Selamat Siang
Minggu yang cerah, membuat orang semua bahagia, dan ingin bangun siang. Kembali lagi dengan saya penulis yang suka menunda pekerjaannya :v (Readers: Akhirnya ngaku juga) untuk melanjutkan cerita yang entah kapan selesainya :v
Oke lanjut saja
Minggu yang cerah, membuat orang semua bahagia, dan ingin bangun siang. Kembali lagi dengan saya penulis yang suka menunda pekerjaannya :v (Readers: Akhirnya ngaku juga) untuk melanjutkan cerita yang entah kapan selesainya :v
Oke lanjut saja
SELAMAT MEMBACA
"Ada apa diluar sana!?" tanya Enggar panik.
"Diluar sana....hujan"
Beberapa detik kami semua terdiam untuk mengerti apa yang diucapkan Nuansha.
"Dasar idiot, aku kira ada apa!" ujar Yusuf.
"Bikin takut saja"
"Hehehe.."
"Apa ketawa-ketawa?" sahutku.
"Oh ya, kalian mau kemana?" tanya Adam.
"Kami mau mencari barang yang bisa dibutuhkan untuk perjalanan nanti" jawab Enggar.
"Oh ya udah, kami berdua mau menemui Fajar dulu" ujar Nuansha seraya meninggalkan kami bertiga bersama Adam.
. . . .
"Teropong?"
"Iya"
"Petasan?"
"Iya"
"Boneka?"
"Buat apa!?"
Kami bertiga sedang mencari barang yang bisa dipakai untuk perjalanan nanti dibeberapa kios.
"Tali tambang?" tanyaku. Yusuf sempat berpikir sejenak "Bawa saja"
"Senter?"
"Ya"
"Mantel?"
"Nah itu yang paling penting" ujar Yusuf
"Bedak?"
"Oh, kau yang pakai ya?"
"Maaf menganggu kalian" sahut seseorang.
Kami semua menoleh kearah suara tersebut, ternyata Yunita mendatangi kami bertiga.
"Ada apa?" tanya Enggar
"Aku ingin berbicara dengan Yusuf sebentar" ujar Yunita tersipu.
"Aku? Ya sudah, Enggar dan Ardhika teruskan cari benda yang bisa dipakai" Yusuf meninggalkan kami berdua bersama Yunita.
"Ehm, Ardhika, apa kau tidak lihat?"
"Lihat apa?" tanyaku kebingungan.
"Mukanya Yunita"
"Oh itu, tadi aku lihat ada jerawat kecil" jawabku.
"Bukan itu dasar bodoh, ah sudahlah tidak penting" ujar Enggar. Aku yang masih kebingungan hanya mengangkat bahu dan meneruskan mencari.
Sementara ditempat Fajar dan yang lain...
"Yo kalian!" seru Nuansha.
"Oh kalian" ujar Rangga, kemudian mereka berdua kembali duduk.
"Wah senang sekali melihat zombie seperti kehilangan dompet" ucap Nuansha sambil tertawa.
Sesaat ditempat mereka hening, karena hujan jadi mereka agak malas.
"Oh iya aku lupa!!" Raihan tiba-tiba berseru memecahkan keheningan.
"Oii!! Ada apa!?" ujar Fajar terkaget.
"Kita belum memberitahukan ini kan Nuansha, Adam?" tanya Raihan panik. Sesaat kemudian Nuansha dan Adam sama-sama terkejut.
"Iya juga, kenapa kita bisa lupa" sesal Nuansha.
"Hei hei ada apa? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Fitria yang diam dari tadi, sedangkan Rika tidur dipangkuannya.
"Hehehe, kalian pasti tidak tahu kalau ada kelompok lain dari sekolah kita yang juga sudah pergi setelah kalian" ucap Raihan.
Sontak Fajar, Rangga, dan Fitria terkejut mendengar itu.
"Ada lagi katamu?" tanya Rangga.
"Siapa?" tanya Fitria.
"Mereka itu Febri, Choki, anak kelas 8, Taufik, Najwa, dan Diaz" jelas Nuansha.
"Siapa anak kelas 8 itu, aku lupa?" tanya Raihan.
"Niam" jawab Adam.
"Ah iya Niam. Mereka berenam pergi dari sekolah tepat sehari setelah kalian berlima pergi" jelas Raihan.
"Oh begitu, tapi harusnya mereka sudah sampai dimana?" tanya Fajar.
"Kalau mereka tidak memakai kendaraan dan terus berjalan, seharusnya mereka sudah melewati Cangkudu" ujar Rangga.
"Setahuku juga tak ada yang bisa mengendarai mobil diantara mereka" ujar Raihan.
"Mungkin mereka..Ebuseet siapa nih yang kentut!?" tanya Fitria sambil menutup hidungnya. Beberapa saat mereka berlima terdiam sambil mengendus sebelum akhirnya menutup hidungnya.
"Sial, bau bangke, siapa nih ngaku kagak!? Yang jelas bukan aku" tanya Nuansha.
"Apalagi aku!" seru Fitria.
"Bukan aku" sanggah Adam.
"Bukan" tolak Rangga.
"Bukan aku" ujar Raihan.
"Hehehe..."
Semua menengok ke sumber cengengesan itu yang ternyata Fajar.
"Sial, kau ya!?" seru Fitria
"Kentutmu kayak parfum impor" Rangga.
"Berarti kentutku wangi ya?" tanya Fajar.
"Bukan, baunya tahan lama"
Fajar hendak memukul Rangga, tapi Nuansha menahannya.
"Sana kau buang air dulu, bau nya naudzubillah!" bentak Nuansha, yang dibentak langsung diam dan berlari ke toilet. Dijalan Fajar bertemu dengan aku dan Enggar, tapi terus melanjutkan perjalanannya.
"Fajar kenapa?" tanyaku sesampainya kami berdua di sana.
"Dia kusuruh buang air, kentutnya bau banget" ujar Nuansha. Kami berdua yang mendengar hal itu hanya ber-oh ria.
"Oh iya Yusuf kemana?" tanya Raihan saat menyadari Yusuf tak ada bersama kami.
"Yusuf diseret sama Yunita, katanya mau ngomongin sesuatu" jawab Enggar.
"Apa!? Jangan-jangan mereka, if you know what i mean" ujar Nuansha, kemudian membayangkan Yusuf dan Yunita yang sedang bermesraan.
"Imajinasimu luar biasa" ujarku hanya geleng-geleng melihat Nuansha.
"Sama Yunita? Wah aku baru sadar kalau Yunita tak ada disini" ujar Fitria.
"Ekh.." Rika terbangun dari tidurnya "Ada apa ini?" tanyannya kebingungan melihat kami berkumpul.
"Tidak, tidak ada apa-apa" ujar Nuansha. Beberapa saat kemudian Yusuf datang, dengan Yunita dibelakangnya.
"Ah~ yang dibicarakan datang" goda Nuansha. Yusuf dan Yunita segera duduk ditempat masing-masing.
"Eh kenapa diam saja?" tanyaku terheran-heran melihat perubahan sikap Yusuf dan Yunita.
"Tidak kok, oh iya apa saja yang kalian berdua temukan?" tanya Yusuf mengalihkan pembicaraan.
"Cukup banyak" ujar Enggar sambil meletakkan semua barang dari tas nya keatas meja.
"Eh, ini..." Yunita mengambil sesuatu dari tumpukan barang.
"Boneka!" seru Rika riang.
"Sudah kubilang jangan bawa itu" tegas Yusuf.
"Tapi boneka ini imut" ujar Enggar.
"Hah kalian ini" ujar Yusuf.
"Wah hujannya berhenti" ujar Adam saat mendengar suara hujan berhenti.
"Tapi masih dingin, aku ingin membuat coklat panas" ujar Fitria.
"Ingat! Sebentar lagi Maghrib" ujar Fajar tiba-tiba yang sudah kembali dari toilet. Kami hanya mengangguk saja
"Senter?"
"Ya"
"Mantel?"
"Nah itu yang paling penting" ujar Yusuf
"Bedak?"
"Oh, kau yang pakai ya?"
"Maaf menganggu kalian" sahut seseorang.
Kami semua menoleh kearah suara tersebut, ternyata Yunita mendatangi kami bertiga.
"Ada apa?" tanya Enggar
"Aku ingin berbicara dengan Yusuf sebentar" ujar Yunita tersipu.
"Aku? Ya sudah, Enggar dan Ardhika teruskan cari benda yang bisa dipakai" Yusuf meninggalkan kami berdua bersama Yunita.
"Ehm, Ardhika, apa kau tidak lihat?"
"Lihat apa?" tanyaku kebingungan.
"Mukanya Yunita"
"Oh itu, tadi aku lihat ada jerawat kecil" jawabku.
"Bukan itu dasar bodoh, ah sudahlah tidak penting" ujar Enggar. Aku yang masih kebingungan hanya mengangkat bahu dan meneruskan mencari.
Sementara ditempat Fajar dan yang lain...
"Yo kalian!" seru Nuansha.
"Oh kalian" ujar Rangga, kemudian mereka berdua kembali duduk.
"Wah senang sekali melihat zombie seperti kehilangan dompet" ucap Nuansha sambil tertawa.
Sesaat ditempat mereka hening, karena hujan jadi mereka agak malas.
"Oh iya aku lupa!!" Raihan tiba-tiba berseru memecahkan keheningan.
"Oii!! Ada apa!?" ujar Fajar terkaget.
"Kita belum memberitahukan ini kan Nuansha, Adam?" tanya Raihan panik. Sesaat kemudian Nuansha dan Adam sama-sama terkejut.
"Iya juga, kenapa kita bisa lupa" sesal Nuansha.
"Hei hei ada apa? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Fitria yang diam dari tadi, sedangkan Rika tidur dipangkuannya.
"Hehehe, kalian pasti tidak tahu kalau ada kelompok lain dari sekolah kita yang juga sudah pergi setelah kalian" ucap Raihan.
Sontak Fajar, Rangga, dan Fitria terkejut mendengar itu.
"Ada lagi katamu?" tanya Rangga.
"Siapa?" tanya Fitria.
"Mereka itu Febri, Choki, anak kelas 8, Taufik, Najwa, dan Diaz" jelas Nuansha.
"Siapa anak kelas 8 itu, aku lupa?" tanya Raihan.
"Niam" jawab Adam.
"Ah iya Niam. Mereka berenam pergi dari sekolah tepat sehari setelah kalian berlima pergi" jelas Raihan.
"Oh begitu, tapi harusnya mereka sudah sampai dimana?" tanya Fajar.
"Kalau mereka tidak memakai kendaraan dan terus berjalan, seharusnya mereka sudah melewati Cangkudu" ujar Rangga.
"Setahuku juga tak ada yang bisa mengendarai mobil diantara mereka" ujar Raihan.
"Mungkin mereka..Ebuseet siapa nih yang kentut!?" tanya Fitria sambil menutup hidungnya. Beberapa saat mereka berlima terdiam sambil mengendus sebelum akhirnya menutup hidungnya.
"Sial, bau bangke, siapa nih ngaku kagak!? Yang jelas bukan aku" tanya Nuansha.
"Apalagi aku!" seru Fitria.
"Bukan aku" sanggah Adam.
"Bukan" tolak Rangga.
"Bukan aku" ujar Raihan.
"Hehehe..."
Semua menengok ke sumber cengengesan itu yang ternyata Fajar.
"Sial, kau ya!?" seru Fitria
"Kentutmu kayak parfum impor" Rangga.
"Berarti kentutku wangi ya?" tanya Fajar.
"Bukan, baunya tahan lama"
Fajar hendak memukul Rangga, tapi Nuansha menahannya.
"Sana kau buang air dulu, bau nya naudzubillah!" bentak Nuansha, yang dibentak langsung diam dan berlari ke toilet. Dijalan Fajar bertemu dengan aku dan Enggar, tapi terus melanjutkan perjalanannya.
"Fajar kenapa?" tanyaku sesampainya kami berdua di sana.
"Dia kusuruh buang air, kentutnya bau banget" ujar Nuansha. Kami berdua yang mendengar hal itu hanya ber-oh ria.
"Oh iya Yusuf kemana?" tanya Raihan saat menyadari Yusuf tak ada bersama kami.
"Yusuf diseret sama Yunita, katanya mau ngomongin sesuatu" jawab Enggar.
"Apa!? Jangan-jangan mereka, if you know what i mean" ujar Nuansha, kemudian membayangkan Yusuf dan Yunita yang sedang bermesraan.
"Imajinasimu luar biasa" ujarku hanya geleng-geleng melihat Nuansha.
"Sama Yunita? Wah aku baru sadar kalau Yunita tak ada disini" ujar Fitria.
"Ekh.." Rika terbangun dari tidurnya "Ada apa ini?" tanyannya kebingungan melihat kami berkumpul.
"Tidak, tidak ada apa-apa" ujar Nuansha. Beberapa saat kemudian Yusuf datang, dengan Yunita dibelakangnya.
"Ah~ yang dibicarakan datang" goda Nuansha. Yusuf dan Yunita segera duduk ditempat masing-masing.
"Eh kenapa diam saja?" tanyaku terheran-heran melihat perubahan sikap Yusuf dan Yunita.
"Tidak kok, oh iya apa saja yang kalian berdua temukan?" tanya Yusuf mengalihkan pembicaraan.
"Cukup banyak" ujar Enggar sambil meletakkan semua barang dari tas nya keatas meja.
"Eh, ini..." Yunita mengambil sesuatu dari tumpukan barang.
"Boneka!" seru Rika riang.
"Sudah kubilang jangan bawa itu" tegas Yusuf.
"Tapi boneka ini imut" ujar Enggar.
"Hah kalian ini" ujar Yusuf.
"Wah hujannya berhenti" ujar Adam saat mendengar suara hujan berhenti.
"Tapi masih dingin, aku ingin membuat coklat panas" ujar Fitria.
"Ingat! Sebentar lagi Maghrib" ujar Fajar tiba-tiba yang sudah kembali dari toilet. Kami hanya mengangguk saja
. . . .
20.57 WIB
Malam telah tiba. Setelah kami berserta para pengungsi yang Islam menunaikan sholat, kami diberi waktu untuk istirahat selama beberapa waktu. Tiap orang punya waktu istirahat yang berbeda-beda. Saat tidak sedang istirahat, mereka membantu yang sedang berjaga. Ini hanya berlaku untuk laki-laki. Tujuannya adalah untuk menjaga pengungsi dan keamanan plaza dari zombie diluar.
Diantara kami bertujuh, yang mendapat jatah istirahat adalah Adam, Raihan, dan Enggar, sedangkan sisanya berjaga. Jatah istirahat mereka bertiga sampai jam 01.30 WIB. Jadi saat mereka sudah selesai, mereka akan berjaga sedangkan kami yang tidur.
"Hah, padahal aku ingin sekali tidur di spring bed yang nyaman dan empuk itu" keluhku. Saat itu kami ada di atas atap plaza bersama beberapa orang lainnya. Sehingga kami bisa mengawasi keamanan plaza di tempat aman. Kami bersama beberapa orang mengawasi bagian barat.
"Jangan khawatir, nanti saat waktu jaga kita selesai kita akan menghabiskan kantuk kita" hibur Yusuf.
"Tapi rasanya jadi kurang kalau kita berjaga tanpa membawa senjata kita" ujar Rangga.
"Ssst! Apa kau bodoh!? Jangan keras-keras, nanti mereka tahu" bisik Fajar.
"Oh iya, maaf" bisik Rangga.
"Kalian dari Jayanti ya?"
Kami berempat menengok ke arah yang menyapa kami. Seorang pemuda berpakaian seragam sekolah yang tampak seumuran kami balas memandang kami.
"Oh iya. Aku Fajar Latiful Habib. Ini Rangga Zeinnurohman, Ardhika Dharmawangsa, dan Yusuf Ali Permadi dari SMPN 01 Jayanti" ujar Fajar memperkenalkan kami satu persatu.
"Aku Krisjayanto, kelas 9 H" ujar dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
"Senang berkenalan denganmu" ujar Fajar menyambut tangan Kris. Kami berempat bercerita banyak hal tentang pengalaman pribadi dan lain-lain, sampai saat zombie apocalypse mulai melanda.
"Aku mau mengambil beberapa makanan ringan dan minuman dingin" ujar Rangga berdiri.
"Bawakan kami juga" sahut Fajar. Rangga hanya mengangguk dan pergi.
"Hei kau, kenapa kau ada disitu!?" seseorang memanggil Kris "Bukannya kita ditugaskan mengawasi bagian utara?".
"Ah iya maaf. Ya sudah aku pergi dulu" ujar Kris meninggalkan kami berdua. Sudah bermenit-menit kami menunggu, tapi Rangga tak kunjung datang.
"Kemana sih tuh anak" Fajar mulai ̶l̶a̶p̶a̶r̶ kesal.
"Tenang, aku akan menyusulnya" ujarku menghiburnya kemudian berdiri untuk menyusul Rangga. Aku menuruni anak tangga, sampai di lantai 2 dan menuruni anak tangga lagi sampai di lantai 1. Aku berjalan menuju bagian makanan dan mencarinya.
"Rangga!!" panggilku, tapi tak ada respon. Aku terus memanggil dan mencari Rangga. Disaat begini masih saja bisa bercanda batinku kesal. Saat aku melewati lorong yang dibatasi rak berisi kotak susu instant, samar-samar ada yang menarik perhatianku. Sebuah cairan tergenang didepan kulkas yang berisi minuman dingin. Aku kira itu adalah minuman yang tumpah, tapi semakin aku dekati semakin jelas. Aku merasa ngeri. Itu bukan minuman yang tumpah, itu darah!
Aku mengikuti dari mana sumber darah tersebut sampai akhirnya aku menemukan sesosok tubuh disamping kulkas itu. Saat aku lihat lebih dekat, aku semakin terkejut.
Itu Rangga..!
Rangga dengan posisi duduk tergontai lemas, luka gorokan di lehernya dan beberapa luka di kepala dan perut. Aku hampir tak percaya, Rangga yang baru bersama kami beberapa menit yang lalu, kini sudah...
Mati...
TO BE CONTINUED