Thursday 31 March 2016

Reversed Soul Chapter 5





Saat ini Fandy sedang menaiki angkot dengan beberapa anak lain menuju sebuah rumah sakit yang merawat Asha. Karena banyaknya anak, jadi jumlah angkot yang mengangkut anak kelas IX C adalah 5. Fandy ada diangkot yang ke-4, bersama anak cowok yang lain.
"Ne, Fandy, bagaimana ya rasanya saat kau melihat tubuhmu sendiri?" tanya Asha.
"Biasa saja, gua tiap hari ngeliat wajah ganteng gua (?) dicermin" jawab Fandy, tapi dia lupa untuk berbicara didalam hati, jadi semua anak murid diangkot melihat Fandy.
"Fandy, ada apa?" tanya seorang murid, Muhammad Taufik Zailana.
"Eh!? Oh, tidak apa-apa" jawab Fandy tergugup.
"Fandy, akhir-akhir ini sikapmu berubah" ujar satu murid lagi, Sabila Arasyadi.
"Hmm, ada apa dengan sifat gua?" tanya Fandy songong.
"Sekarang lu lebih banyak diem, kadang malah ngomong sendiri. Lu juga sekarang lebih sering masuk pagi. Kemudian seperti tadi, katanya nilai lu mendadak naik secara drastis. Entah ini perasaan gua, tapi lu mulai berubah tepat keesokan hari setelah kecelakaan Asha. Ada apa?" tanya Sabil. Sedangkan Fandy hanya terdiam saja sambil menengok kejendela angkot "Bukan urusan lu, lagipula gua nggak kenapa-napa"
"Tapi..."
"Berisik lu!"

.     .     .     .     .

"Maaf, tapi hanya beberapa orang saja yang bisa masuk, supaya tidak menganggu pasien"
Saat ini semuanya sudah ada dirumah sakit, tepatnya diruang tunggu. Tapi sayang, perawat hanya mengizinkan beberapa orang saja untuk menjenguk Asha.
"Jadi.." Ella membalikkan badan "..siapa aja yang mau masuk kedalam? Tentu saja aku ikut"
"Aku, karena aku ketua kelas" ujar ketua kelas, Rizki Dwi Febriansyah (bisa disingkat DF).
"Aku" ujar Adam.
"Aku juga" ujar salah satu teman dekat Asha, Aisyah Maharani.
"Siapa lagi yang mau?" tanya Ella.
"DEG!"
Tiba-tiba tanpa persetujuan Fandy, Asha bertukar tubuh dengan Fandy kemudian memberitahu Ella untuk ikut.
"Aku!" dua suara bersahutan bersamaan.
Semua menatap Fandy dan satu orang lagi, Nida'an Khofiya.
"Eh!? Fandy? Tumben kau perhatian kayak gini" sindir Nida'an.
"Eh perhatian apanya? Aku cuma ingin melihat tubuhku-Eh maksudnya si Asha doank. Soalnya dia yang sudah menyelamatkanku" ucap Asha sebagai Fandy yang hampir keceplosan, sedangkan Fandy yang mendengarnya hanya sweetdrop.
"Hmm, bagaimana kalau kalian suit saja?" usul Aisyah.
"Okelah"
"Aku takkan kalah"
"Baiklah, mulai!!"
Asha (sebagai Fandy) mengeluarkan batu, sedangkan Nida'an mengeluarkan jari telunjuk (mereka belum sepakat suit apa yang dipakai).
"Eh, kok lu batu sih!? Ulang-ulang!! Ikutin gua!" seru Nida'an
"Yeh, ogah! Ngapain gua ikutin lu" sewot Asha (sebagai Fandy), sehingga semua yang disana terkejut.
"Njiir, Fandy ngomongnya kayak cewek"
"Gw nggak pernah denger Fandy ngomong kayak gitu"
"Aneh..."
"Kau membuatku malu" tukas Fandy dalam tubuh Fandy (kok rasanya aneh sih?).
"Sudah-sudah, kita pakai koin saja" usul DF. Fandy (Asha) dan Nida'an setuju.
"Aku angka" ujar Nida'an.
"Aku garuda" ujar Fandy (Asha).
DF melempar koin dan menangkapnya.

.     .     .     .     .

"Tok-tok-tok"
"Masuk"
Pintu terbuka, seorang perawat muncul "Maaf menganggu, teman-teman sekelas pasien datang menjenguk" beritahu perawat.
"Oh, persilahkan mereka masuk" ujar seorang wanita paruh baya berjilbab yang ternyata adalah ibunya Asha.
"Baik" perawat itu menghilang dibalik pintu (bukan hilang beneran). Selang beberapa detik, 5 menit muncul memasuki ruangan.
"Assalamualaikum" salam mereka berlima, oh iya Asha dan Fandy sudah tukar posisi lagi seperti semula.
"Waalaikumsalam" balas ibunya Asha "Mau menjenguk Asha ya?" tanyanya lemah lembut.
"Ya, maaf kalau mengganggu" ujar Ella.
"Tidak apa-apa, tak usah khawatir Ella" ujar ibunya Asha.
Beberapa saat kemudian (tiba-tiba kayak film Spongebob).
Ella dan Aisyah duduk berhadapan dengan ibunya Asha, Adam berdiri disamping ranjang Asha, DF berdiri tidak jauh dari ibunya Asha, tepatnya dekat jendela. Sedangkan Fandy hanya berdiri didekat pintu.
"Maaf, kami hanya bisa memberikan ini" ujar Ella sambil memberikan sekeranjang buah-buahan, beberapa uang, dan bingkisan (orang sakit dikasih bingkisan. Buat readers bayangin aja apa yang dikasih Ella, soalnya saya jarang berkunjung kerumah sakit).
"Oh tak usah repot-repot" ujar ibunya Asha.
"Jadi bagaimana keadaan Asha" tanya Ella.
Ibunya Asha tiba-tiba murung. Ella yang menyadari itu langsung minta maaf.
"Maafkan saya, maaf bila saya..."
"Nggak apa-apa, kalian mudah sekali ditipu. Hahahahaha" ibu Asha tertawa melihat Ella yang panik, sedangkan semua yang ada disana hanya sweetdrop, termasuk Asha. Tak berani melawan, hanya diam saja.
Ibu Asha berhenti tertawa, kemudian kembali seperti biasa "Kata dokter lukanya cukup parah, bahkan sampai harus melakukan operasi. Operasinya berhasil, tetapi dokter tak tahu kapan dia melewati masa kritisnya" ujar ibu Asha sedih sambil melihat tubuh Asha. Asha banyak terbalut perban dikepala, kaki, tangan, dan sisi perut kanan. Pergelangan tangan Asha dipasangi selang infus.
Ella juga ikut memandang Asha dengan tatapan sedih, begitu juga dengan Adam. Tiba-tiba Fandy dari pintu mendekati ibu Asha. Semua terkejut, termasuk Asha.
"Maaf. Karena saya, anak anda jadi terluka seperti ini" tukas Fandy sopan. Semua terkejut (lagi) kecuali ibu Asha yang hanya tersenyum lembut.
"Aku sudah dengar ceritanya. Nggak apa-apa, anak yang berani mengorbankan nyawanya untuk menolong orang lain, orang tua mana yang tidak bangga dengan itu. Pasti Asha akan baik-baik saja" ujar ibu Asha lembut, sedangkan Fandy menghela napas lega. Tanpa sepengetahuan Fandy, Asha tesenyum.
"Oh iya Asha, kita beritahu tidak bahwa kau masuk dalam tubuhku?" tanya Fandy dalam hati.
Asha tertegun mendengarnya. Benar juga ya kata Fandy "Tapi...apa ibuku akan percaya dengan hal seperti ini. Hal yang kita alami ini seperti didongeng atau film saja" ujar Asha, Fandy yang mendengarnya jadi termenung.
"Baiklah, kami sudah terlalu lama ada disini, takut menganggu Asha. Jika ada waktu, kami akan datang lagi" ujar DF.
"Tidak, tak usah sungkan untuk menjenguk Asha, dia pasti senang..." ucapan ibu Asha terhenti saat dia melihat wajah Fandy dengan teliti.
Fandy yang merasa diperhatikan bertanya "Ada apa?".
"Kau..tapi nggak mungkin..." ibu Asha menggelengkan kepala "Maaf, nama adek siapa?" tanya ibu Asha.
"Fandy, Muhammad Adi Fandy" jawab Fandy.
"Fandy..." ibu Asha tampak berpikir-pikir, seperti mengingat sesuatu yang dia lupakan.
"Ada apa bi?" tanya Ella.
"Eh!?" Ibu Asha menengok "Oh tidak apa-apa, cuma bibi seperti pernah melihat Fandy sebelumnya" ujar ibu Asha.
"Masa? Seingatku tidak pernah" ujar Fandy.
"Jadi begitu, hahahaha mungkin memang hanya perasaanku saja" ujar ibu Asha ramah.
Mereka berlima berpamitan dan keluar dari ruangan.
"Apa maksud bibi tadi?" tanya Aisyah penasaran.
"Tak tahu, tapi apapun itu aku takkan pernah menyukai orang ini" ujar Adam sambil melirik kesal Fandy.
"Hah!? Apa masalahmu!?" bentak Fandy.
"Sudah-sudah kalian berdua, jangan berantem disini. Ini rumah sakit, tak boleh berisik" lerai DF.

.     .     .     .     .

Di perjalanan pulang, saat mencari angkot...
"Oh ya Fandy, aku ingin bertanya sesuatu" ujar Asha.
"Apa" ujar Fandy ketus.
"Apakah si Sarah itu orang yang kau sukai?" tanya Asha, biasa insting cewek.
"Kenapa kau berpikiran seperti itu?" tanya Fandy.
"Tidak, cuma kalian berdua sangat dekat. Bahkan dia juga memanggilmu dengan sebutan 'Ayang Fandy'" ucap Asha.
Fandy tampak berpikir sebentar "Tidak juga, walaupun dia cabe, cantik, dan berdada besar".
"Oh begitu" ujar Asha "Jadi, apakah kau mempunyai orang yang kau sukai?" tanya Asha.
Mendengar pertanyaan Asha, Fandy tertegun sejenak. Pikirannya membawa kemasa lalu yang tak bisa dia lupakan.

"Ne, Fandy..."
"Apa?"
"Saat kita besar nanti, mari kita menikah!"
Fandy kecil yang mendengarnya merona, kemudian tersenyum.
"Ya!"

"Fandy, ada apa?" tanya Asha menyadarkan Fandy dari lamunannya. Fandy tersadar.
"Apa?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa orang yang kau suka?" ulang Asha.
Fandy terdiam beberapa saat "Tak-Tak tahu ah!!" ucap Fandy menghindar dari pertanyaan Asha.
"Hmm, ya udah. Aku juga nggak terlalu peduli" ucap Asha "Fandy, kapan-kapan berlatihlah supaya kita bisa bertatap muka tanpa harus menutup mata" ujar Asha diperjalanan.

TO BE CONTINUED

No comments:

Post a Comment