Tuesday 29 December 2015

Z Junior Highschool (Part 13)

   Selamat Siang
   Minggu yang cerah, membuat orang semua bahagia, dan ingin bangun siang. Kembali lagi dengan saya penulis yang suka menunda pekerjaannya :v (Readers: Akhirnya ngaku juga) untuk melanjutkan cerita yang entah kapan selesainya :v

   Oke lanjut saja

SELAMAT MEMBACA

   "Ada apa diluar sana!?" tanya Enggar panik.

   "Diluar sana....hujan"

   Beberapa detik kami semua terdiam untuk mengerti apa yang diucapkan Nuansha.

   "Dasar idiot, aku kira ada apa!" ujar Yusuf.

   "Bikin takut saja"

   "Hehehe.."

   "Apa ketawa-ketawa?" sahutku.

   "Oh ya, kalian mau kemana?" tanya Adam.

   "Kami mau mencari barang yang bisa dibutuhkan untuk perjalanan nanti" jawab Enggar.

   "Oh ya udah, kami berdua mau menemui Fajar dulu" ujar Nuansha seraya meninggalkan kami bertiga bersama Adam.

.    .    .    .

   "Teropong?"

   "Iya"

   "Petasan?"

   "Iya"

   "Boneka?"

   "Buat apa!?"

   Kami bertiga sedang mencari barang yang bisa dipakai untuk perjalanan nanti dibeberapa kios.

   "Tali tambang?" tanyaku. Yusuf sempat berpikir sejenak "Bawa saja"

   "Senter?"

   "Ya"

   "Mantel?"

   "Nah itu yang paling penting" ujar Yusuf

   "Bedak?"

   "Oh, kau yang pakai ya?"

   "Maaf menganggu kalian" sahut seseorang.

   Kami semua menoleh kearah suara tersebut, ternyata Yunita mendatangi kami bertiga.

   "Ada apa?" tanya Enggar

   "Aku ingin berbicara dengan Yusuf sebentar" ujar Yunita tersipu.

   "Aku? Ya sudah, Enggar dan Ardhika teruskan cari benda yang bisa dipakai" Yusuf meninggalkan kami berdua bersama Yunita.

   "Ehm, Ardhika, apa kau tidak lihat?"

   "Lihat apa?" tanyaku kebingungan.

   "Mukanya Yunita"

   "Oh itu, tadi aku lihat ada jerawat kecil" jawabku.

   "Bukan itu dasar bodoh, ah sudahlah tidak penting" ujar Enggar. Aku yang masih kebingungan hanya mengangkat bahu dan meneruskan mencari.


   Sementara ditempat Fajar dan yang lain...
   
   "Yo kalian!" seru Nuansha.

   "Oh kalian" ujar Rangga, kemudian mereka berdua kembali duduk.

   "Wah senang sekali melihat zombie seperti kehilangan dompet" ucap Nuansha sambil tertawa.

   Sesaat ditempat mereka hening, karena hujan jadi mereka agak malas.

   "Oh iya aku lupa!!" Raihan tiba-tiba berseru memecahkan keheningan.

   "Oii!! Ada apa!?" ujar Fajar terkaget.

   "Kita belum memberitahukan ini kan Nuansha, Adam?" tanya Raihan panik. Sesaat kemudian Nuansha dan Adam sama-sama terkejut.

   "Iya juga, kenapa kita bisa lupa" sesal Nuansha.

   "Hei hei ada apa? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Fitria yang diam dari tadi, sedangkan Rika tidur dipangkuannya.

   "Hehehe, kalian pasti tidak tahu kalau ada kelompok lain dari sekolah kita yang juga sudah pergi setelah kalian" ucap Raihan.

   Sontak Fajar, Rangga, dan Fitria terkejut mendengar itu.

   "Ada lagi katamu?" tanya Rangga.

   "Siapa?" tanya Fitria.

   "Mereka itu Febri, Choki, anak kelas 8, Taufik, Najwa, dan Diaz" jelas Nuansha.

   "Siapa anak kelas 8 itu, aku lupa?" tanya Raihan.

   "Niam" jawab Adam.

   "Ah iya Niam. Mereka berenam pergi dari sekolah tepat sehari setelah kalian berlima pergi" jelas Raihan.

   "Oh begitu, tapi harusnya mereka sudah sampai dimana?" tanya Fajar.

   "Kalau mereka tidak memakai kendaraan dan terus berjalan, seharusnya mereka sudah melewati Cangkudu" ujar Rangga.

   "Setahuku juga tak ada yang bisa mengendarai mobil diantara mereka" ujar Raihan.

   "Mungkin mereka..Ebuseet siapa nih yang kentut!?" tanya Fitria sambil menutup hidungnya. Beberapa saat mereka berlima terdiam sambil mengendus sebelum akhirnya menutup hidungnya.

   "Sial, bau bangke, siapa nih ngaku kagak!? Yang jelas bukan aku" tanya Nuansha.

   "Apalagi aku!" seru Fitria.

   "Bukan aku" sanggah Adam.

   "Bukan" tolak Rangga.

   "Bukan aku" ujar Raihan.

   "Hehehe..."

   Semua menengok ke sumber cengengesan itu yang ternyata Fajar.

   "Sial, kau ya!?" seru Fitria

   "Kentutmu kayak parfum impor" Rangga.

   "Berarti kentutku wangi ya?" tanya Fajar.

   "Bukan, baunya tahan lama"

   Fajar hendak memukul Rangga, tapi Nuansha menahannya.

   "Sana kau buang air dulu, bau nya naudzubillah!" bentak Nuansha, yang dibentak langsung diam dan berlari ke toilet. Dijalan Fajar bertemu dengan aku dan Enggar, tapi terus melanjutkan perjalanannya.

   "Fajar kenapa?" tanyaku sesampainya kami berdua di sana.

   "Dia kusuruh buang air, kentutnya bau banget" ujar Nuansha. Kami berdua yang mendengar hal itu hanya ber-oh ria.

   "Oh iya Yusuf kemana?" tanya Raihan saat menyadari Yusuf tak ada bersama kami.

   "Yusuf diseret sama Yunita, katanya mau ngomongin sesuatu" jawab Enggar.

   "Apa!? Jangan-jangan mereka, if you know what i mean" ujar Nuansha, kemudian membayangkan Yusuf dan Yunita yang sedang bermesraan.

   "Imajinasimu luar biasa" ujarku hanya geleng-geleng melihat Nuansha.

   "Sama Yunita? Wah aku baru sadar kalau Yunita tak ada disini" ujar Fitria.

   "Ekh.." Rika terbangun dari tidurnya "Ada apa ini?" tanyannya kebingungan melihat kami berkumpul.

   "Tidak, tidak ada apa-apa" ujar Nuansha. Beberapa saat kemudian Yusuf datang, dengan Yunita dibelakangnya.

   "Ah~ yang dibicarakan datang" goda Nuansha. Yusuf dan Yunita segera duduk ditempat masing-masing.

   "Eh kenapa diam saja?" tanyaku terheran-heran melihat perubahan sikap Yusuf dan Yunita.

   "Tidak kok, oh iya apa saja yang kalian berdua temukan?" tanya Yusuf mengalihkan pembicaraan.

   "Cukup banyak" ujar Enggar sambil meletakkan semua barang dari tas nya keatas meja.

   "Eh, ini..." Yunita mengambil sesuatu dari tumpukan barang.

   "Boneka!" seru Rika riang.

   "Sudah kubilang jangan bawa itu" tegas Yusuf.

   "Tapi boneka ini imut" ujar Enggar.

   "Hah kalian ini" ujar Yusuf.

   "Wah hujannya berhenti" ujar Adam saat mendengar suara hujan berhenti.

   "Tapi masih dingin, aku ingin membuat coklat panas" ujar Fitria.

   "Ingat! Sebentar lagi Maghrib" ujar Fajar tiba-tiba yang sudah kembali dari toilet. Kami hanya mengangguk saja

.    .    .    .

   20.57 WIB 

   Malam telah tiba. Setelah kami berserta para pengungsi yang Islam menunaikan sholat, kami diberi waktu untuk istirahat selama beberapa waktu. Tiap orang punya waktu istirahat yang berbeda-beda. Saat tidak sedang istirahat, mereka membantu yang sedang berjaga. Ini hanya berlaku untuk laki-laki. Tujuannya adalah untuk menjaga pengungsi dan keamanan plaza dari zombie diluar.

   Diantara kami bertujuh, yang mendapat jatah istirahat adalah Adam, Raihan, dan Enggar, sedangkan sisanya berjaga. Jatah istirahat mereka bertiga sampai jam 01.30 WIB. Jadi saat mereka sudah selesai, mereka akan berjaga sedangkan kami yang tidur.

   "Hah, padahal aku ingin sekali tidur di spring bed yang nyaman dan empuk itu" keluhku. Saat itu kami ada di atas atap plaza bersama beberapa orang lainnya. Sehingga kami bisa mengawasi keamanan plaza di tempat aman. Kami bersama beberapa orang mengawasi bagian barat.

   "Jangan khawatir, nanti saat waktu jaga kita selesai kita akan menghabiskan kantuk kita" hibur Yusuf.

   "Tapi rasanya jadi kurang kalau kita berjaga tanpa membawa senjata kita" ujar Rangga.

   "Ssst! Apa kau bodoh!? Jangan keras-keras, nanti mereka tahu" bisik Fajar.

   "Oh iya, maaf" bisik Rangga.

   "Kalian dari Jayanti ya?"

   Kami berempat menengok ke arah yang menyapa kami. Seorang pemuda berpakaian seragam sekolah yang tampak seumuran kami balas memandang kami.

   "Oh iya. Aku Fajar Latiful Habib. Ini Rangga Zeinnurohman, Ardhika Dharmawangsa, dan Yusuf Ali Permadi dari SMPN 01 Jayanti" ujar Fajar memperkenalkan kami satu persatu.

   "Aku Krisjayanto, kelas 9 H" ujar dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.

   "Senang berkenalan denganmu" ujar Fajar menyambut tangan Kris. Kami berempat bercerita banyak hal tentang pengalaman pribadi dan lain-lain, sampai saat zombie apocalypse mulai melanda.

   "Aku mau mengambil beberapa makanan ringan dan minuman dingin" ujar Rangga berdiri.

   "Bawakan kami juga" sahut Fajar. Rangga hanya mengangguk dan pergi.

   "Hei kau, kenapa kau ada disitu!?" seseorang memanggil Kris "Bukannya kita ditugaskan mengawasi bagian utara?".

   "Ah iya maaf. Ya sudah aku pergi dulu" ujar Kris meninggalkan kami berdua. Sudah bermenit-menit kami menunggu, tapi Rangga tak kunjung datang.

   "Kemana sih tuh anak" Fajar mulai ̶l̶a̶p̶a̶r̶ kesal.

   "Tenang, aku akan menyusulnya" ujarku menghiburnya kemudian berdiri untuk menyusul Rangga. Aku menuruni anak tangga, sampai di lantai 2 dan menuruni anak tangga lagi sampai di lantai 1. Aku berjalan menuju bagian makanan dan mencarinya.

   "Rangga!!" panggilku, tapi tak ada respon. Aku terus memanggil dan mencari Rangga. Disaat begini masih saja bisa bercanda batinku kesal. Saat aku melewati lorong yang dibatasi rak berisi kotak susu instant, samar-samar ada yang menarik perhatianku. Sebuah cairan tergenang didepan kulkas yang berisi minuman dingin. Aku kira itu adalah minuman yang tumpah, tapi semakin aku dekati semakin jelas. Aku merasa ngeri. Itu bukan minuman yang tumpah, itu darah!

   Aku mengikuti dari mana sumber darah tersebut sampai akhirnya aku menemukan sesosok tubuh disamping kulkas itu. Saat aku lihat lebih dekat, aku semakin terkejut.

   Itu Rangga..!

   Rangga dengan posisi duduk tergontai lemas, luka gorokan di lehernya dan beberapa luka di kepala dan perut. Aku hampir tak percaya, Rangga yang baru bersama kami beberapa menit yang lalu, kini sudah...

   Mati...

TO BE CONTINUED
   
 
 
 

Thursday 10 December 2015

Z Junior Highschool (Part 12)

   Selamat Siang
   Akhirnya UAS berakhir juga, haaaaaah. Saya juga hampir lupa kalau punya blog, jadi saya akan melanjutkan ceritanya.

   Oke lanjut saja

SELAMAT MEMBACA

   Kami sampai di bagian tengah plaza yang luas. Beberapa barang yang harusnya ada didalam ruangan itu sudah menjadi barikade untuk menahan pintu utama plaza yang terbuat dari kaca.

   "Hey anak-anak sekolah! Ketua ingin bicara dengan kalian!" sahut John yang tadi dari atas tingkat 2.

   "Biar aku saja yang kesana" ujar Fajar kemudian menaiki tangga menuju keatas, sedangkan kami menunggu dibawah.

   "Ngomong-ngomong, kita belum makan siang nih. If you know what i mean" ujar Enggar sambil menyikut Rangga. Guru muda yang mendengar itu langsung berkata kepada Enggar.

   "Mari kita ke kantin, disana masih ada makanan yang cukup untuk kalian" tawar Guru Muda itu. Enggar langsung disambut oleh tatapan setan oleh kami berdelapan (kecuali Rika, karena dia polos) seolah mengatakan 'Bikin malu aja'. Tapi kami akhirnya mengikuti guru muda itu karena kami juga lapar.

   "Disini" ujar guru muda itu saat berhenti dikantin.

   "Kalian duduk disini, akan kuambilkan makanannya" ujar Fitria, Nuansha, dan Yunita, sedangkan kami duduk di meja makan.

   "Apa makanan disini masih bertahan?" tanya Adam penasaran.

   "Kan' listriknya masih ada, jadi dengan kulkas atau peralatan makanan yang lain tidak masalah" jawab Rangga.

   "Tapi sampai kapan listriknya mengalir, apakah pembangkit listrik didaerah sini masih berkerja bahkan saat zombie apocalypse terjadi?" tanyaku.

   "Entahlah" jawab Rangga bangkit dari duduknya dan berjalan kearah tempat soft drink.

   "Rangga, aku ambilkan juga" sahutku.

   "Aku juga mau" sahut Enggar.

   "Aku juga" ujar Adam.

   "Aku mau" sahut Yusuf.

   "Ambilkan juga buatku" sahut Raihan.

   "AMBIL SENDIRI!!" bentak Rangga karena tidak mungkin dia membawa 6 gelas soft drink sekaligus.

   "Anu...Rika ju..juga mau" ujar Rika pelan.

   "Baiklah akan ku ambilkan" ujar Rangga. Kami hanya geram sendiri melihatnya.

   "Makanan datang!" sahut Nuansha sambil membawakan beberapa piring, dibantu oleh Fitria dan Yunitama. Piring yang hanya berisi Fried Chicken dengan nasi diletakkan dipiring.

   "Anu..Apa aku yang salah lihat atau bagaimana ya?" ujarku.

   "Ada apa?" tanya Nuansha.

   "Entah kenapa rasanya porsi makananmu dan Fitria sangat bany..."

   "GUBRAAK!!"

   Tiba-tiba kesadaranku hilang, saat aku sadar tiba-tiba aku sudah digantung disebuah paku didinding yang lumayan tinggi. Aku melihat Nuansha dan Fitria dengan muka manis memegang masing-masing 10 buah pisau..Pisau!?

   "Fit, hukuman apa yang cocok untuk dia ya?" tanya Nuansha dengan nada dan aura yang menyeramkan.

   "Hukuman...Mati"

   "KYAAAA!! LEPASKAN! LEPASKAN AKU! APA SALAHKU! LEPASKAN! MAMAA!!"

   "Ayo kita berdoa sebelum makan" ujar Raihan yang tak peduli dengan aku yang diambang kematian. Begitu juga dengan yang lain. Dasar pengkhianat.

   "Jangan, kita tunggu Fajar dulu" ujar Yunita.

   "Tapi kita nggak tahu kapan dia datang" balas Enggar. Tapi beberapa detik kemudian setelah perkataan Enggar, Fajar muncul dari lorong plaza memasuki kantin."

   "Itu orangnya datang" ujar Adam ringan.

   "Ada apa ini?" tanya Fajar.

   "Nggak, kami lagi nunggu kamu untuk makan bersama" jawab Rangga.

   "Fajar udah datang kan? Ya udah ayo kita mulai makannya" sahutku yang selamat dari eksekusi yang diberikan Nuansha dan Fitria. Semua pisaunya meleset. Sebagai gantinya aku diberikan gulat pro oleh mereka berdua. Sakitnya.

   "Semua sudah berkumpul kan?" tanya Fajar. Semuanya mengangguk. Fajar pun segera memimpin doa sebelum makan setelah sebelumnya kami cuci tangan.

.    .    .    . 

   "Jadi bagaimana ketua, apakah kita perbolehkan mereka mengungsi disini?''

   "Karena kata ketua mereka, mereka hanya tinggal untuk beberapa waktu setelah itu melanjutkan perjalanan mereka, jadi aku ijinkan"

   "Terima kasih banyak"

   Saat ini kami bersebelas sedang bertemu dengan ketua dari kelompok pengungsi disini. Jika dihitung jumlah keseluruhn pengungsi disini ada 8. Kebanyakan adalah siswa sekolah, selebihnya orang dewasa.

   "Berapa lama kalian akan disini?" tanya pemimpin kelompok pengungsi disini yang tak lain adalah perempuan bernama Siti Eliza. Katanya dia adalah mantan tentara, sebelum berubah menjadi ibu rumah tangga karena menikah, tapi bercerai lagi. Dia nggak sempat mengungsi karena dia bangun kesiangan.

   "Minimal 2 hari, setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan kami" jawab Fajar.

   "Yah, padahal aku sudah meminta teman tentara ku untuk mengirim bantuan kesini" ujar Eliza.

   "Baiklah kami akan menunggu disini" ujar Fajar.

   "Tapi sepertinya tidak cukup untuk membawa kalian"

   "Baiklah kami akan meninggalkan plaza ini minimal dua hari"

   Kami semua sedikit kesal melihat Fajar. Pendiriannya gampang banget goyah.

   "Jar, aku mau pergi sebentar" ujarku setelah perundingan selesai.

   "Kemana?"

   "Nyari sepatu, sepatu sekolah kayak gini nggak cocok untuk berlari" keluhku.

   "Baiklah, aku juga ikut" ujar Fajar.

   "Aku juga" sahut Adam saat mendengar percakapanku dengan Fajar. Kami bertiga segera menuju ke toko sepatu yang tidak jauh dari sana.

   "Wah sepertinya pengunjung sebelumnya disini sangat panik, lihat saja berantakan seperti itu" ujar Fajar saat melihat toko sepatu yang berantakan dengan beberapa rak yang jatuh. Kami bertiga mencari sepatu yang cocok bagi kami untuk berlari, sedangkan yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing.

   Sementara ditempat lain...

   "Ya ampun! Ada video game disini!" seru Yusuf histeris.

   "Ya ampun, itukan cuma PSP" tegur Raihan yang terheran-heran melihat Yusuf sehisteris itu.

   "Ya walaupun cuma PSP biasa, tapi akhirnya aku bisa main game setelah berhari-hari" ujar Yusuf dengan nada bersyukur sambil menangis. Raihan yang melihatnya hanya sweetdrop. Tiba-tiba Enggar mendatangi Yusuf dan Raihan.

   "Kau darimana?" tanya Raihan.

   "Abis mencari ini" Enggar menunjuk sebuah smartphone ditangannya.

   "Kau mau menelpon siapa? Lagipula kan tidak ada sinyal" ujar Raihan.

   Enggar yang mendengar itu tiba-tiba mukanya langsung putus asa.

   "Kenapa? Jangan-jangan kau tidak tahu tentang itu?" tanya Raihan terkejut. Enggar hanya bisa menunjukkan cengiran khas nya. Yusuf yang melihat itu tidak peduli dan terus bermain game.

   Tak jauh dari tempat Yusuf , Enggar, dan Raihan...

   "Kyaa, baju disini banyak banget, aku sampai tak tahu harus pakai yang mana" sahut Yunita

   "Ini punyaku, aku yang menemukannya lebih dulu!"

   "Enak saja, aku yang menemukannya lebih dulu!"

    Suara itu berasal dari kedua wanita yang sedang memperebutkan pakaian, Nuansha dan anak dari SMPN 01 Balaraja yang bernama Wulandari Noviani.

   "Ya ampun kalian ini"

   Mereka berdua menengok kearah suara itu, Fitria.

   "Kalian seperti orang udik saja yang tidak pernah melihat baju bagus" ujar Fitria sombong, tapi dia sendiri membawa banyak baju yang ditumpuk yang akan dia coba di kamar ganti. "Kau sendiri juga sama aja dasar idiot" geram mereka berdua.

   "Hahahaha kalian ini" tawa Yunita.

   "Tapi apa kita ganti baju seragam sekolah kita?" tanya Yunita kepada Fitria.

   "Kau nggak nyadar, seragammu udah bau keringat kayak gitu?" ujar Fitria.

   "Tapi jangan ah. Kita kan harus jaga reputasi sebagai Siswa SMP Pembasmi Zombie" sahut Yunitama. "Reputasi yang mana?" batin Fitria sweetdrop, sedangkan disudut lain Rika mencoba berbagai baju sambil bersenandung kecil.

.    .    .    .

   13.19 WIB

   Hujan turun melanda disekitar Balaraja. Wajar sih, ini kan sudah permulaan musim hujan. Setelah menunaikan sholat, kami bersebelas berkumpul dikantin (bukan makan2).

   "Hujan turun, dinginnya brrrr" ujar Adam menggigil.

   "Harusnya ini waktu yang bagus untuk pergi" ujar Fajar.

   "Kenapa?" tanyaku.

   "Suara pergerakan kita akan tersamar oleh suara hujan" jawab Fajar.

   "Tapi kita baru sampai" ujar Enggar.

   "Aku ingin melihat reaksi para zombie disana" ujar Nuansha penasaran.

   "Jangan bilang kau akan melihat melalui pintu utama" ujar Fajar.

   "Tidaklah dasar baka, aku akan menaiki lantai dua dan melihatnya lewat jendela" ujar Nuansha sambil berlari menuju tangga.

   "Aku juga ikut" seru Adam mengikuti Nuansha.

   "Aku khawatir dengan senjata kita" ucap Rangga agak pelan sepeninggal Adam dan Nuansha.

   "Aku juga, apa ketahuan atau tidak?" tanyaku kepada diriku sendiri.

   "Entahlah" jawab Fajar enteng.

   "DUAARR!!"

   Tiba-tiba suara petir menggelegar. Aku hampir terlonjak dari tempat dudukku.

   "Ya ampun Ardhika, begitu saja kau takut" ledek Enggar, tapi dia sendiri gemetar dengan hebat.

   Tiba-tiba Yusuf berdiri dari kursinya setelah bermain game-nya "Aku akan mencari perlengkapan yang bisa dipakai dalam perjalanan nanti. Enggar & Ardhika, temani aku"

   "Ha'h? Kau seperti anak perempuan yang minta ditemani" ujarku ogah-ogahan, tapi akhirnya ikut juga. Kami bertiga menjauhi kantin dan berpapasan dengan Nuansha dan Adam didekat tangga.

   "Oh kalian berdua, bagaimana reaksi zombie diluar?" tanya Yusuf, tapi Nuansha dan Adam hanya diam saja, sementara muka mereka sangat pucat.

   "Hey kalian, ada apa" ujarku mencoba menyadarkan mereka.

   Nuansha hanya meringis ketakutan "Diluar sana..."

TO BE CONTINUED