Tuesday 29 December 2015

Z Junior Highschool (Part 13)

   Selamat Siang
   Minggu yang cerah, membuat orang semua bahagia, dan ingin bangun siang. Kembali lagi dengan saya penulis yang suka menunda pekerjaannya :v (Readers: Akhirnya ngaku juga) untuk melanjutkan cerita yang entah kapan selesainya :v

   Oke lanjut saja

SELAMAT MEMBACA

   "Ada apa diluar sana!?" tanya Enggar panik.

   "Diluar sana....hujan"

   Beberapa detik kami semua terdiam untuk mengerti apa yang diucapkan Nuansha.

   "Dasar idiot, aku kira ada apa!" ujar Yusuf.

   "Bikin takut saja"

   "Hehehe.."

   "Apa ketawa-ketawa?" sahutku.

   "Oh ya, kalian mau kemana?" tanya Adam.

   "Kami mau mencari barang yang bisa dibutuhkan untuk perjalanan nanti" jawab Enggar.

   "Oh ya udah, kami berdua mau menemui Fajar dulu" ujar Nuansha seraya meninggalkan kami bertiga bersama Adam.

.    .    .    .

   "Teropong?"

   "Iya"

   "Petasan?"

   "Iya"

   "Boneka?"

   "Buat apa!?"

   Kami bertiga sedang mencari barang yang bisa dipakai untuk perjalanan nanti dibeberapa kios.

   "Tali tambang?" tanyaku. Yusuf sempat berpikir sejenak "Bawa saja"

   "Senter?"

   "Ya"

   "Mantel?"

   "Nah itu yang paling penting" ujar Yusuf

   "Bedak?"

   "Oh, kau yang pakai ya?"

   "Maaf menganggu kalian" sahut seseorang.

   Kami semua menoleh kearah suara tersebut, ternyata Yunita mendatangi kami bertiga.

   "Ada apa?" tanya Enggar

   "Aku ingin berbicara dengan Yusuf sebentar" ujar Yunita tersipu.

   "Aku? Ya sudah, Enggar dan Ardhika teruskan cari benda yang bisa dipakai" Yusuf meninggalkan kami berdua bersama Yunita.

   "Ehm, Ardhika, apa kau tidak lihat?"

   "Lihat apa?" tanyaku kebingungan.

   "Mukanya Yunita"

   "Oh itu, tadi aku lihat ada jerawat kecil" jawabku.

   "Bukan itu dasar bodoh, ah sudahlah tidak penting" ujar Enggar. Aku yang masih kebingungan hanya mengangkat bahu dan meneruskan mencari.


   Sementara ditempat Fajar dan yang lain...
   
   "Yo kalian!" seru Nuansha.

   "Oh kalian" ujar Rangga, kemudian mereka berdua kembali duduk.

   "Wah senang sekali melihat zombie seperti kehilangan dompet" ucap Nuansha sambil tertawa.

   Sesaat ditempat mereka hening, karena hujan jadi mereka agak malas.

   "Oh iya aku lupa!!" Raihan tiba-tiba berseru memecahkan keheningan.

   "Oii!! Ada apa!?" ujar Fajar terkaget.

   "Kita belum memberitahukan ini kan Nuansha, Adam?" tanya Raihan panik. Sesaat kemudian Nuansha dan Adam sama-sama terkejut.

   "Iya juga, kenapa kita bisa lupa" sesal Nuansha.

   "Hei hei ada apa? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Fitria yang diam dari tadi, sedangkan Rika tidur dipangkuannya.

   "Hehehe, kalian pasti tidak tahu kalau ada kelompok lain dari sekolah kita yang juga sudah pergi setelah kalian" ucap Raihan.

   Sontak Fajar, Rangga, dan Fitria terkejut mendengar itu.

   "Ada lagi katamu?" tanya Rangga.

   "Siapa?" tanya Fitria.

   "Mereka itu Febri, Choki, anak kelas 8, Taufik, Najwa, dan Diaz" jelas Nuansha.

   "Siapa anak kelas 8 itu, aku lupa?" tanya Raihan.

   "Niam" jawab Adam.

   "Ah iya Niam. Mereka berenam pergi dari sekolah tepat sehari setelah kalian berlima pergi" jelas Raihan.

   "Oh begitu, tapi harusnya mereka sudah sampai dimana?" tanya Fajar.

   "Kalau mereka tidak memakai kendaraan dan terus berjalan, seharusnya mereka sudah melewati Cangkudu" ujar Rangga.

   "Setahuku juga tak ada yang bisa mengendarai mobil diantara mereka" ujar Raihan.

   "Mungkin mereka..Ebuseet siapa nih yang kentut!?" tanya Fitria sambil menutup hidungnya. Beberapa saat mereka berlima terdiam sambil mengendus sebelum akhirnya menutup hidungnya.

   "Sial, bau bangke, siapa nih ngaku kagak!? Yang jelas bukan aku" tanya Nuansha.

   "Apalagi aku!" seru Fitria.

   "Bukan aku" sanggah Adam.

   "Bukan" tolak Rangga.

   "Bukan aku" ujar Raihan.

   "Hehehe..."

   Semua menengok ke sumber cengengesan itu yang ternyata Fajar.

   "Sial, kau ya!?" seru Fitria

   "Kentutmu kayak parfum impor" Rangga.

   "Berarti kentutku wangi ya?" tanya Fajar.

   "Bukan, baunya tahan lama"

   Fajar hendak memukul Rangga, tapi Nuansha menahannya.

   "Sana kau buang air dulu, bau nya naudzubillah!" bentak Nuansha, yang dibentak langsung diam dan berlari ke toilet. Dijalan Fajar bertemu dengan aku dan Enggar, tapi terus melanjutkan perjalanannya.

   "Fajar kenapa?" tanyaku sesampainya kami berdua di sana.

   "Dia kusuruh buang air, kentutnya bau banget" ujar Nuansha. Kami berdua yang mendengar hal itu hanya ber-oh ria.

   "Oh iya Yusuf kemana?" tanya Raihan saat menyadari Yusuf tak ada bersama kami.

   "Yusuf diseret sama Yunita, katanya mau ngomongin sesuatu" jawab Enggar.

   "Apa!? Jangan-jangan mereka, if you know what i mean" ujar Nuansha, kemudian membayangkan Yusuf dan Yunita yang sedang bermesraan.

   "Imajinasimu luar biasa" ujarku hanya geleng-geleng melihat Nuansha.

   "Sama Yunita? Wah aku baru sadar kalau Yunita tak ada disini" ujar Fitria.

   "Ekh.." Rika terbangun dari tidurnya "Ada apa ini?" tanyannya kebingungan melihat kami berkumpul.

   "Tidak, tidak ada apa-apa" ujar Nuansha. Beberapa saat kemudian Yusuf datang, dengan Yunita dibelakangnya.

   "Ah~ yang dibicarakan datang" goda Nuansha. Yusuf dan Yunita segera duduk ditempat masing-masing.

   "Eh kenapa diam saja?" tanyaku terheran-heran melihat perubahan sikap Yusuf dan Yunita.

   "Tidak kok, oh iya apa saja yang kalian berdua temukan?" tanya Yusuf mengalihkan pembicaraan.

   "Cukup banyak" ujar Enggar sambil meletakkan semua barang dari tas nya keatas meja.

   "Eh, ini..." Yunita mengambil sesuatu dari tumpukan barang.

   "Boneka!" seru Rika riang.

   "Sudah kubilang jangan bawa itu" tegas Yusuf.

   "Tapi boneka ini imut" ujar Enggar.

   "Hah kalian ini" ujar Yusuf.

   "Wah hujannya berhenti" ujar Adam saat mendengar suara hujan berhenti.

   "Tapi masih dingin, aku ingin membuat coklat panas" ujar Fitria.

   "Ingat! Sebentar lagi Maghrib" ujar Fajar tiba-tiba yang sudah kembali dari toilet. Kami hanya mengangguk saja

.    .    .    .

   20.57 WIB 

   Malam telah tiba. Setelah kami berserta para pengungsi yang Islam menunaikan sholat, kami diberi waktu untuk istirahat selama beberapa waktu. Tiap orang punya waktu istirahat yang berbeda-beda. Saat tidak sedang istirahat, mereka membantu yang sedang berjaga. Ini hanya berlaku untuk laki-laki. Tujuannya adalah untuk menjaga pengungsi dan keamanan plaza dari zombie diluar.

   Diantara kami bertujuh, yang mendapat jatah istirahat adalah Adam, Raihan, dan Enggar, sedangkan sisanya berjaga. Jatah istirahat mereka bertiga sampai jam 01.30 WIB. Jadi saat mereka sudah selesai, mereka akan berjaga sedangkan kami yang tidur.

   "Hah, padahal aku ingin sekali tidur di spring bed yang nyaman dan empuk itu" keluhku. Saat itu kami ada di atas atap plaza bersama beberapa orang lainnya. Sehingga kami bisa mengawasi keamanan plaza di tempat aman. Kami bersama beberapa orang mengawasi bagian barat.

   "Jangan khawatir, nanti saat waktu jaga kita selesai kita akan menghabiskan kantuk kita" hibur Yusuf.

   "Tapi rasanya jadi kurang kalau kita berjaga tanpa membawa senjata kita" ujar Rangga.

   "Ssst! Apa kau bodoh!? Jangan keras-keras, nanti mereka tahu" bisik Fajar.

   "Oh iya, maaf" bisik Rangga.

   "Kalian dari Jayanti ya?"

   Kami berempat menengok ke arah yang menyapa kami. Seorang pemuda berpakaian seragam sekolah yang tampak seumuran kami balas memandang kami.

   "Oh iya. Aku Fajar Latiful Habib. Ini Rangga Zeinnurohman, Ardhika Dharmawangsa, dan Yusuf Ali Permadi dari SMPN 01 Jayanti" ujar Fajar memperkenalkan kami satu persatu.

   "Aku Krisjayanto, kelas 9 H" ujar dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.

   "Senang berkenalan denganmu" ujar Fajar menyambut tangan Kris. Kami berempat bercerita banyak hal tentang pengalaman pribadi dan lain-lain, sampai saat zombie apocalypse mulai melanda.

   "Aku mau mengambil beberapa makanan ringan dan minuman dingin" ujar Rangga berdiri.

   "Bawakan kami juga" sahut Fajar. Rangga hanya mengangguk dan pergi.

   "Hei kau, kenapa kau ada disitu!?" seseorang memanggil Kris "Bukannya kita ditugaskan mengawasi bagian utara?".

   "Ah iya maaf. Ya sudah aku pergi dulu" ujar Kris meninggalkan kami berdua. Sudah bermenit-menit kami menunggu, tapi Rangga tak kunjung datang.

   "Kemana sih tuh anak" Fajar mulai ̶l̶a̶p̶a̶r̶ kesal.

   "Tenang, aku akan menyusulnya" ujarku menghiburnya kemudian berdiri untuk menyusul Rangga. Aku menuruni anak tangga, sampai di lantai 2 dan menuruni anak tangga lagi sampai di lantai 1. Aku berjalan menuju bagian makanan dan mencarinya.

   "Rangga!!" panggilku, tapi tak ada respon. Aku terus memanggil dan mencari Rangga. Disaat begini masih saja bisa bercanda batinku kesal. Saat aku melewati lorong yang dibatasi rak berisi kotak susu instant, samar-samar ada yang menarik perhatianku. Sebuah cairan tergenang didepan kulkas yang berisi minuman dingin. Aku kira itu adalah minuman yang tumpah, tapi semakin aku dekati semakin jelas. Aku merasa ngeri. Itu bukan minuman yang tumpah, itu darah!

   Aku mengikuti dari mana sumber darah tersebut sampai akhirnya aku menemukan sesosok tubuh disamping kulkas itu. Saat aku lihat lebih dekat, aku semakin terkejut.

   Itu Rangga..!

   Rangga dengan posisi duduk tergontai lemas, luka gorokan di lehernya dan beberapa luka di kepala dan perut. Aku hampir tak percaya, Rangga yang baru bersama kami beberapa menit yang lalu, kini sudah...

   Mati...

TO BE CONTINUED
   
 
 
 

Thursday 10 December 2015

Z Junior Highschool (Part 12)

   Selamat Siang
   Akhirnya UAS berakhir juga, haaaaaah. Saya juga hampir lupa kalau punya blog, jadi saya akan melanjutkan ceritanya.

   Oke lanjut saja

SELAMAT MEMBACA

   Kami sampai di bagian tengah plaza yang luas. Beberapa barang yang harusnya ada didalam ruangan itu sudah menjadi barikade untuk menahan pintu utama plaza yang terbuat dari kaca.

   "Hey anak-anak sekolah! Ketua ingin bicara dengan kalian!" sahut John yang tadi dari atas tingkat 2.

   "Biar aku saja yang kesana" ujar Fajar kemudian menaiki tangga menuju keatas, sedangkan kami menunggu dibawah.

   "Ngomong-ngomong, kita belum makan siang nih. If you know what i mean" ujar Enggar sambil menyikut Rangga. Guru muda yang mendengar itu langsung berkata kepada Enggar.

   "Mari kita ke kantin, disana masih ada makanan yang cukup untuk kalian" tawar Guru Muda itu. Enggar langsung disambut oleh tatapan setan oleh kami berdelapan (kecuali Rika, karena dia polos) seolah mengatakan 'Bikin malu aja'. Tapi kami akhirnya mengikuti guru muda itu karena kami juga lapar.

   "Disini" ujar guru muda itu saat berhenti dikantin.

   "Kalian duduk disini, akan kuambilkan makanannya" ujar Fitria, Nuansha, dan Yunita, sedangkan kami duduk di meja makan.

   "Apa makanan disini masih bertahan?" tanya Adam penasaran.

   "Kan' listriknya masih ada, jadi dengan kulkas atau peralatan makanan yang lain tidak masalah" jawab Rangga.

   "Tapi sampai kapan listriknya mengalir, apakah pembangkit listrik didaerah sini masih berkerja bahkan saat zombie apocalypse terjadi?" tanyaku.

   "Entahlah" jawab Rangga bangkit dari duduknya dan berjalan kearah tempat soft drink.

   "Rangga, aku ambilkan juga" sahutku.

   "Aku juga mau" sahut Enggar.

   "Aku juga" ujar Adam.

   "Aku mau" sahut Yusuf.

   "Ambilkan juga buatku" sahut Raihan.

   "AMBIL SENDIRI!!" bentak Rangga karena tidak mungkin dia membawa 6 gelas soft drink sekaligus.

   "Anu...Rika ju..juga mau" ujar Rika pelan.

   "Baiklah akan ku ambilkan" ujar Rangga. Kami hanya geram sendiri melihatnya.

   "Makanan datang!" sahut Nuansha sambil membawakan beberapa piring, dibantu oleh Fitria dan Yunitama. Piring yang hanya berisi Fried Chicken dengan nasi diletakkan dipiring.

   "Anu..Apa aku yang salah lihat atau bagaimana ya?" ujarku.

   "Ada apa?" tanya Nuansha.

   "Entah kenapa rasanya porsi makananmu dan Fitria sangat bany..."

   "GUBRAAK!!"

   Tiba-tiba kesadaranku hilang, saat aku sadar tiba-tiba aku sudah digantung disebuah paku didinding yang lumayan tinggi. Aku melihat Nuansha dan Fitria dengan muka manis memegang masing-masing 10 buah pisau..Pisau!?

   "Fit, hukuman apa yang cocok untuk dia ya?" tanya Nuansha dengan nada dan aura yang menyeramkan.

   "Hukuman...Mati"

   "KYAAAA!! LEPASKAN! LEPASKAN AKU! APA SALAHKU! LEPASKAN! MAMAA!!"

   "Ayo kita berdoa sebelum makan" ujar Raihan yang tak peduli dengan aku yang diambang kematian. Begitu juga dengan yang lain. Dasar pengkhianat.

   "Jangan, kita tunggu Fajar dulu" ujar Yunita.

   "Tapi kita nggak tahu kapan dia datang" balas Enggar. Tapi beberapa detik kemudian setelah perkataan Enggar, Fajar muncul dari lorong plaza memasuki kantin."

   "Itu orangnya datang" ujar Adam ringan.

   "Ada apa ini?" tanya Fajar.

   "Nggak, kami lagi nunggu kamu untuk makan bersama" jawab Rangga.

   "Fajar udah datang kan? Ya udah ayo kita mulai makannya" sahutku yang selamat dari eksekusi yang diberikan Nuansha dan Fitria. Semua pisaunya meleset. Sebagai gantinya aku diberikan gulat pro oleh mereka berdua. Sakitnya.

   "Semua sudah berkumpul kan?" tanya Fajar. Semuanya mengangguk. Fajar pun segera memimpin doa sebelum makan setelah sebelumnya kami cuci tangan.

.    .    .    . 

   "Jadi bagaimana ketua, apakah kita perbolehkan mereka mengungsi disini?''

   "Karena kata ketua mereka, mereka hanya tinggal untuk beberapa waktu setelah itu melanjutkan perjalanan mereka, jadi aku ijinkan"

   "Terima kasih banyak"

   Saat ini kami bersebelas sedang bertemu dengan ketua dari kelompok pengungsi disini. Jika dihitung jumlah keseluruhn pengungsi disini ada 8. Kebanyakan adalah siswa sekolah, selebihnya orang dewasa.

   "Berapa lama kalian akan disini?" tanya pemimpin kelompok pengungsi disini yang tak lain adalah perempuan bernama Siti Eliza. Katanya dia adalah mantan tentara, sebelum berubah menjadi ibu rumah tangga karena menikah, tapi bercerai lagi. Dia nggak sempat mengungsi karena dia bangun kesiangan.

   "Minimal 2 hari, setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan kami" jawab Fajar.

   "Yah, padahal aku sudah meminta teman tentara ku untuk mengirim bantuan kesini" ujar Eliza.

   "Baiklah kami akan menunggu disini" ujar Fajar.

   "Tapi sepertinya tidak cukup untuk membawa kalian"

   "Baiklah kami akan meninggalkan plaza ini minimal dua hari"

   Kami semua sedikit kesal melihat Fajar. Pendiriannya gampang banget goyah.

   "Jar, aku mau pergi sebentar" ujarku setelah perundingan selesai.

   "Kemana?"

   "Nyari sepatu, sepatu sekolah kayak gini nggak cocok untuk berlari" keluhku.

   "Baiklah, aku juga ikut" ujar Fajar.

   "Aku juga" sahut Adam saat mendengar percakapanku dengan Fajar. Kami bertiga segera menuju ke toko sepatu yang tidak jauh dari sana.

   "Wah sepertinya pengunjung sebelumnya disini sangat panik, lihat saja berantakan seperti itu" ujar Fajar saat melihat toko sepatu yang berantakan dengan beberapa rak yang jatuh. Kami bertiga mencari sepatu yang cocok bagi kami untuk berlari, sedangkan yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing.

   Sementara ditempat lain...

   "Ya ampun! Ada video game disini!" seru Yusuf histeris.

   "Ya ampun, itukan cuma PSP" tegur Raihan yang terheran-heran melihat Yusuf sehisteris itu.

   "Ya walaupun cuma PSP biasa, tapi akhirnya aku bisa main game setelah berhari-hari" ujar Yusuf dengan nada bersyukur sambil menangis. Raihan yang melihatnya hanya sweetdrop. Tiba-tiba Enggar mendatangi Yusuf dan Raihan.

   "Kau darimana?" tanya Raihan.

   "Abis mencari ini" Enggar menunjuk sebuah smartphone ditangannya.

   "Kau mau menelpon siapa? Lagipula kan tidak ada sinyal" ujar Raihan.

   Enggar yang mendengar itu tiba-tiba mukanya langsung putus asa.

   "Kenapa? Jangan-jangan kau tidak tahu tentang itu?" tanya Raihan terkejut. Enggar hanya bisa menunjukkan cengiran khas nya. Yusuf yang melihat itu tidak peduli dan terus bermain game.

   Tak jauh dari tempat Yusuf , Enggar, dan Raihan...

   "Kyaa, baju disini banyak banget, aku sampai tak tahu harus pakai yang mana" sahut Yunita

   "Ini punyaku, aku yang menemukannya lebih dulu!"

   "Enak saja, aku yang menemukannya lebih dulu!"

    Suara itu berasal dari kedua wanita yang sedang memperebutkan pakaian, Nuansha dan anak dari SMPN 01 Balaraja yang bernama Wulandari Noviani.

   "Ya ampun kalian ini"

   Mereka berdua menengok kearah suara itu, Fitria.

   "Kalian seperti orang udik saja yang tidak pernah melihat baju bagus" ujar Fitria sombong, tapi dia sendiri membawa banyak baju yang ditumpuk yang akan dia coba di kamar ganti. "Kau sendiri juga sama aja dasar idiot" geram mereka berdua.

   "Hahahaha kalian ini" tawa Yunita.

   "Tapi apa kita ganti baju seragam sekolah kita?" tanya Yunita kepada Fitria.

   "Kau nggak nyadar, seragammu udah bau keringat kayak gitu?" ujar Fitria.

   "Tapi jangan ah. Kita kan harus jaga reputasi sebagai Siswa SMP Pembasmi Zombie" sahut Yunitama. "Reputasi yang mana?" batin Fitria sweetdrop, sedangkan disudut lain Rika mencoba berbagai baju sambil bersenandung kecil.

.    .    .    .

   13.19 WIB

   Hujan turun melanda disekitar Balaraja. Wajar sih, ini kan sudah permulaan musim hujan. Setelah menunaikan sholat, kami bersebelas berkumpul dikantin (bukan makan2).

   "Hujan turun, dinginnya brrrr" ujar Adam menggigil.

   "Harusnya ini waktu yang bagus untuk pergi" ujar Fajar.

   "Kenapa?" tanyaku.

   "Suara pergerakan kita akan tersamar oleh suara hujan" jawab Fajar.

   "Tapi kita baru sampai" ujar Enggar.

   "Aku ingin melihat reaksi para zombie disana" ujar Nuansha penasaran.

   "Jangan bilang kau akan melihat melalui pintu utama" ujar Fajar.

   "Tidaklah dasar baka, aku akan menaiki lantai dua dan melihatnya lewat jendela" ujar Nuansha sambil berlari menuju tangga.

   "Aku juga ikut" seru Adam mengikuti Nuansha.

   "Aku khawatir dengan senjata kita" ucap Rangga agak pelan sepeninggal Adam dan Nuansha.

   "Aku juga, apa ketahuan atau tidak?" tanyaku kepada diriku sendiri.

   "Entahlah" jawab Fajar enteng.

   "DUAARR!!"

   Tiba-tiba suara petir menggelegar. Aku hampir terlonjak dari tempat dudukku.

   "Ya ampun Ardhika, begitu saja kau takut" ledek Enggar, tapi dia sendiri gemetar dengan hebat.

   Tiba-tiba Yusuf berdiri dari kursinya setelah bermain game-nya "Aku akan mencari perlengkapan yang bisa dipakai dalam perjalanan nanti. Enggar & Ardhika, temani aku"

   "Ha'h? Kau seperti anak perempuan yang minta ditemani" ujarku ogah-ogahan, tapi akhirnya ikut juga. Kami bertiga menjauhi kantin dan berpapasan dengan Nuansha dan Adam didekat tangga.

   "Oh kalian berdua, bagaimana reaksi zombie diluar?" tanya Yusuf, tapi Nuansha dan Adam hanya diam saja, sementara muka mereka sangat pucat.

   "Hey kalian, ada apa" ujarku mencoba menyadarkan mereka.

   Nuansha hanya meringis ketakutan "Diluar sana..."

TO BE CONTINUED
   
   

Friday 27 November 2015

Z Junior Highschool (List of weapon)

   Selamat Siang.
   Hari ini saya ingin membuat daftar senjata yang dipakai oleh tokoh dicerita ini. Kenapa? Walaupun ada yang tahu beberapa senjata disini, tapi mungkin saja ada yang tak tahu. Apa itu naginata? Katana ama ninja-to apa bedanya sih?. Kayak gitu.

   1. Aku (Ardhika Dharmawangsa)

   Dalam cerita dia mempunyai dua senjata, katana dan pistol Colt 1911.
    Walau yang saya bayangkan bukan seperti ini, tapi kira-kira seperti ini rupanya.

   Colt 1911.

   2. Fajar Latiful Habib.

   Dia memiliki 3 senjata. Golok, Ithaca model 37, dan Tanto (Walaupun dia jarang memakainya).
Kira-kira seperti ini rupa goloknya
Ithaca Model 37
Tanto itu pedang pendek, dalam cerita Fajar menyelipkannya diantara pinggang dan sabuknya.

   3. Enggar Rizki Sanjaya

   Enggar hanya memiliki satu senjata, yaitu senapan M14 EBR.

   4. Rangga Zeinurohman

   Rangga mempunyai 2 senjata yaitu sebuah ninja-to dan Colt 1911 sama dengan Ardhika, jadi nggak usah diperlihatkan lagi.

   5. Fitria Ramadhani.

   Dia hanya mempunyai satu senjata, yaitu MP5.

   6. Yusuf Ali Permadi.

   Dia juga hanya memiliki satu senjata, yaitu PINDAD PM-V2.

   7. Adam Hidayat

   Dia hanya mempunyai satu senjata, sebilah katana.

   8. Raihanudin Rafif.

   Raihan memiliki satu senjata, yaitu SS2-V5.
   9. Nuansha Wening.

   Dia mempunyai satu senjata, yaitu PINDAD SS 2 Assault Riffle.

   10. Yunita Aurora.

   Dia juga mempunyai satu senjata, yaitu naginata.
Naginata adalah tongkat yang diberi bilah katana diujungnya.

   11. Rika Alexandra

   Dia senjatanya paling sederhana, yaitu Nokia 3310.


   Nah itulah senjata yang dimiliki oleh tokoh utama dicerita ini. Oh iya! Dalam seminggu kedepan saya akan libur dari blogspot, karena akan ada UAS.
   Selamat Siang

Monday 23 November 2015

Z Junior Highschool (Part 11)

   Selamat Malam.
   Maaf tadi nggak ngepost karena laptopnya hilang (maksudnya diumpetin). Tapi akhirnya ketemu juga dilemari (perasaan udah dicari disitu).

   Oke lanjut saja.

SELAMAT MEMBACA.

   "Kita akan sholat dimana?" tanya Fitria.

   Saat itu kami bingung ingin sholat subuh dimana. Saat itu sudah jam 03.41 WIB.

   "Kita cari tempat yang aman dan terisolasi" jawab Fajar, walau dia sendiri tidak tahu dimana tempatnya.

   "Lapangan Futsal!" usul Nuansha.

   "Kenapa usulanmu selalu tak masuk akal" ujar Yunita.

   "Nuansha benar, lapangan futsal kan agak tertutup. Kalau ada zombie tidak bisa masuk karena dilindung jaring" dukung Fajar, yang membuat Nuansha berbinar-binar.

   "Baiklah, tapi dimana?" tanya Fitria.

   "Cangkudu!" ujar Fajar "Disana sekarang masih tutup kemarin karena ada tragedi. Kita akan kesana" ujar Fajar setelah mendapa persetujuan.

   Sedangkan dibagian belakang, yang terjaga hanya Raihan, Enggar, dan Adam. Sisanya tidur nyenyak melanjutkan tidurnya yang tadi. Enggar beberapa kali melepaskan tembakan kebeberapa zombie didepan. Raihan corat-coret dibuku, sedangkan Adam membaca komik milik Nuansha (Dia saat kabur dari rumahnya malah membawa lebih banyak buku komik dan manga).

   "BRMMM"

   Mobil Jeep melewati beberapa rumah, warung, bengkel, rumah makan, dan...zombie (Yang itu tak usah diperjelas lagi). Setelah melewati beberapa rumah, pohon, dan zombie, akhirnya Mobil Jeep sampai didepan Lapangan Futsal Cangkudu. Lapangan Futsal Cangkudu mempunyai luas kira-kira seluas 2 kali lapangan baseball, dihitung juga beberapa wilayah. Lapangan Futsal ini mempunyai sebuah gerbang besi yang besar, dengan tembok setinggi 5 meter mengelilingi lapangan. Mobilnya hanya diparkir didepannya. Syukurlah gerbang besi masih terkunci dengan label 'TUTUP', dan tidak ada zombie satupun didalam sana.

   "Hey bangun" ujar Adam sambil menepuk (Atau lebih tepat memukul) kami bertiga. Rangga yang terbangun duluan bertanya "Dimana ini?".

   "Ini dilapangan Futsal Cangkudu, kita akan sholat dan istirahat disana" jawab Adam. Aku yang sudah terbangun hanya menguap sambil menggendong tas, sedangkan Yusuf hanya mengangguk-angguk sambil memegang Pindad PM-V2 SMG-nya. Kami semua segera turun dari mobil.

   "Bagaimana caranya masuk?" tanya Rika.

   "Manjat saja" jawab Fajar enteng. Seketika semua cewek langsung protes.

   "Kami ini cewek, makhluk yang lembut. Masa iya kamu menyuruh para makhluk yang lembut ini memanjat pagar seperti monyet" ujar Yunita.

   "Baiklah kalau kalian ingin mati" ujar Fajar.

   "Baiklah kami akan naik" sahut Yunita, Nuansha, dan Fitria bersamaan.

   Pertama Fajar dan Enggar yang naik duluan, sedangkan aku dan Adam berjaga. Kebetulan wilayah ini sedang sepi dari zombie.

   "Clear" sahut Enggar memberitahu dari dalam.

   "Jangan mengintip" peringat Yunita kemudian memanjati pagar. Yusuf ingin menengok tapi segera dijitak oleh Nuansha "Dasar Hentai!"

   Kemudian Rika menyusul naik, kemudian Nuansha dan Fitria. Dan akhirnya kami cowok berlima terakhir menyusul.

   "Baiklah kita laksanakan sholat disini" ujar Fajar.

   "Kebetulan ada mushola kecil disana" unjuk Nuansha kearah Mushola disamping loket.

   "Kita akan sholat disana. Mari" ujar Fajar.

.    .    .    .

   Setelah kami bersebelas melaksanakan sholat subuh dengan Fajar sebagai imamnya, kami beristirahat dilapangan Futsal yang luas. Para cewek tidur lelap. Fajar tidur setelah dicekokin obat penenang (Karena tadi Nuansha salah obat dan memberinya obat perangsang, seketika saja Fajar langsung gila. Sebelum Fajar menyerang Nuansha, kami semua berusaha memegangi fajar dan meminumkan obat penenang). Sedangkan kami tersisa ada yang berbaring, membaca komik, dan termenung saja.

   "Hei, main game yuk" sahutku kepada orang yang masih terjaga.

   "Mau main apa?" tanya Rangga sambil menutup komiknya.

   "SOS?"

   "Nggak"

   "ABC lima dasar?"

   "Nggak"

   "Petak umpet?"

   "Nggak"

   "Mending main Clash Of Clans" sahut Adam masih dengan buku komik berjudul 'Highschool Of The Dead'.

   "Mana hp-nya? Sial, war-nya tanggung tuh" ujar Yusuf.

   "Ntar kirimin Barbarian sama Archer buat ngelawan zombie diluar"

   "Giant aja"

   "Boleh juga, tapi kalo Giant-nya digigit gimana?"

   "Ngeri tuh"

   Begitulah percakapan kami yang terus berganti-ganti tema setiap 10 menit sekali, sampai si Fajar bangun.

   "Baiklah sekarang saja kita berangkatnya" ujar Fajar sambil melihat jam ditangan Nuansha (kere amat). Sedangkan semuanya sudah bersiap-siap.

   "Enggar, coba lihat keluar" ujar Fajar. Enggar segera pergi kedepan. Beberapa saat kemudian dia kembali lagi "Ada beberapa zombie, sekitar 5-6 zombie" ujar Enggar.

   "Dengan jumlah sebanyak itu tidak terlalu buruk. Ayo kita keluar"

   Semuanya segera memanjat pagar besi. Pertama aku dan Adam, karena kami berdua merupakan petarung jarak dekat. Setelah turun kami segera membasim zombie yang ada. Kemudian semuanya menyusul turun dan segera naik kedalam mobil. Fajar segera menjalankan mobil Jeep-nya.

   "BRMMM"

   Mobil Jeep segera melaju menjauh dari lapangan Futsal. Setelah itu kami yang sudah cukup beristirahat sudah cukup bersemangat untuk membasmi zombie didepan kami. Tapi beberapa jam kemudian...

   "DOOR!!"

.    .    .    .

    "Ya ampun, bagaimana bisa seperti ini?" keluh Fitria.

   "Padahal tadinya baik-baik saja" ujar Fajar.

   "Apa karena kebanyakan melindas zombie ya?" tanyaku.

   "Bisa jadi" ujar Rangga.

   Kami semua hanya bisa menerima apa yang terjadi. Ban Mobil Jeep kami pecah, saat itu kami sudah sampai di Balaraja saat pukul 09.29 WIB.

   "Mau tidak mau kita harus berjalan" ujar Fajar.

   "Tapi apakah mobil ini akan ditinggalkan begitu saja" ujar Yusuf.

   "Mau bagaimana lagi" Fajar mengangkat bahu. Akhirnya kami hanya berjalan meninggalkan Mobil Jeep itu setelah kami membawa seluruh barang dimobil, seperti kotak P3K, tas senapan yang hanya berisi beberapa pistol, dan ransel besar yang berisi katana. Dan...aku yang membawa tas berisi 7 katana sendirian!

   "Hey, tolongin donk, berat nih" keluhku yang jalan paling belakang karena kelelahan membawa beban seberat itu. Tapi tiba-tiba segerombolan zombie datang dari belakang.

   "Uwaaa! Ada zombie!" seruku sambil berlari mengejar mereka. Mereka yang mendengar perkataanku langsung menoleh kebelakang.

   "Ayo cepat" ujar Fajar. Tapi diwaktu bersamaan ada 5 zombie didepan kami.

   "Sial, bagaimana ini?" tanya Nuansha panik.

   "Kita terus maju" ujar Rangga sambil menghunuskan ninja-to nya dan menusuk kepala zombie itu. Yang lain terus bergerak maju, sedangkan aku hanya berlari mengejar mereka. Melihatku keberatan, Adam dan Nuansha segera membantuku. Kami terus bergerak maju, sedangkan zombie yang mendatangi kami makin banyak saja.

   "Kita tak bisa begini terus" sahut Yunita sambil menebaskan naginata-nya.

   Tiba-tiba saja Raihan melihat seseorang berlari menyebrangi jalan. Raihan yang melihat itu memberitahukan Fajar tentang hal itu.

   "Jar, tadi aku lihat ada orang berlari kesisi jalan disana" ujar Raihan.

   "Bisa jadi disana ada tempat yang aman, ayo kita kesana" ujar Fajar. Kami semua berjalan menuju tempat yang Raihan maksud. Ternyata tempat itu adalah sebuah plaza. Pintu utama tertutup rapat dengan beberapa barikade lemari dan troli yang terlihat dari luar.

   "Bagaimana caranya kita masuk?' tanya Rika.

   "Lihat ini" ujarku sambil menunjuk jejak kaki berlumpur. Sepertinya orang itu menginjak lumpur sehingga jejaknya tertinggal. Jejak itu mengarah kesebuah pintu kecil disamping plaza.

   "Kita kesana" sahutku sambil berlari kearah sana, diikuti oleh Fajar dan yang lain. Sesampainya disana Adam mencoba membuka pintu. Ternyata pintu itu tidak terkunci.

   "Sepertinya orang itu terburu-buru saat masuk kesini" ujar Adam. Kami semua segera masuk kedalam dan segera menutupnya. Ternyata kami masuk kedalam gudang penyimpanan. Kami langsung menjatuhkan lemari penyimpanan dan barang lain disekitar kami untuk dijadikan barikade.

   "Akhirnya" keluh Enggar saat kami sudah selesai membarikade pintu. Tapi tiba-tiba...

   "Tap...tap...tap..."

   "Ada orang yang datang" bisik Rangga.

   "Sembunyikan senjata kalian" bisik Fajar agak keras.

   "Tapi kena..."

   "Lakukan saja!" Fajar memotong pertanyaan Yusuf. Kami segera melakukan apa yang diminta Fajar. Fajar menyembunyikan Ithaca-nya dibalik reruntuhan kardus mie instan, sedangkan goloknya dibiarkan. Rangga, aku, dan Adam menyembunyikan pedang kami masing-masing didalam kardus mesin cuci, sedangkan Colt 1911 aku dan Rangga kami simpan ditas. Enggar, Yusuf, Raihan, Fitria, dan Nuansha menyembunyikan senapan dibalik kardus kosong yang ditumpuk. Sedangkan Yunita menaruh naginata-nya dibalik pintu gudang.  Beberapa detik kemudian, seseorang datang.

   "Hey, apa yang kalian lakukan?" tanya orang itu.

   "Maaf, kami tadi terdesak, jadi kami pergi kesini untuk menyelamatkan diri" jawab Fajar sopan. 2 orang lagi datang dibelakang orang yang menanyai kami tadi.

   "Oh, kalian juga selamat ya? Kalian dari Jayanti kan? Wah jauh sekali" ujar seseorang dibelakang yang ternyata adalah siswa SMP Negeri 01 Balaraja.

   "Kalian pasti lelah, ayo kedalam dulu" ajak seorang wanita muda yang dari bajunya seperti seorang guru.

   "Baiklah" ujar Nuansha.

   "Hey! Apa kalian yakin akan mengajak mereka mengungsi disini?" tanya orang yang menanyai kami tadi.

   "Ya ampun, kau tidak berperasaan sekali John" ujar guru itu. Orang yang dipanggil John itu hanya diam dan pergi dari situ.

   "Mari" ajak guru itu.

   "Maaf, bisa tunggu kami berdiskusi sebentar?" tanya Fajar.

   "Silahkan" ujar guru muda itu sembari meninggalkan gudang, diikuti oleh siswa itu. Kami semua segera merapat.

   "Kenapa kau suruh kita menyembunyikan senjata?" tanya Fitria.

   "Soalnya kalau mereka yang didalam plaza melihatnya, mereka pasti ingin memilikinya. Mengingat situasi sudah seperti ini" jelas Fajar.

   "Ya udah kalau soal itu, terus apa yang kita lakukan?" tanya Enggar.

   "Kita akan mengungsi disini dalam beberapa hari, dan pada saatnya tiba kita lanjutkan perjalanan kita ke alun-alun" jawab Fajar. Yang lain hanya mengangguk-angguk dan setuju atas rencana Fajar. Kami pun meninggalkan gudang itu dan bergabung dengan pengungsi-pengungsi lainnya.

TO BE CONTINUED

Sunday 22 November 2015

Dibalik Air Terjun (Prolog)

   Selamat Malam
   Karena lagi senggang, jadi saya membuat cerita lain, walaupun cerita Z Junior Highschool belum kelar-kelar.

SELAMAT MEMBACA

   Agharta...
   
   Dalam beberapa folklor, kota ini disebut Agartha. Beberapa penulis membuat rincian tentang kota ini, sehingga menjadi kabur apakah sekadar dongeng atau misteri yang belum terungkap.
   Salah satu contoh, menurut seorang pelaut Norwegia bernama Olaf Jansen didalam buku biografinya "The Smoky God" menjelaskan bahwa Agartha adalah nama sebuah kota didalam hollow earth. Willis Emerson seorang penulis yang juga menulis kisah perjalanan Jansen didalam buku "Agartha - Secrets of the Subterranean Cities" menjelaskan bagaimana sekoci Jansen berlayar melalui pintu masuk interior bumi di Kutub Utara.
   Selama dua tahun ia tinggal bersama penduduk koloni Agharta. Dunia ini diterangi oleh matahari yang lebih berasap, dia menyebutnya "smoky sun". "Shamballa" adalah pusat pemerintahan di Agharta.   Selama dua tahun tinggal di Agharta, Jansen mendapatkan banyak informasi yang mengejutkan. Menurut mereka, Agharta dulunya juga berada dipermukaan (kerak bumi), namun karena perang dahsyat yang terjadi pada masa itu menenggelamkan mereka kedalam bumi. Mereka mengaku Agharta adalah sisa-sisa peradaban Atlantis dan Lemuria.
   Dahulu Atlantis dan Lemuria adalah dua kota terbesar dan termaju. Kemudian kedua bangsa ini bertempur, berperang dahsyat. Perang Thermo Nuclear yang dilancarkan kedua bangsa menyebabkan keduanya hancur dan jatuh kedalam bumi. Sisa-sisa pertempuran Atlantis dan Lemuria masih ada di permukaan, yaitu Gurun Sahara, Gurun Gobi, Bagian selatan Australia, dan Gurun di AS.
   Agartha juga dimuat dalam buku "Reliable" karya Alexandre Saint-Yves d'Alveydre. Menurutnya, dunia rahasia Agartha serta semua kebijaksanaan dan kekayaannya akan dapat diakses demi kepentingan seluruh umat manusia.    Alexandre menulis dengan sangat bagus, seolah-olah kota ini memang benar-benar ada, jalan masuknya di Himalaya, Tibet. 
   Penjelajah lain, Ferdynan Ossendowski menullis sebuah buku di tahun 1922 "Beasts, Men and Gods."  Dalam buku tersebut, Ossendowski menceritakan sebuah cerita tentang sebuah kerajaan bawah tanah yang ada di dalam bumi. Kerajaan ini dikenal sebagai Buddha Agharti.
   Tampaknya, Agartha merupakan kisah legenda yang telah ada dalam ajarah Buddha Vajrayana lalu dihidupkan kembali oleh penulis-penulis barat. Termasuk berbagai bentuk seni lainnya seperti lagu, games, dan sebagainya.
TO BE CONTINUED

Z Junior Highschool (Foto perkenalan tokoh)

   Selamat Sore
   Sebenarnya cerita ini tokoh-tokohnya terinspirasi dari teman-teman saya. Jadi sebagai penyelang cerita, saya beri foto teman saya yang menginspirasi saya membuat cerita ini.

   1. Aku (Ardhika Dharmawangsa)
   
   Itu sebenarnya saya (ngarep banget jadi jago katana). Nama asli I Kadek Aryawan (Readers: Orang bali ya, berarrti Hindu donk) Emang bener, tapi agamanya saya ubah menjadi Islam dicerita. Fotonya nggak ada, ogah banget ngasih, ntar pada ngefans (Readers: GR amat). 14 tahun, kelas 9 H

   2. Fajar Latiful Habib.
   
   

   Gimana orangnya? Dapetnya waktu makan nasi uduk, nggak ada yang kerenan dikit. Nama aslinya Muhammad Fajar Latiful Habib (Readers: Oh cuma dikurangi Muhammad-nya). 14 tahun, sekarang kelas 9 E.

   3. Enggar Rizki Sanjaya


   Orangnya kecil ya? Kecil-kecil tapi lumayan lho, dia pinter. Nama aslinya Enggar Rizki Sanjaya (Readers: Namanya gak diubah sama sekali). 14 tahun, sekarang kelas 9 B.

   4. Fitria Ramadhani dan Rangga Zeinurohman.

   Biar simple langsung saja. Udah tau kan yang mana (Masa iya Rangganya yang make kerudung). Nama aslinya Rangga Zeinurrohman dan Fitria Sandra. Umurnya kagak tau, kelas: Rangga 9 C, Fitria 9 H.

   5. Yusuf Ali Permadi.

   
   Orangnya yang pake jaket merah, nggak tau kenapa dia nyaranin make foto ini. Sebenarnya ada foto lain yang menunjukkan muka dia sebenarnya, tapi dia malu (Njiir najis). Namanya gak diubah sama sekali. 14 tahun, sekarang kelas 9 F.

   6. Adam Hidayat.

   
   Nama asli Geovani Adam Hidayat. 14 tahun, kelas 9 E, sekelas dengan Fajar.

   7. Raihanudin Rafif


   Orang paling jenius yang pernah saya temui. Namanya tidak diubah. Umur tidak tahu, kelas 9 B sekelas dengan Enggar.

   8. Nuansha Wening.


   
   Fotonya serem ya, karena dia berpose seperti itu. Nama aslinya Nuansha Wening Putri. Dia anak Otaku sama seperti cerita. Dia sangat menyukai anime, terutama Death Note. Umur 14 tahun, kelas 9 H sekelas dengan Fitria.

   9. Yunita Aurora

   
   Nama asli Yunitama Aurora Putiek. Dia penggemar One Direction. Dia punya imajinasi cukup tinggi, terbukti berkhayal tentang menjadi istri dari salah satu personil boy band itu yang entah namanya siapa. 14 tahun, kelas 9 C, sekelas dengan Rangga.

   10. Rika Alexandra.


   Aslinya dia anak SMP, tapi dicerita dia anak SD. Nama asli Fauriska Yulia Rizki. Anak Otaku juga (Malah lebih parah). Umur nggak tau, tapi kalau dari muka kayak 38 tahun. Kelas 9 H, sekelas dengan Nuansha dan Fitria.

   Nah itulah foto asli dari pemeran Ganteng Ganteng Zombie (Reader: Salah judul!) Oh maksudnya Z Junior Highschool. Ceritanya lanjutannya akan menyusul.

   Selamat Sore

Wednesday 18 November 2015

Z Junior Highschool (Part 10)

   Selamat Malam
   Kemarin saya tidak ngepost karena ada beberapa alasan yang tidak bisa saya ungkapkan dengan ekspresi dan kata-kata (Readers: Alay)
   Mari kita lanjutkan cerita ini.

SELAMAT MEMBACA

   Suasana didalam rumah Nuansha sangat tenang (Iyalah, kalo ribut ntar zombie-nya dateng). Sudah sejam kami berlima sampai dirumah Nuansha. Setelah menunaikan sholat wajib, kami bersiap untuk makan malam. Sembari menunggu para cewek mempersiapkan makan malam, kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Enggar mengisi tiap magazine-nya dengan peluru. Aku, Rangga, dan Adam membersihkan bilah pedang kami dari darah dan daging dengan tisu. Yusuf dan Raihan melakukan hal yang sama dengan Enggar. Sedangkan Fajar hanya duduk sambil melihat-lihat foto di ruang tamu. Terlihat Nuansha bersama 4 saudara dan orang tuanya disebuah foto yang agak besar.

   "Hey para lelaki yang malas, makan malamnya sudah siap!" seru Fitria seenaknya.

   Mendengar itu kami semua menuju keruang makan.

   "Eh~ Mie instan" ujar Enggar.

   "Karena berasnya tidak ada, jadi kami membuat 11 mie instan yang dicampur menjadi satu" ujar Nuansha.

   "Kayak anak kost aja" ujar Fajar, yang langsung disambut oleh tatapan marah Nuansha

   "Dari mana kalian mendapatkan mie dan bumbu yang lain?" tanyaku.

   "Disebelah sana ada warung. Saat Fajar dan Enggar menjemput kalian berlima, kami bertiga kesana dan membawa sekardus mie instan dan bumbu dapur lainnya" jawab Raihan.

   "Nekad sekali kalian" ujar Adam.

   "Oh iya, apa kau telah menemukan bukti bahwa orang tuamu pergi juga ketempat pengungsian?" tanya Rangga.

   "Oh, dokumen dilemari hilang dan beberapa barang dirumahku. Sepertinya beberapa tetanggaku juga ikut kesana" jawab Nuansha.

   Kami semua akhirnya duduk dilantai menghadap semangkuk mie instan. Kami menaruhnya dilantai karena meja makan tak cukup untuk kami bersebelas. Setelah berdoa bersama, kami memulai makan malam kami.

   "Rika dulu, habis itu anak perempuan" tegur Yunita takkala melihat aku dan Enggar kembali berebut makanan lagi.

   "Ya ampun kalian ini" ujar Nuansha.

   Rika yang mengambil makanan duluan, kemudian Yunita, Nuansha, dan Fitria, dan akhirnya Enggar, aku, Rangga, Adam, Yusuf, Raihan, dan Fajar.

   "Selamat Makan!" seru semuanya.

.    .    .    .

   "Jar, setelah ini kita kemana?"

   Kami bersebelas melakukan diskusi setelah selesai makan malam tadi di ruang tamu. Fajar dan Yusuf duduk disebuah sofa. Nuansha dan Yunita duduk disofa lainnya, dengan Rika yang duduk dipangkuan Nuansha. Fitria duduk disebuah kursi yang dia ambil dari meja makan. Sedangkan Adam, Enggar, Raihan, aku, dan Rangga duduk dilantai (ngenes amat).

   "Kita akan melanjutkan kerumah Raihan, kapan kita kesananya itu terserah kalian. Kalau setuju, kita bisa berangkat sekarang" ujar Fajar.

   "Gilee, kau masih belum lelah" ujarku.

   "Belum" jawabnya polos.

   "Tapi kau harus cukup istirahat, masa iya saat nanti kami bertarung kau malah tidur. Dasar" bentak Nuansha. Tapi aku tahu kalau sebenarnya dia mengkhawatirkan Fajar.

   "Baiklah, jadi kapan?" tanya Fajar.

   "Besok jam 5 saja" usul Rangga.

   "Itu kalau kita bisa bertahan dirumah ini sampai besok. Kalau keadaan mendesak, mau tak mau kita harus meninggalkan tempat ini" ujar Fajar.

   "Baiklah, kami semua setuju" ujar Raihan. Tapi tiba-tiba...

   "BRAAK!!"

   Ada zombie yang mendobrak pintu pagar yang dibarikade dengan meja dan lemari. Zombie yang lain mengikuti hal yang serupa.

   "Mungkin saatnya" ujar Fajar sambil bersiap-siap dengan golok dan Ithaca-nya.

   "Ya ampun, harus sekarang gitu" keluh Nuansha sembari mengambil PINDAD SS2 Assault Riffle.

   Kami semua mulai besiap dan berkemas.

   "BRAAK!"

   Zombie diluar terus mendobrak pintu pagar.

   "Semuanya sudah siap?" tanya Fajar sambil melihat semuanya "Baiklah, ayo!"

   Kami keluar rumah tapi didepan pintu pagar banyak zombie yang berkerumunan, walau tidak terlalu banyak.

   "Bagaimana kalau kita lewat sana" usul Raihan sembari menunjuk sebuah pagar tembok. Sepertinya dia ingin kita berjalan diatasnya.

   "Baiklah, tak ada pilihan lain" yang lain mulai memanjat dan berjalan perlahan untuk keluar dari rumah Nuansha.

   "Kak, Rika takut" ujar Rika

   "Tenang saja, tak usah takut" hibur Fitria.

   Kami terus berjalan perlahan. Tapi saat dipertengahan jalan, tiba-tiba Yusuf terpeleset dan jatuh (Sepertinya dia bawa sial terus :v).

   "BRUK" Untunglah tempat dia jatuh tidak ada zombienya. Tapi zombie yang mendengar suara jatuh segera mendekati Yusuf.

   "SYAT"

   Tiba-tiba dua kepala zombie didepan Yusuf terpenggal, zombie itu ambruk seketika.

   "Dasar, kalau mau kepeleset bisa ditahan dulu kan" gerutuku sambil mengibaskan katana-ku.

   "Hey! Kau kira kencing" balas Yusuf.

   Tapi zombie yang lain mulai mendekati kami.

   "Bagaimana?" tanya Rangga.

   "Mau bagaimana lagi. Sudah telanjur" jawab Fajar sambil menghunuskan goloknya dan segera melompat turun. Yang lain juga ikut turun sambil bergerak maju.

   "Selama masih bisa, hindari tembakan yang bisa memancing mereka" sahut Fajar. Seperti biasa, aku, Adam, dan Rangga 'bermain' dengan pedang kami lagi.

   "SYAT"

   "SYAT"

   "Yang lain terus bergerak maju" ujar Raihan.

   "Itu, sedikit lagi" ujar Rika saat melihat Mobil Jeep kami yang terparkir ditengah lapangan bermain. Fajar segera masuk dan menghidupkan mesin.

   "Cepat naik!" seru Fajar.

   "Tunggu sebentar" ujar Rangga karena kerepotan menghadapi zombie yang tiada habisnya.

   "Ayo" ajakku pada Adam dan Rangga. Kami pun segera naik keatas Mobil Jeep.

   "Go, Fajar!" seru Nuansha.

   Mobil Jeep segera berjalan menjauhi kerumunan zombie disana.

   "Enggar tolong urus didepan" sahut Fajar.

   Enggar segera mengangkat M14-nya dan menembaki zombie yang menghalangi laju Mobil Jeep dengan tepat sasaran.

   "BATS"

   "BATS"

   "BATS"

   Akhirnya kami melewati malam yang tegang ini. Saat itu sudah jam 02.26 WIB. Sekarang giliran...
   
   Rumah Raihan


  "BRUUM..."

   Mobil Jeep kami melaju dengan cepat menuju rumah Raihan. Raihan memberi petunjuk kepada Fajar, Enggar menembaki setiap zombie yang menghalangi. Sedangkan kami bertiga dibelakang? Tidur, kami sangat lelah sekali.

   "Rika kedinginan" keluh Rika mengigil. Memang baju seragam SD itu tidak bisa menahan hawa dingin saat dini hari.

   "Ini" Fitria memakaikan selimut tebal yang dia pakai ke Rika. Sehingga mereka berdua memakai selimut bersama.

   "Kalian jahat sekali, aku juga kedinginan" ujar Yunita sambil mendekap bersama Fitria dan Rika.

   "Ini kan lebih hangat" ujar Rika senang.

   "DAAK"

   "Aduuh" ringisku karena kepalaku terbentur sisi mobil saat mobil berbelok cukup tajam.

   "Fajar, kalau mengemudi yang benar!" seruku.

   "Maaf, aku sangat lelah" sahutnya.

   "Kalau kau lelah jangan dipaksakan, lebih baik kau..." Nuansha tidak meneruskan perkataannya. Aku menduga dia akan menganjurkan Fajar untuk beristirahat.

   "Meminum obat kuat!" seru Nuansha. Seketika kami semua langsung shock mendengarnya.

   "Woii, dia malah akan menyerangmu Nuansha" ujar Rangga.

   "Kau dapat dari mana?" tanya Fitria.

   "Dari tas Ardhika" jawab Nuansha polos. Seketika yang dibelakang menatapku.

   "Eh, ada apa?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

   "Kenapa kau tidak bagi-bagi" ujar Raihan.

   Oke scene ini dilewatkan saja. Kelompok ini memang benar-benar aneh.

.    .    .    .

   Akhirnya setelah beberapa saat, kami sampai didepan rumah Raihan.Saat itu sudah jam 03.01 WIB.  Karena rumahnya dekat dengan jalan utama, jadi sangat menguntungkan kami untuk kabur.

   Raihan, Fajar, aku, dan Yusuf turun dari mobil dan mulai masuk kedalam rumah Raihan dengan mengendap-ngendap, takut ketahuan. Sedangkan yang lain tetap berada dimobil, menyisakan Rangga, Enggar, dan Adam untuk berjaga-jaga.

   "kreek"

   Suara pintu berderak pelan. Fajar membuka pintu yang kebetulan tidak terkunci dan melihat kedalam. Suasana rumah sangat sepi. Walau ada beberapa barang yang jatuh, tapi Fajar beranggapan bahwa keluarga Raihan panik dan segera pergi.

   "Ayo" ujar Fajar.

   Kami segera masuk kedalam rumah Raihan dan segera memeriksa keadaan didalam rumah. Tidak ada siapa-siapa. Raihan masuk kedalam kamar untuk memeriksa dokumen dan barang lain yang ada.

   'gro..oou"

   Saat Raihan sibuk memeriksa dokumen, tiba-tiba dua zombie datang dari arah belakang rumah. Kami semua terkejut melihatnya.

   "Dari mana mereka datang" ujarku sambil menghunus katana-ku.

   "Pasti dari halaman belakang" ujar Fajar, karena dia pernah ke rumah Raihan.

   Aku dan Adam segera memotong kepala zombie itu. Tapi ternyata ada beberapa zombie dari kejauhan menuju ke arah kami.

   "Mereka berdatangan" ujar Adam.

   "Raihan apa kau belum selesai?" tanya Fajar.

   "Sudah" jawab Raihan sembari keluar dari kamar sambil membawa beberapa dokumen. Kami semula terkejut melihatnya, tapi Raihan yang melihat itu segera berkata "Hanya dokumenku yang tidak dibawa".

    "Ayo pergi dari sini!" seru Fajar. Tapi tiba-tiba...

    "DOOR"

    Suara tembakan menggema. Kami segera keluar dari Rumah Raihan dan melihat Mobil Jeep kami dikelilingi oleh zombie.

   "Kalian sudah selesai? Cepat pergi" sahut Enggar sambil melepaskan tembakannya.

   Fajar segera memasuki mobil, sedangkan kami menaiki bagian belakang. Fajar segera menjalankan Mobil Jeep.

   "BRMMM" Mobil Jeep segera menjauhi rumah Raihan. Enggar dan Yusuf masih melepaskan tembakan kearah zombie-zombie itu, baik depan maupun yang dibelakang.

   "Wow, itu tadi tegang sekali" gurau Raihan sambil memasukkan dokumennya kedalam tasnya. Diantara mereka berlima, hanya Raihan dan Yunita yang membawa tas.

   "Baiklah sekarang kita akan ke Alun-alun Tanggerang" sahut Yusuf.

   "Rumahmu tidak?" tanyaku terheran-heran.

   "Tidak perlu, keluargaku sedang pulang kampung. Karena sebentar lagi UAS, jadi aku ditinggal" jawab Yusuf.

   Mobil Jeep yang membawa kami bersebelas terus melaju melewati jalan sambil beberapa kali menabrak zombie yang menghalangi. Kami tak tahu apa lagi yang akan terjadi...

TO BE CONTINUED 
   
   



   
   
   

Friday 13 November 2015

Z Junior Highschool (Part 9)

 Selamat Malam.
   Maaf ya agak lama, soalnya saya tadi pulang sekolah ketemu duit Rp 2000, abis itu karena haus saya beli Ale-ale, dan saat saya gosok dengan kembalian 1000, saya mendapat hadiah tour ke Singapura. Saat saya mau pulang untuk siap-siap ke Singapura, saya ketemu nenek. Karena saya orang yang alim dan baik hati (Readers: dilempar panci) saya bantu tuh nenek. Nenek itu ternyata memberi saya misi mengumpulkan 9 bola naga (Readers: "7 kalee") Karena Tugas itu terlalu berat, saya menolak. Nenek itu memberi gigi emasnya kemudian pergi. Eh ternyata ale-ale Singapura saya jatuh dan hilang entah kemana, oke itu bohong.
   Oke kita lanjutkan kecerita.

SELAMAT MEMBACA

   Nuansha yang tidak bisa diam saja ingin keluar dari mobil, tapi dicegah oleh Rika.

   "Kakak jangan keluar, disana berbahaya" ujar Rika.

   "Tapi Rika-chan, kakak tidak bisa diam saja saat teman kakak melindungi kita. Maaf ya" ujar Nuansha sembari keluar dari mobil. Dia segera mengambil PINDAD SS 2 Assault Riffle. Enggar yang melihat itu segera memberi tahu cara memakainya.

   "Baiklah" Nuansha membidikkan senapannya kearah zombie dan...

   "DOR!"

   Zombie itu langsung ambruk. Itu karena Nuansha membidiknya dengan jarak 30 cm. Saat dia sibuk menembak, tanpa disadari ada zombie dibelakang Nuansha, dan saat dia hampir menggigit Nuansha...

   "DAAK!"

   Saat Nuansha menyadari, zombie itu telah ambruk. Ternyata Rika memukul kepala zombie itu dengan Nokia 3310 yang diikat dengan tali tambang loncat.

   "Terima kasih Rika-chan" ujar Nuansha.

   Sementara ditempat lain.

   "Jar, mereka semakin banyak!" sahut Rangga.

   "Bagaimana ini?" keluhku.

   "Aku punya ide!" seru Raihan.

   "Apa?" tanya Adam.

   "Harus ada yang memancing mereka. Menurutku, 5 orang yang memancing, dan 6 orang didalam mobil" ujar Raihan.

   "Kalau begitu siapa yang akan menjadi umpan?" tanya Fajar.

   "Aku!" aku, Rangga, Adam, Yusuf, dan Yunita mengajukan diri.

   "Oke, nanti kalian pancing kearah sana, kemudian kalian memanjat itu untuk menghindar dari mereka" ujar Raihan sambil menunjuk sebuah tower air.

   "Baiklah, kami akan kerumah Nuansha. Nuansha, Fitria, Rika, segera masuk mobil. Ayo Raihan" ujar Fajar. Mereka berlima segera masuk kedalam mobil, dengan Enggar yang ikut masuk, kemudian diam. Sedangkan kelompok pengumpan segera memancing 'mereka'.

   "WOII ZOMBIE KAMPREET, DISINI!" seruku sambil memukul-mukulkan katana-ku ketiang besi.

   "DISINI-SINI!" seru Yunita sambil memukulkan naginata-nya ditiang listrik.

   "DISINI WOII!" seru Yusuf sambil menembaki zombie itu sembarangan, sehingga suara tembakannya bergema disini.

   "SINI, KAMI ADA DISINI!" seru Rangga dan Adam. Alhasil kerumunan zombie yang terpancing langsung mengejar kami berlima.

   "Cepat naik" sahutku. Pertama Adam, kemudian Yusuf, Yunita, aku, dan yang terakhir Rangga. Kami sampai dipuncak tower.

   "HEY, DISINII!" seru kami masih memancing zombie agar menjauh dari mobil jeep. Setelah aman, mobil Jeep itu akhirnya berjalan menjauhi kerumunan. Kami sedikit lega melihatnya.

   "Hey, bagaimana dengan kita?" tanya Adam. Hari saat itu sudah malam.

   "Kita tunggu sampai dibawah sepi" ujar Rangga sambil melihat kerumunan zombie yang banyak sekali.

   "Aku setuju" ujar Yusuf sambil mengganti magazine-nya dan mengisi magazine-nya dengan peluru baru.

   "Tapi sampai kapan?' tanyaku sambil mengelap noda darah di katana-ku dengan tissue.

   "Entah" jawab Rangga sekenanya. Dia mengeluarkan teropong dari tasnya dan mengamati keadaan.

   "Cih, aku benci menunggu" gerutuku.

   "Sabar ajalah" ujar Yunita.

   Kami terus berada diatas tower air. Zombie dibawah kami masih banyak, malah semakin bertambah. Entah kapan ini berakhir

.    .    .    .

    "Aku lapar" keluh Yusuf.

   "Aku juga" ujar Adam.

   Mendengar itu aku langsung mengeluarkan 2 bungkus besar roti dari tasku. Yusuf dan Adam yang melihat itu langsung berbinar-binar.

   "Wah, ada roti!" seru Yusuf gembira sambil memakan sepotong roti.

   "Oh, kau ambil saat di minimarket tadi ya?" guman Rangga.

   Kami memakan roti itu bersama-sama.

   "Jadi apa yang akan kita lakukan setelah ini?" tanya Yunita setelah rotinya habis.

   "Kita tunggu sampai dibawah sepi" jawab Rangga sambil melihat kebawah "Oh, lumayan. Mereka mulai berkurang"

   "Tapi tetap saja banyak" ujarku.

   Tiba-tiba saja sebuah Quadcopter terbang menuju kami.

   "Pasti Enggar" ujarku.

   "Woii, Enggar!" seru Yusuf pada Quadcopter.

   "Sia-sia saja. Didalam sana hanya kamera, mereka tak bisa mendengar kita" ujar Rangga.
   Aku tiba-tiba mengeluarkan buku tulis, merobeknya, dan menuliskan sesuatu. Setelah itu aku menunjukkan kertas itu kearah kamera Quadcopter.

   'KAMI BAIK-BAIK SAJA, TAPI APAKAH KALIAN BISA MENJEMPUT KAMI?'

   "Apa-apaan itu? Jelas saja..." ucapan Yusuf terhenti saat tiba-tiba Quadcopter itu bergerak keatas dan kebawah, seperti mengangguk. Kemudian Quadcopter itu pergi kebawah terlebih dahulu. Seperti memancing zombie yang dibawah. Zombie yang terpancing segera mengikuti Quadcopter itu, sampai mereka menghilang dibalik belokan.

   "Kau memang jenius" ujar Yunita sembari menuruni tangga tower air, diikuti Yusuf, Adam, aku, dan Rangga.

   "Baiklah, seperti yang dikatakkan Raihan, kita akan menuju rumah Nuansha" ujar Rangga.

   "Ada yang tahu arah rumah Hentai Ojou-sama?" tanyaku. Adam dan Yunita langsung unjuk jari.

   "Baiklah, kalian berdua didepan, aku ditengah, sedangkan Yusuf dan Ardhika dibelakang" ujar Rangga.

   "Eh~ kau sepertinya ingin dilindungi" goda Yunita.

   "Yah, lagipula kemampuan kenjutsu*-mu masih dibawahku" ujarku.

   "Udah jangan protes. Cepat jalan!" bentak Rangga sambil mengeluarkan aura setan nya. Kami berdua langsung terdiam.

   Kami berlima berjalan menuju rumah Nuansha mengikuti formasi. Sesampainya kami disebuah pertigaan, tiba-tiba beberapa zombie datang dari arah lain. Aku, Adam, dan Yunita segera melesat maju. Yusuf tadinya ingin menembak tapi ditahan oleh Rangga.

   "Jangan, nanti mereka yang lain akan datang disini" cegah Rangga.

   "Kasihan" ujarku sambil menebaskan katana-ku. Sedangkan Yusuf hanya menggerutu.

   "Belok kanan" ujar Yunita saat kami sudah membasmi semua zombie itu. Tapi kemudian...

   "DUUG!"

   "Aduh!"

   Saat Adam berbelok kekanan duluan, dia bertabrakan dengan seseorang dari arah yang sama.

   "Siapa itu" tanyaku. Saat terlihat ternyata mereka adalah siswa sekolah seperti kami, cuma beda sekolah. Mereka terdiri dari 4 orang, masing-masing membawa tongkat baseball, sepotong balok kayu, sebuah tongkat pramuka, dan kampak.

   "Kalian dari SMP Yapidi bukan?" tanya Rangga.

   "Iya" jawab salah satu dari mereka.

   "Kalian juga dari SMP Negeri 01 Jayanti kan?" tanya mereka.

   "Iya" jawabku.

   "Hanya kalian yang selamat?" tanya Adam, walaupun sebenarnya pertanyaan itu agak tidak pantas ditanyakan dalam kondisi seperti ini.

   "Iya, yang lain semuanya berubah menjadi aneh semenjak orang dari luar mengigit penjaga sekolah kami. Oh iya aku Randy, ini Cinta, ini Angga, dan ini Salim" jelas anak yang bernama Randy.

   "Oh iya, setelah dari sekolah kalian akan kemana?" tanya Yusuf.

   "Kami tidak tahu, tapi rencananya kami akan pergi kerumah Cinta. Rumah dia kan' berpagar besi, besar lagi" jelas Salim.

   "Wah, darimana kalian mendapatkan senapan dan samurai ini?" tanya Angga.

   "Katana, bukan samuraiSamurai itu yang memakainya, katana itu senjatanya" jelasku membenarkan.

   "Tak akan kami beritahu" ujar Rangga. Aku tadi tidak mengerti apa maksudnya, tapi setelah beberapa menit aku mengerti maksudnya.

   "Baiklah. Oh iya apa hanya kalian juga yang selamat?" tanya Cinta.

   "Tidak, ada 6 teman kami lagi, tapi mereka ada dirumah salah satu teman kami. Rencananya kami akan pergi menyusul mereka" jawab Adam sambil mengelus-elus jidatnya.

   "Apa..." obrolan kami terpotong ketika tiba-tiba dari arah kiri segerombolan zombie datang ke arah kami.
   "Ayo pergi" ujar Rangga, tapi ditolak oleh mereka.

   "Eh~ kenapa?" tanyaku.

   "Rumah teman kami ada diarah sana. Maaf, kami tidak bisa ikut kalian" ujar Salim.

   "Tapi kan disana..." ucapan Rangga tak terselesaikan karena mereka sudah bergerak kesana.

   "Bagaimana?" tanya Yunita.

   "Kita biarkan saja, mereka yang memutuskan sendiri" jawabku, sambil teringat akan perkataan Fajar disekolah.

   Kami terus berlari menghindari zombie yang mengejar dibelakang kami. Kami tak tahu bagaimana nasib 4 siswa yang kami temui tadi. Saat kami sampai disebuah pertigaan, ternyata dari dua arah sudah dipenuhi zombie.

   "Aduh bagaimana ini" keluh Yusuf sambil melepaskan tembakannya, karena mereka terlalu banyak.

   "Kita harus bertahan sebisanya" ujarku sambil menebaskan katana-ku.

   Tapi makin lama, kami makin terkepung oleh zombie-zombie dari depan dan belakang kami.

   "Kita tak bisa begini terus" ujar Yunita.

   "Sial, peluruku habis" keluh Yusuf.

   Kami terus terkepung oleh mereka.

   "BRUUUM!"

   Saat kami sudah mulai putus asa, tiba-tiba sebuah mobil jeep dari arah kiri pertigaan datang dan menabrak zombie yang menghalangi laju mereka. Kami mengenalinya, itu Mobil Jeep kami.

   "Yo maaf sedikit terlambat" ujar Enggar sambil menembaki zombie-zombie disekitar kami.

   "Cepat naik" sahut Fajar yang mengendarai.

   Kami segera menaiki mobil. Yusuf, Yunita, dan Rangga didalam mobil, naginata-nya dia titipkan dibelakang. Sedangkan aku dan Rangga menaiki bagian belakang. Setelah semuanya naik, Fajar segera menjalankan mobil jeep menjauh dari sana.

   "BRUUUM!"

   Akhirnya malam yang sangat sulit bagi kami berakhir juga. Kemudian kami...

   Ke Rumah Nuansha

TO BE CONTINUED