si Enggar" ujar Fajar "Itu kelompok kita" lanjutnya sambil menurunkan kecepatan motornya.

   "Benarkah?" tanya Nuansha. Fajar tidak menjawab sambil fokus pada motornya.

   "Syukurlah mereka berdua selamat" ujar Najwa.

   Motor Fajar dan Nuansha akhirnya tiba didekat bus. Terdapat 3 zombie didekatnya. Fajar menebasnya dengan golok sedangkan Nuansha menghempaskan 2 zombie dengan garpu tamannya.

   Raihan langsung bergegas membuka pintu bus dibelakang. "Cepat masuk!"

   Fajar dan Nuansha segera masuk kedalam. Tapi saat Nuansha masuk kedalam bus, zombie diluar tiba-tiba menarik bajunya. Sontak semua yang ada didalam panik.

   "DOR!"

   Nuansha yang menutup mata, mengira dia akan mati, membuka matanya saat mendengar suara tembakan. Dilihatnya Fajar dengan Ithaca-nya yang moncongnya berasap. Rupanya dia menembak zombie yang menarik Nuansha. 

   "Terima kasih Fajar" Nuansha segera bangkit dan menendang bangkai zombie dipintu bus. Raihan segera menutup pintu bus.

   "Jalan Galih!" seru Fitria. Dan tanpa diulangi lagi Galih menginjak gas, bus melaju dengan cepat.

   "Choki, dimana Choki!?" tanya Fajar.

   "Disini, ada apa?" tanyannya.

   "Tolong obati lengan Nuansha. Jangan khawatir ini bukan gigitan, tapi terluka karena benda tajam saat ledakan tadi" ujar Fajar. Choki langsung mendekati Nuansha, membuka balutan dasi dan tisu pada lukanya dna memeriksanya.

   "Ya kau benar, ini bukan luka gigitan" Choki dengan sigap langsung membersihkan lukanya dan mengobati lengan Nuansha.

   "Oh ya ngomong-ngomong, kenapa kau hanya memakai kaos saja?" tanya Fitria menyelidik. Sontak Fajar dan Nuansha memerah mukanya.

   "Bukan apa-apa" ujar Fajar.

   "Penolakan yang tegas" ujar Diaz yang entah sejak kapan sudah memakai ikat kepala bertuliskan 'Detektif'.

   "Mencurigakan...mencurigakan!" ujar Najwa yang sama seperti Diaz.

   "Jangan-jangan...." ucapan Fitria terputus.

   "SEKS TERLARANG!!" pekik mereka bertiga, bahkan Choki yang sudah selesai mengobati Nuansha ikut-ikutan.

   "Bukan begitu geblek!!" seru Fajar dan Nuansha.

   "Mereka kompak sekali!" pekik mereka berempat.

   Sedangkan diatap bus, Ardhika dan Febri mendengar ribut-ribut dibawah.

   "Ada apa disana?" tanya Febri.

   "Meneketehe" jawab Ardhika seenak jidat.

   Dan akhirnya kelompok mereka bergabung kembali dan melanjutkan perjalanan.


   Dan juga sudah memasuki hari kelima



TO BE CONTINUED

   

   

   

   

No comments:

Post a Comment