Friday 27 November 2015

Z Junior Highschool (List of weapon)

   Selamat Siang.
   Hari ini saya ingin membuat daftar senjata yang dipakai oleh tokoh dicerita ini. Kenapa? Walaupun ada yang tahu beberapa senjata disini, tapi mungkin saja ada yang tak tahu. Apa itu naginata? Katana ama ninja-to apa bedanya sih?. Kayak gitu.

   1. Aku (Ardhika Dharmawangsa)

   Dalam cerita dia mempunyai dua senjata, katana dan pistol Colt 1911.
    Walau yang saya bayangkan bukan seperti ini, tapi kira-kira seperti ini rupanya.

   Colt 1911.

   2. Fajar Latiful Habib.

   Dia memiliki 3 senjata. Golok, Ithaca model 37, dan Tanto (Walaupun dia jarang memakainya).
Kira-kira seperti ini rupa goloknya
Ithaca Model 37
Tanto itu pedang pendek, dalam cerita Fajar menyelipkannya diantara pinggang dan sabuknya.

   3. Enggar Rizki Sanjaya

   Enggar hanya memiliki satu senjata, yaitu senapan M14 EBR.

   4. Rangga Zeinurohman

   Rangga mempunyai 2 senjata yaitu sebuah ninja-to dan Colt 1911 sama dengan Ardhika, jadi nggak usah diperlihatkan lagi.

   5. Fitria Ramadhani.

   Dia hanya mempunyai satu senjata, yaitu MP5.

   6. Yusuf Ali Permadi.

   Dia juga hanya memiliki satu senjata, yaitu PINDAD PM-V2.

   7. Adam Hidayat

   Dia hanya mempunyai satu senjata, sebilah katana.

   8. Raihanudin Rafif.

   Raihan memiliki satu senjata, yaitu SS2-V5.
   9. Nuansha Wening.

   Dia mempunyai satu senjata, yaitu PINDAD SS 2 Assault Riffle.

   10. Yunita Aurora.

   Dia juga mempunyai satu senjata, yaitu naginata.
Naginata adalah tongkat yang diberi bilah katana diujungnya.

   11. Rika Alexandra

   Dia senjatanya paling sederhana, yaitu Nokia 3310.


   Nah itulah senjata yang dimiliki oleh tokoh utama dicerita ini. Oh iya! Dalam seminggu kedepan saya akan libur dari blogspot, karena akan ada UAS.
   Selamat Siang

Monday 23 November 2015

Z Junior Highschool (Part 11)

   Selamat Malam.
   Maaf tadi nggak ngepost karena laptopnya hilang (maksudnya diumpetin). Tapi akhirnya ketemu juga dilemari (perasaan udah dicari disitu).

   Oke lanjut saja.

SELAMAT MEMBACA.

   "Kita akan sholat dimana?" tanya Fitria.

   Saat itu kami bingung ingin sholat subuh dimana. Saat itu sudah jam 03.41 WIB.

   "Kita cari tempat yang aman dan terisolasi" jawab Fajar, walau dia sendiri tidak tahu dimana tempatnya.

   "Lapangan Futsal!" usul Nuansha.

   "Kenapa usulanmu selalu tak masuk akal" ujar Yunita.

   "Nuansha benar, lapangan futsal kan agak tertutup. Kalau ada zombie tidak bisa masuk karena dilindung jaring" dukung Fajar, yang membuat Nuansha berbinar-binar.

   "Baiklah, tapi dimana?" tanya Fitria.

   "Cangkudu!" ujar Fajar "Disana sekarang masih tutup kemarin karena ada tragedi. Kita akan kesana" ujar Fajar setelah mendapa persetujuan.

   Sedangkan dibagian belakang, yang terjaga hanya Raihan, Enggar, dan Adam. Sisanya tidur nyenyak melanjutkan tidurnya yang tadi. Enggar beberapa kali melepaskan tembakan kebeberapa zombie didepan. Raihan corat-coret dibuku, sedangkan Adam membaca komik milik Nuansha (Dia saat kabur dari rumahnya malah membawa lebih banyak buku komik dan manga).

   "BRMMM"

   Mobil Jeep melewati beberapa rumah, warung, bengkel, rumah makan, dan...zombie (Yang itu tak usah diperjelas lagi). Setelah melewati beberapa rumah, pohon, dan zombie, akhirnya Mobil Jeep sampai didepan Lapangan Futsal Cangkudu. Lapangan Futsal Cangkudu mempunyai luas kira-kira seluas 2 kali lapangan baseball, dihitung juga beberapa wilayah. Lapangan Futsal ini mempunyai sebuah gerbang besi yang besar, dengan tembok setinggi 5 meter mengelilingi lapangan. Mobilnya hanya diparkir didepannya. Syukurlah gerbang besi masih terkunci dengan label 'TUTUP', dan tidak ada zombie satupun didalam sana.

   "Hey bangun" ujar Adam sambil menepuk (Atau lebih tepat memukul) kami bertiga. Rangga yang terbangun duluan bertanya "Dimana ini?".

   "Ini dilapangan Futsal Cangkudu, kita akan sholat dan istirahat disana" jawab Adam. Aku yang sudah terbangun hanya menguap sambil menggendong tas, sedangkan Yusuf hanya mengangguk-angguk sambil memegang Pindad PM-V2 SMG-nya. Kami semua segera turun dari mobil.

   "Bagaimana caranya masuk?" tanya Rika.

   "Manjat saja" jawab Fajar enteng. Seketika semua cewek langsung protes.

   "Kami ini cewek, makhluk yang lembut. Masa iya kamu menyuruh para makhluk yang lembut ini memanjat pagar seperti monyet" ujar Yunita.

   "Baiklah kalau kalian ingin mati" ujar Fajar.

   "Baiklah kami akan naik" sahut Yunita, Nuansha, dan Fitria bersamaan.

   Pertama Fajar dan Enggar yang naik duluan, sedangkan aku dan Adam berjaga. Kebetulan wilayah ini sedang sepi dari zombie.

   "Clear" sahut Enggar memberitahu dari dalam.

   "Jangan mengintip" peringat Yunita kemudian memanjati pagar. Yusuf ingin menengok tapi segera dijitak oleh Nuansha "Dasar Hentai!"

   Kemudian Rika menyusul naik, kemudian Nuansha dan Fitria. Dan akhirnya kami cowok berlima terakhir menyusul.

   "Baiklah kita laksanakan sholat disini" ujar Fajar.

   "Kebetulan ada mushola kecil disana" unjuk Nuansha kearah Mushola disamping loket.

   "Kita akan sholat disana. Mari" ujar Fajar.

.    .    .    .

   Setelah kami bersebelas melaksanakan sholat subuh dengan Fajar sebagai imamnya, kami beristirahat dilapangan Futsal yang luas. Para cewek tidur lelap. Fajar tidur setelah dicekokin obat penenang (Karena tadi Nuansha salah obat dan memberinya obat perangsang, seketika saja Fajar langsung gila. Sebelum Fajar menyerang Nuansha, kami semua berusaha memegangi fajar dan meminumkan obat penenang). Sedangkan kami tersisa ada yang berbaring, membaca komik, dan termenung saja.

   "Hei, main game yuk" sahutku kepada orang yang masih terjaga.

   "Mau main apa?" tanya Rangga sambil menutup komiknya.

   "SOS?"

   "Nggak"

   "ABC lima dasar?"

   "Nggak"

   "Petak umpet?"

   "Nggak"

   "Mending main Clash Of Clans" sahut Adam masih dengan buku komik berjudul 'Highschool Of The Dead'.

   "Mana hp-nya? Sial, war-nya tanggung tuh" ujar Yusuf.

   "Ntar kirimin Barbarian sama Archer buat ngelawan zombie diluar"

   "Giant aja"

   "Boleh juga, tapi kalo Giant-nya digigit gimana?"

   "Ngeri tuh"

   Begitulah percakapan kami yang terus berganti-ganti tema setiap 10 menit sekali, sampai si Fajar bangun.

   "Baiklah sekarang saja kita berangkatnya" ujar Fajar sambil melihat jam ditangan Nuansha (kere amat). Sedangkan semuanya sudah bersiap-siap.

   "Enggar, coba lihat keluar" ujar Fajar. Enggar segera pergi kedepan. Beberapa saat kemudian dia kembali lagi "Ada beberapa zombie, sekitar 5-6 zombie" ujar Enggar.

   "Dengan jumlah sebanyak itu tidak terlalu buruk. Ayo kita keluar"

   Semuanya segera memanjat pagar besi. Pertama aku dan Adam, karena kami berdua merupakan petarung jarak dekat. Setelah turun kami segera membasim zombie yang ada. Kemudian semuanya menyusul turun dan segera naik kedalam mobil. Fajar segera menjalankan mobil Jeep-nya.

   "BRMMM"

   Mobil Jeep segera melaju menjauh dari lapangan Futsal. Setelah itu kami yang sudah cukup beristirahat sudah cukup bersemangat untuk membasmi zombie didepan kami. Tapi beberapa jam kemudian...

   "DOOR!!"

.    .    .    .

    "Ya ampun, bagaimana bisa seperti ini?" keluh Fitria.

   "Padahal tadinya baik-baik saja" ujar Fajar.

   "Apa karena kebanyakan melindas zombie ya?" tanyaku.

   "Bisa jadi" ujar Rangga.

   Kami semua hanya bisa menerima apa yang terjadi. Ban Mobil Jeep kami pecah, saat itu kami sudah sampai di Balaraja saat pukul 09.29 WIB.

   "Mau tidak mau kita harus berjalan" ujar Fajar.

   "Tapi apakah mobil ini akan ditinggalkan begitu saja" ujar Yusuf.

   "Mau bagaimana lagi" Fajar mengangkat bahu. Akhirnya kami hanya berjalan meninggalkan Mobil Jeep itu setelah kami membawa seluruh barang dimobil, seperti kotak P3K, tas senapan yang hanya berisi beberapa pistol, dan ransel besar yang berisi katana. Dan...aku yang membawa tas berisi 7 katana sendirian!

   "Hey, tolongin donk, berat nih" keluhku yang jalan paling belakang karena kelelahan membawa beban seberat itu. Tapi tiba-tiba segerombolan zombie datang dari belakang.

   "Uwaaa! Ada zombie!" seruku sambil berlari mengejar mereka. Mereka yang mendengar perkataanku langsung menoleh kebelakang.

   "Ayo cepat" ujar Fajar. Tapi diwaktu bersamaan ada 5 zombie didepan kami.

   "Sial, bagaimana ini?" tanya Nuansha panik.

   "Kita terus maju" ujar Rangga sambil menghunuskan ninja-to nya dan menusuk kepala zombie itu. Yang lain terus bergerak maju, sedangkan aku hanya berlari mengejar mereka. Melihatku keberatan, Adam dan Nuansha segera membantuku. Kami terus bergerak maju, sedangkan zombie yang mendatangi kami makin banyak saja.

   "Kita tak bisa begini terus" sahut Yunita sambil menebaskan naginata-nya.

   Tiba-tiba saja Raihan melihat seseorang berlari menyebrangi jalan. Raihan yang melihat itu memberitahukan Fajar tentang hal itu.

   "Jar, tadi aku lihat ada orang berlari kesisi jalan disana" ujar Raihan.

   "Bisa jadi disana ada tempat yang aman, ayo kita kesana" ujar Fajar. Kami semua berjalan menuju tempat yang Raihan maksud. Ternyata tempat itu adalah sebuah plaza. Pintu utama tertutup rapat dengan beberapa barikade lemari dan troli yang terlihat dari luar.

   "Bagaimana caranya kita masuk?' tanya Rika.

   "Lihat ini" ujarku sambil menunjuk jejak kaki berlumpur. Sepertinya orang itu menginjak lumpur sehingga jejaknya tertinggal. Jejak itu mengarah kesebuah pintu kecil disamping plaza.

   "Kita kesana" sahutku sambil berlari kearah sana, diikuti oleh Fajar dan yang lain. Sesampainya disana Adam mencoba membuka pintu. Ternyata pintu itu tidak terkunci.

   "Sepertinya orang itu terburu-buru saat masuk kesini" ujar Adam. Kami semua segera masuk kedalam dan segera menutupnya. Ternyata kami masuk kedalam gudang penyimpanan. Kami langsung menjatuhkan lemari penyimpanan dan barang lain disekitar kami untuk dijadikan barikade.

   "Akhirnya" keluh Enggar saat kami sudah selesai membarikade pintu. Tapi tiba-tiba...

   "Tap...tap...tap..."

   "Ada orang yang datang" bisik Rangga.

   "Sembunyikan senjata kalian" bisik Fajar agak keras.

   "Tapi kena..."

   "Lakukan saja!" Fajar memotong pertanyaan Yusuf. Kami segera melakukan apa yang diminta Fajar. Fajar menyembunyikan Ithaca-nya dibalik reruntuhan kardus mie instan, sedangkan goloknya dibiarkan. Rangga, aku, dan Adam menyembunyikan pedang kami masing-masing didalam kardus mesin cuci, sedangkan Colt 1911 aku dan Rangga kami simpan ditas. Enggar, Yusuf, Raihan, Fitria, dan Nuansha menyembunyikan senapan dibalik kardus kosong yang ditumpuk. Sedangkan Yunita menaruh naginata-nya dibalik pintu gudang.  Beberapa detik kemudian, seseorang datang.

   "Hey, apa yang kalian lakukan?" tanya orang itu.

   "Maaf, kami tadi terdesak, jadi kami pergi kesini untuk menyelamatkan diri" jawab Fajar sopan. 2 orang lagi datang dibelakang orang yang menanyai kami tadi.

   "Oh, kalian juga selamat ya? Kalian dari Jayanti kan? Wah jauh sekali" ujar seseorang dibelakang yang ternyata adalah siswa SMP Negeri 01 Balaraja.

   "Kalian pasti lelah, ayo kedalam dulu" ajak seorang wanita muda yang dari bajunya seperti seorang guru.

   "Baiklah" ujar Nuansha.

   "Hey! Apa kalian yakin akan mengajak mereka mengungsi disini?" tanya orang yang menanyai kami tadi.

   "Ya ampun, kau tidak berperasaan sekali John" ujar guru itu. Orang yang dipanggil John itu hanya diam dan pergi dari situ.

   "Mari" ajak guru itu.

   "Maaf, bisa tunggu kami berdiskusi sebentar?" tanya Fajar.

   "Silahkan" ujar guru muda itu sembari meninggalkan gudang, diikuti oleh siswa itu. Kami semua segera merapat.

   "Kenapa kau suruh kita menyembunyikan senjata?" tanya Fitria.

   "Soalnya kalau mereka yang didalam plaza melihatnya, mereka pasti ingin memilikinya. Mengingat situasi sudah seperti ini" jelas Fajar.

   "Ya udah kalau soal itu, terus apa yang kita lakukan?" tanya Enggar.

   "Kita akan mengungsi disini dalam beberapa hari, dan pada saatnya tiba kita lanjutkan perjalanan kita ke alun-alun" jawab Fajar. Yang lain hanya mengangguk-angguk dan setuju atas rencana Fajar. Kami pun meninggalkan gudang itu dan bergabung dengan pengungsi-pengungsi lainnya.

TO BE CONTINUED

Sunday 22 November 2015

Dibalik Air Terjun (Prolog)

   Selamat Malam
   Karena lagi senggang, jadi saya membuat cerita lain, walaupun cerita Z Junior Highschool belum kelar-kelar.

SELAMAT MEMBACA

   Agharta...
   
   Dalam beberapa folklor, kota ini disebut Agartha. Beberapa penulis membuat rincian tentang kota ini, sehingga menjadi kabur apakah sekadar dongeng atau misteri yang belum terungkap.
   Salah satu contoh, menurut seorang pelaut Norwegia bernama Olaf Jansen didalam buku biografinya "The Smoky God" menjelaskan bahwa Agartha adalah nama sebuah kota didalam hollow earth. Willis Emerson seorang penulis yang juga menulis kisah perjalanan Jansen didalam buku "Agartha - Secrets of the Subterranean Cities" menjelaskan bagaimana sekoci Jansen berlayar melalui pintu masuk interior bumi di Kutub Utara.
   Selama dua tahun ia tinggal bersama penduduk koloni Agharta. Dunia ini diterangi oleh matahari yang lebih berasap, dia menyebutnya "smoky sun". "Shamballa" adalah pusat pemerintahan di Agharta.   Selama dua tahun tinggal di Agharta, Jansen mendapatkan banyak informasi yang mengejutkan. Menurut mereka, Agharta dulunya juga berada dipermukaan (kerak bumi), namun karena perang dahsyat yang terjadi pada masa itu menenggelamkan mereka kedalam bumi. Mereka mengaku Agharta adalah sisa-sisa peradaban Atlantis dan Lemuria.
   Dahulu Atlantis dan Lemuria adalah dua kota terbesar dan termaju. Kemudian kedua bangsa ini bertempur, berperang dahsyat. Perang Thermo Nuclear yang dilancarkan kedua bangsa menyebabkan keduanya hancur dan jatuh kedalam bumi. Sisa-sisa pertempuran Atlantis dan Lemuria masih ada di permukaan, yaitu Gurun Sahara, Gurun Gobi, Bagian selatan Australia, dan Gurun di AS.
   Agartha juga dimuat dalam buku "Reliable" karya Alexandre Saint-Yves d'Alveydre. Menurutnya, dunia rahasia Agartha serta semua kebijaksanaan dan kekayaannya akan dapat diakses demi kepentingan seluruh umat manusia.    Alexandre menulis dengan sangat bagus, seolah-olah kota ini memang benar-benar ada, jalan masuknya di Himalaya, Tibet. 
   Penjelajah lain, Ferdynan Ossendowski menullis sebuah buku di tahun 1922 "Beasts, Men and Gods."  Dalam buku tersebut, Ossendowski menceritakan sebuah cerita tentang sebuah kerajaan bawah tanah yang ada di dalam bumi. Kerajaan ini dikenal sebagai Buddha Agharti.
   Tampaknya, Agartha merupakan kisah legenda yang telah ada dalam ajarah Buddha Vajrayana lalu dihidupkan kembali oleh penulis-penulis barat. Termasuk berbagai bentuk seni lainnya seperti lagu, games, dan sebagainya.
TO BE CONTINUED

Z Junior Highschool (Foto perkenalan tokoh)

   Selamat Sore
   Sebenarnya cerita ini tokoh-tokohnya terinspirasi dari teman-teman saya. Jadi sebagai penyelang cerita, saya beri foto teman saya yang menginspirasi saya membuat cerita ini.

   1. Aku (Ardhika Dharmawangsa)
   
   Itu sebenarnya saya (ngarep banget jadi jago katana). Nama asli I Kadek Aryawan (Readers: Orang bali ya, berarrti Hindu donk) Emang bener, tapi agamanya saya ubah menjadi Islam dicerita. Fotonya nggak ada, ogah banget ngasih, ntar pada ngefans (Readers: GR amat). 14 tahun, kelas 9 H

   2. Fajar Latiful Habib.
   
   

   Gimana orangnya? Dapetnya waktu makan nasi uduk, nggak ada yang kerenan dikit. Nama aslinya Muhammad Fajar Latiful Habib (Readers: Oh cuma dikurangi Muhammad-nya). 14 tahun, sekarang kelas 9 E.

   3. Enggar Rizki Sanjaya


   Orangnya kecil ya? Kecil-kecil tapi lumayan lho, dia pinter. Nama aslinya Enggar Rizki Sanjaya (Readers: Namanya gak diubah sama sekali). 14 tahun, sekarang kelas 9 B.

   4. Fitria Ramadhani dan Rangga Zeinurohman.

   Biar simple langsung saja. Udah tau kan yang mana (Masa iya Rangganya yang make kerudung). Nama aslinya Rangga Zeinurrohman dan Fitria Sandra. Umurnya kagak tau, kelas: Rangga 9 C, Fitria 9 H.

   5. Yusuf Ali Permadi.

   
   Orangnya yang pake jaket merah, nggak tau kenapa dia nyaranin make foto ini. Sebenarnya ada foto lain yang menunjukkan muka dia sebenarnya, tapi dia malu (Njiir najis). Namanya gak diubah sama sekali. 14 tahun, sekarang kelas 9 F.

   6. Adam Hidayat.

   
   Nama asli Geovani Adam Hidayat. 14 tahun, kelas 9 E, sekelas dengan Fajar.

   7. Raihanudin Rafif


   Orang paling jenius yang pernah saya temui. Namanya tidak diubah. Umur tidak tahu, kelas 9 B sekelas dengan Enggar.

   8. Nuansha Wening.


   
   Fotonya serem ya, karena dia berpose seperti itu. Nama aslinya Nuansha Wening Putri. Dia anak Otaku sama seperti cerita. Dia sangat menyukai anime, terutama Death Note. Umur 14 tahun, kelas 9 H sekelas dengan Fitria.

   9. Yunita Aurora

   
   Nama asli Yunitama Aurora Putiek. Dia penggemar One Direction. Dia punya imajinasi cukup tinggi, terbukti berkhayal tentang menjadi istri dari salah satu personil boy band itu yang entah namanya siapa. 14 tahun, kelas 9 C, sekelas dengan Rangga.

   10. Rika Alexandra.


   Aslinya dia anak SMP, tapi dicerita dia anak SD. Nama asli Fauriska Yulia Rizki. Anak Otaku juga (Malah lebih parah). Umur nggak tau, tapi kalau dari muka kayak 38 tahun. Kelas 9 H, sekelas dengan Nuansha dan Fitria.

   Nah itulah foto asli dari pemeran Ganteng Ganteng Zombie (Reader: Salah judul!) Oh maksudnya Z Junior Highschool. Ceritanya lanjutannya akan menyusul.

   Selamat Sore

Wednesday 18 November 2015

Z Junior Highschool (Part 10)

   Selamat Malam
   Kemarin saya tidak ngepost karena ada beberapa alasan yang tidak bisa saya ungkapkan dengan ekspresi dan kata-kata (Readers: Alay)
   Mari kita lanjutkan cerita ini.

SELAMAT MEMBACA

   Suasana didalam rumah Nuansha sangat tenang (Iyalah, kalo ribut ntar zombie-nya dateng). Sudah sejam kami berlima sampai dirumah Nuansha. Setelah menunaikan sholat wajib, kami bersiap untuk makan malam. Sembari menunggu para cewek mempersiapkan makan malam, kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Enggar mengisi tiap magazine-nya dengan peluru. Aku, Rangga, dan Adam membersihkan bilah pedang kami dari darah dan daging dengan tisu. Yusuf dan Raihan melakukan hal yang sama dengan Enggar. Sedangkan Fajar hanya duduk sambil melihat-lihat foto di ruang tamu. Terlihat Nuansha bersama 4 saudara dan orang tuanya disebuah foto yang agak besar.

   "Hey para lelaki yang malas, makan malamnya sudah siap!" seru Fitria seenaknya.

   Mendengar itu kami semua menuju keruang makan.

   "Eh~ Mie instan" ujar Enggar.

   "Karena berasnya tidak ada, jadi kami membuat 11 mie instan yang dicampur menjadi satu" ujar Nuansha.

   "Kayak anak kost aja" ujar Fajar, yang langsung disambut oleh tatapan marah Nuansha

   "Dari mana kalian mendapatkan mie dan bumbu yang lain?" tanyaku.

   "Disebelah sana ada warung. Saat Fajar dan Enggar menjemput kalian berlima, kami bertiga kesana dan membawa sekardus mie instan dan bumbu dapur lainnya" jawab Raihan.

   "Nekad sekali kalian" ujar Adam.

   "Oh iya, apa kau telah menemukan bukti bahwa orang tuamu pergi juga ketempat pengungsian?" tanya Rangga.

   "Oh, dokumen dilemari hilang dan beberapa barang dirumahku. Sepertinya beberapa tetanggaku juga ikut kesana" jawab Nuansha.

   Kami semua akhirnya duduk dilantai menghadap semangkuk mie instan. Kami menaruhnya dilantai karena meja makan tak cukup untuk kami bersebelas. Setelah berdoa bersama, kami memulai makan malam kami.

   "Rika dulu, habis itu anak perempuan" tegur Yunita takkala melihat aku dan Enggar kembali berebut makanan lagi.

   "Ya ampun kalian ini" ujar Nuansha.

   Rika yang mengambil makanan duluan, kemudian Yunita, Nuansha, dan Fitria, dan akhirnya Enggar, aku, Rangga, Adam, Yusuf, Raihan, dan Fajar.

   "Selamat Makan!" seru semuanya.

.    .    .    .

   "Jar, setelah ini kita kemana?"

   Kami bersebelas melakukan diskusi setelah selesai makan malam tadi di ruang tamu. Fajar dan Yusuf duduk disebuah sofa. Nuansha dan Yunita duduk disofa lainnya, dengan Rika yang duduk dipangkuan Nuansha. Fitria duduk disebuah kursi yang dia ambil dari meja makan. Sedangkan Adam, Enggar, Raihan, aku, dan Rangga duduk dilantai (ngenes amat).

   "Kita akan melanjutkan kerumah Raihan, kapan kita kesananya itu terserah kalian. Kalau setuju, kita bisa berangkat sekarang" ujar Fajar.

   "Gilee, kau masih belum lelah" ujarku.

   "Belum" jawabnya polos.

   "Tapi kau harus cukup istirahat, masa iya saat nanti kami bertarung kau malah tidur. Dasar" bentak Nuansha. Tapi aku tahu kalau sebenarnya dia mengkhawatirkan Fajar.

   "Baiklah, jadi kapan?" tanya Fajar.

   "Besok jam 5 saja" usul Rangga.

   "Itu kalau kita bisa bertahan dirumah ini sampai besok. Kalau keadaan mendesak, mau tak mau kita harus meninggalkan tempat ini" ujar Fajar.

   "Baiklah, kami semua setuju" ujar Raihan. Tapi tiba-tiba...

   "BRAAK!!"

   Ada zombie yang mendobrak pintu pagar yang dibarikade dengan meja dan lemari. Zombie yang lain mengikuti hal yang serupa.

   "Mungkin saatnya" ujar Fajar sambil bersiap-siap dengan golok dan Ithaca-nya.

   "Ya ampun, harus sekarang gitu" keluh Nuansha sembari mengambil PINDAD SS2 Assault Riffle.

   Kami semua mulai besiap dan berkemas.

   "BRAAK!"

   Zombie diluar terus mendobrak pintu pagar.

   "Semuanya sudah siap?" tanya Fajar sambil melihat semuanya "Baiklah, ayo!"

   Kami keluar rumah tapi didepan pintu pagar banyak zombie yang berkerumunan, walau tidak terlalu banyak.

   "Bagaimana kalau kita lewat sana" usul Raihan sembari menunjuk sebuah pagar tembok. Sepertinya dia ingin kita berjalan diatasnya.

   "Baiklah, tak ada pilihan lain" yang lain mulai memanjat dan berjalan perlahan untuk keluar dari rumah Nuansha.

   "Kak, Rika takut" ujar Rika

   "Tenang saja, tak usah takut" hibur Fitria.

   Kami terus berjalan perlahan. Tapi saat dipertengahan jalan, tiba-tiba Yusuf terpeleset dan jatuh (Sepertinya dia bawa sial terus :v).

   "BRUK" Untunglah tempat dia jatuh tidak ada zombienya. Tapi zombie yang mendengar suara jatuh segera mendekati Yusuf.

   "SYAT"

   Tiba-tiba dua kepala zombie didepan Yusuf terpenggal, zombie itu ambruk seketika.

   "Dasar, kalau mau kepeleset bisa ditahan dulu kan" gerutuku sambil mengibaskan katana-ku.

   "Hey! Kau kira kencing" balas Yusuf.

   Tapi zombie yang lain mulai mendekati kami.

   "Bagaimana?" tanya Rangga.

   "Mau bagaimana lagi. Sudah telanjur" jawab Fajar sambil menghunuskan goloknya dan segera melompat turun. Yang lain juga ikut turun sambil bergerak maju.

   "Selama masih bisa, hindari tembakan yang bisa memancing mereka" sahut Fajar. Seperti biasa, aku, Adam, dan Rangga 'bermain' dengan pedang kami lagi.

   "SYAT"

   "SYAT"

   "Yang lain terus bergerak maju" ujar Raihan.

   "Itu, sedikit lagi" ujar Rika saat melihat Mobil Jeep kami yang terparkir ditengah lapangan bermain. Fajar segera masuk dan menghidupkan mesin.

   "Cepat naik!" seru Fajar.

   "Tunggu sebentar" ujar Rangga karena kerepotan menghadapi zombie yang tiada habisnya.

   "Ayo" ajakku pada Adam dan Rangga. Kami pun segera naik keatas Mobil Jeep.

   "Go, Fajar!" seru Nuansha.

   Mobil Jeep segera berjalan menjauhi kerumunan zombie disana.

   "Enggar tolong urus didepan" sahut Fajar.

   Enggar segera mengangkat M14-nya dan menembaki zombie yang menghalangi laju Mobil Jeep dengan tepat sasaran.

   "BATS"

   "BATS"

   "BATS"

   Akhirnya kami melewati malam yang tegang ini. Saat itu sudah jam 02.26 WIB. Sekarang giliran...
   
   Rumah Raihan


  "BRUUM..."

   Mobil Jeep kami melaju dengan cepat menuju rumah Raihan. Raihan memberi petunjuk kepada Fajar, Enggar menembaki setiap zombie yang menghalangi. Sedangkan kami bertiga dibelakang? Tidur, kami sangat lelah sekali.

   "Rika kedinginan" keluh Rika mengigil. Memang baju seragam SD itu tidak bisa menahan hawa dingin saat dini hari.

   "Ini" Fitria memakaikan selimut tebal yang dia pakai ke Rika. Sehingga mereka berdua memakai selimut bersama.

   "Kalian jahat sekali, aku juga kedinginan" ujar Yunita sambil mendekap bersama Fitria dan Rika.

   "Ini kan lebih hangat" ujar Rika senang.

   "DAAK"

   "Aduuh" ringisku karena kepalaku terbentur sisi mobil saat mobil berbelok cukup tajam.

   "Fajar, kalau mengemudi yang benar!" seruku.

   "Maaf, aku sangat lelah" sahutnya.

   "Kalau kau lelah jangan dipaksakan, lebih baik kau..." Nuansha tidak meneruskan perkataannya. Aku menduga dia akan menganjurkan Fajar untuk beristirahat.

   "Meminum obat kuat!" seru Nuansha. Seketika kami semua langsung shock mendengarnya.

   "Woii, dia malah akan menyerangmu Nuansha" ujar Rangga.

   "Kau dapat dari mana?" tanya Fitria.

   "Dari tas Ardhika" jawab Nuansha polos. Seketika yang dibelakang menatapku.

   "Eh, ada apa?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

   "Kenapa kau tidak bagi-bagi" ujar Raihan.

   Oke scene ini dilewatkan saja. Kelompok ini memang benar-benar aneh.

.    .    .    .

   Akhirnya setelah beberapa saat, kami sampai didepan rumah Raihan.Saat itu sudah jam 03.01 WIB.  Karena rumahnya dekat dengan jalan utama, jadi sangat menguntungkan kami untuk kabur.

   Raihan, Fajar, aku, dan Yusuf turun dari mobil dan mulai masuk kedalam rumah Raihan dengan mengendap-ngendap, takut ketahuan. Sedangkan yang lain tetap berada dimobil, menyisakan Rangga, Enggar, dan Adam untuk berjaga-jaga.

   "kreek"

   Suara pintu berderak pelan. Fajar membuka pintu yang kebetulan tidak terkunci dan melihat kedalam. Suasana rumah sangat sepi. Walau ada beberapa barang yang jatuh, tapi Fajar beranggapan bahwa keluarga Raihan panik dan segera pergi.

   "Ayo" ujar Fajar.

   Kami segera masuk kedalam rumah Raihan dan segera memeriksa keadaan didalam rumah. Tidak ada siapa-siapa. Raihan masuk kedalam kamar untuk memeriksa dokumen dan barang lain yang ada.

   'gro..oou"

   Saat Raihan sibuk memeriksa dokumen, tiba-tiba dua zombie datang dari arah belakang rumah. Kami semua terkejut melihatnya.

   "Dari mana mereka datang" ujarku sambil menghunus katana-ku.

   "Pasti dari halaman belakang" ujar Fajar, karena dia pernah ke rumah Raihan.

   Aku dan Adam segera memotong kepala zombie itu. Tapi ternyata ada beberapa zombie dari kejauhan menuju ke arah kami.

   "Mereka berdatangan" ujar Adam.

   "Raihan apa kau belum selesai?" tanya Fajar.

   "Sudah" jawab Raihan sembari keluar dari kamar sambil membawa beberapa dokumen. Kami semula terkejut melihatnya, tapi Raihan yang melihat itu segera berkata "Hanya dokumenku yang tidak dibawa".

    "Ayo pergi dari sini!" seru Fajar. Tapi tiba-tiba...

    "DOOR"

    Suara tembakan menggema. Kami segera keluar dari Rumah Raihan dan melihat Mobil Jeep kami dikelilingi oleh zombie.

   "Kalian sudah selesai? Cepat pergi" sahut Enggar sambil melepaskan tembakannya.

   Fajar segera memasuki mobil, sedangkan kami menaiki bagian belakang. Fajar segera menjalankan Mobil Jeep.

   "BRMMM" Mobil Jeep segera menjauhi rumah Raihan. Enggar dan Yusuf masih melepaskan tembakan kearah zombie-zombie itu, baik depan maupun yang dibelakang.

   "Wow, itu tadi tegang sekali" gurau Raihan sambil memasukkan dokumennya kedalam tasnya. Diantara mereka berlima, hanya Raihan dan Yunita yang membawa tas.

   "Baiklah sekarang kita akan ke Alun-alun Tanggerang" sahut Yusuf.

   "Rumahmu tidak?" tanyaku terheran-heran.

   "Tidak perlu, keluargaku sedang pulang kampung. Karena sebentar lagi UAS, jadi aku ditinggal" jawab Yusuf.

   Mobil Jeep yang membawa kami bersebelas terus melaju melewati jalan sambil beberapa kali menabrak zombie yang menghalangi. Kami tak tahu apa lagi yang akan terjadi...

TO BE CONTINUED 
   
   



   
   
   

Friday 13 November 2015

Z Junior Highschool (Part 9)

 Selamat Malam.
   Maaf ya agak lama, soalnya saya tadi pulang sekolah ketemu duit Rp 2000, abis itu karena haus saya beli Ale-ale, dan saat saya gosok dengan kembalian 1000, saya mendapat hadiah tour ke Singapura. Saat saya mau pulang untuk siap-siap ke Singapura, saya ketemu nenek. Karena saya orang yang alim dan baik hati (Readers: dilempar panci) saya bantu tuh nenek. Nenek itu ternyata memberi saya misi mengumpulkan 9 bola naga (Readers: "7 kalee") Karena Tugas itu terlalu berat, saya menolak. Nenek itu memberi gigi emasnya kemudian pergi. Eh ternyata ale-ale Singapura saya jatuh dan hilang entah kemana, oke itu bohong.
   Oke kita lanjutkan kecerita.

SELAMAT MEMBACA

   Nuansha yang tidak bisa diam saja ingin keluar dari mobil, tapi dicegah oleh Rika.

   "Kakak jangan keluar, disana berbahaya" ujar Rika.

   "Tapi Rika-chan, kakak tidak bisa diam saja saat teman kakak melindungi kita. Maaf ya" ujar Nuansha sembari keluar dari mobil. Dia segera mengambil PINDAD SS 2 Assault Riffle. Enggar yang melihat itu segera memberi tahu cara memakainya.

   "Baiklah" Nuansha membidikkan senapannya kearah zombie dan...

   "DOR!"

   Zombie itu langsung ambruk. Itu karena Nuansha membidiknya dengan jarak 30 cm. Saat dia sibuk menembak, tanpa disadari ada zombie dibelakang Nuansha, dan saat dia hampir menggigit Nuansha...

   "DAAK!"

   Saat Nuansha menyadari, zombie itu telah ambruk. Ternyata Rika memukul kepala zombie itu dengan Nokia 3310 yang diikat dengan tali tambang loncat.

   "Terima kasih Rika-chan" ujar Nuansha.

   Sementara ditempat lain.

   "Jar, mereka semakin banyak!" sahut Rangga.

   "Bagaimana ini?" keluhku.

   "Aku punya ide!" seru Raihan.

   "Apa?" tanya Adam.

   "Harus ada yang memancing mereka. Menurutku, 5 orang yang memancing, dan 6 orang didalam mobil" ujar Raihan.

   "Kalau begitu siapa yang akan menjadi umpan?" tanya Fajar.

   "Aku!" aku, Rangga, Adam, Yusuf, dan Yunita mengajukan diri.

   "Oke, nanti kalian pancing kearah sana, kemudian kalian memanjat itu untuk menghindar dari mereka" ujar Raihan sambil menunjuk sebuah tower air.

   "Baiklah, kami akan kerumah Nuansha. Nuansha, Fitria, Rika, segera masuk mobil. Ayo Raihan" ujar Fajar. Mereka berlima segera masuk kedalam mobil, dengan Enggar yang ikut masuk, kemudian diam. Sedangkan kelompok pengumpan segera memancing 'mereka'.

   "WOII ZOMBIE KAMPREET, DISINI!" seruku sambil memukul-mukulkan katana-ku ketiang besi.

   "DISINI-SINI!" seru Yunita sambil memukulkan naginata-nya ditiang listrik.

   "DISINI WOII!" seru Yusuf sambil menembaki zombie itu sembarangan, sehingga suara tembakannya bergema disini.

   "SINI, KAMI ADA DISINI!" seru Rangga dan Adam. Alhasil kerumunan zombie yang terpancing langsung mengejar kami berlima.

   "Cepat naik" sahutku. Pertama Adam, kemudian Yusuf, Yunita, aku, dan yang terakhir Rangga. Kami sampai dipuncak tower.

   "HEY, DISINII!" seru kami masih memancing zombie agar menjauh dari mobil jeep. Setelah aman, mobil Jeep itu akhirnya berjalan menjauhi kerumunan. Kami sedikit lega melihatnya.

   "Hey, bagaimana dengan kita?" tanya Adam. Hari saat itu sudah malam.

   "Kita tunggu sampai dibawah sepi" ujar Rangga sambil melihat kerumunan zombie yang banyak sekali.

   "Aku setuju" ujar Yusuf sambil mengganti magazine-nya dan mengisi magazine-nya dengan peluru baru.

   "Tapi sampai kapan?' tanyaku sambil mengelap noda darah di katana-ku dengan tissue.

   "Entah" jawab Rangga sekenanya. Dia mengeluarkan teropong dari tasnya dan mengamati keadaan.

   "Cih, aku benci menunggu" gerutuku.

   "Sabar ajalah" ujar Yunita.

   Kami terus berada diatas tower air. Zombie dibawah kami masih banyak, malah semakin bertambah. Entah kapan ini berakhir

.    .    .    .

    "Aku lapar" keluh Yusuf.

   "Aku juga" ujar Adam.

   Mendengar itu aku langsung mengeluarkan 2 bungkus besar roti dari tasku. Yusuf dan Adam yang melihat itu langsung berbinar-binar.

   "Wah, ada roti!" seru Yusuf gembira sambil memakan sepotong roti.

   "Oh, kau ambil saat di minimarket tadi ya?" guman Rangga.

   Kami memakan roti itu bersama-sama.

   "Jadi apa yang akan kita lakukan setelah ini?" tanya Yunita setelah rotinya habis.

   "Kita tunggu sampai dibawah sepi" jawab Rangga sambil melihat kebawah "Oh, lumayan. Mereka mulai berkurang"

   "Tapi tetap saja banyak" ujarku.

   Tiba-tiba saja sebuah Quadcopter terbang menuju kami.

   "Pasti Enggar" ujarku.

   "Woii, Enggar!" seru Yusuf pada Quadcopter.

   "Sia-sia saja. Didalam sana hanya kamera, mereka tak bisa mendengar kita" ujar Rangga.
   Aku tiba-tiba mengeluarkan buku tulis, merobeknya, dan menuliskan sesuatu. Setelah itu aku menunjukkan kertas itu kearah kamera Quadcopter.

   'KAMI BAIK-BAIK SAJA, TAPI APAKAH KALIAN BISA MENJEMPUT KAMI?'

   "Apa-apaan itu? Jelas saja..." ucapan Yusuf terhenti saat tiba-tiba Quadcopter itu bergerak keatas dan kebawah, seperti mengangguk. Kemudian Quadcopter itu pergi kebawah terlebih dahulu. Seperti memancing zombie yang dibawah. Zombie yang terpancing segera mengikuti Quadcopter itu, sampai mereka menghilang dibalik belokan.

   "Kau memang jenius" ujar Yunita sembari menuruni tangga tower air, diikuti Yusuf, Adam, aku, dan Rangga.

   "Baiklah, seperti yang dikatakkan Raihan, kita akan menuju rumah Nuansha" ujar Rangga.

   "Ada yang tahu arah rumah Hentai Ojou-sama?" tanyaku. Adam dan Yunita langsung unjuk jari.

   "Baiklah, kalian berdua didepan, aku ditengah, sedangkan Yusuf dan Ardhika dibelakang" ujar Rangga.

   "Eh~ kau sepertinya ingin dilindungi" goda Yunita.

   "Yah, lagipula kemampuan kenjutsu*-mu masih dibawahku" ujarku.

   "Udah jangan protes. Cepat jalan!" bentak Rangga sambil mengeluarkan aura setan nya. Kami berdua langsung terdiam.

   Kami berlima berjalan menuju rumah Nuansha mengikuti formasi. Sesampainya kami disebuah pertigaan, tiba-tiba beberapa zombie datang dari arah lain. Aku, Adam, dan Yunita segera melesat maju. Yusuf tadinya ingin menembak tapi ditahan oleh Rangga.

   "Jangan, nanti mereka yang lain akan datang disini" cegah Rangga.

   "Kasihan" ujarku sambil menebaskan katana-ku. Sedangkan Yusuf hanya menggerutu.

   "Belok kanan" ujar Yunita saat kami sudah membasmi semua zombie itu. Tapi kemudian...

   "DUUG!"

   "Aduh!"

   Saat Adam berbelok kekanan duluan, dia bertabrakan dengan seseorang dari arah yang sama.

   "Siapa itu" tanyaku. Saat terlihat ternyata mereka adalah siswa sekolah seperti kami, cuma beda sekolah. Mereka terdiri dari 4 orang, masing-masing membawa tongkat baseball, sepotong balok kayu, sebuah tongkat pramuka, dan kampak.

   "Kalian dari SMP Yapidi bukan?" tanya Rangga.

   "Iya" jawab salah satu dari mereka.

   "Kalian juga dari SMP Negeri 01 Jayanti kan?" tanya mereka.

   "Iya" jawabku.

   "Hanya kalian yang selamat?" tanya Adam, walaupun sebenarnya pertanyaan itu agak tidak pantas ditanyakan dalam kondisi seperti ini.

   "Iya, yang lain semuanya berubah menjadi aneh semenjak orang dari luar mengigit penjaga sekolah kami. Oh iya aku Randy, ini Cinta, ini Angga, dan ini Salim" jelas anak yang bernama Randy.

   "Oh iya, setelah dari sekolah kalian akan kemana?" tanya Yusuf.

   "Kami tidak tahu, tapi rencananya kami akan pergi kerumah Cinta. Rumah dia kan' berpagar besi, besar lagi" jelas Salim.

   "Wah, darimana kalian mendapatkan senapan dan samurai ini?" tanya Angga.

   "Katana, bukan samuraiSamurai itu yang memakainya, katana itu senjatanya" jelasku membenarkan.

   "Tak akan kami beritahu" ujar Rangga. Aku tadi tidak mengerti apa maksudnya, tapi setelah beberapa menit aku mengerti maksudnya.

   "Baiklah. Oh iya apa hanya kalian juga yang selamat?" tanya Cinta.

   "Tidak, ada 6 teman kami lagi, tapi mereka ada dirumah salah satu teman kami. Rencananya kami akan pergi menyusul mereka" jawab Adam sambil mengelus-elus jidatnya.

   "Apa..." obrolan kami terpotong ketika tiba-tiba dari arah kiri segerombolan zombie datang ke arah kami.
   "Ayo pergi" ujar Rangga, tapi ditolak oleh mereka.

   "Eh~ kenapa?" tanyaku.

   "Rumah teman kami ada diarah sana. Maaf, kami tidak bisa ikut kalian" ujar Salim.

   "Tapi kan disana..." ucapan Rangga tak terselesaikan karena mereka sudah bergerak kesana.

   "Bagaimana?" tanya Yunita.

   "Kita biarkan saja, mereka yang memutuskan sendiri" jawabku, sambil teringat akan perkataan Fajar disekolah.

   Kami terus berlari menghindari zombie yang mengejar dibelakang kami. Kami tak tahu bagaimana nasib 4 siswa yang kami temui tadi. Saat kami sampai disebuah pertigaan, ternyata dari dua arah sudah dipenuhi zombie.

   "Aduh bagaimana ini" keluh Yusuf sambil melepaskan tembakannya, karena mereka terlalu banyak.

   "Kita harus bertahan sebisanya" ujarku sambil menebaskan katana-ku.

   Tapi makin lama, kami makin terkepung oleh zombie-zombie dari depan dan belakang kami.

   "Kita tak bisa begini terus" ujar Yunita.

   "Sial, peluruku habis" keluh Yusuf.

   Kami terus terkepung oleh mereka.

   "BRUUUM!"

   Saat kami sudah mulai putus asa, tiba-tiba sebuah mobil jeep dari arah kiri pertigaan datang dan menabrak zombie yang menghalangi laju mereka. Kami mengenalinya, itu Mobil Jeep kami.

   "Yo maaf sedikit terlambat" ujar Enggar sambil menembaki zombie-zombie disekitar kami.

   "Cepat naik" sahut Fajar yang mengendarai.

   Kami segera menaiki mobil. Yusuf, Yunita, dan Rangga didalam mobil, naginata-nya dia titipkan dibelakang. Sedangkan aku dan Rangga menaiki bagian belakang. Setelah semuanya naik, Fajar segera menjalankan mobil jeep menjauh dari sana.

   "BRUUUM!"

   Akhirnya malam yang sangat sulit bagi kami berakhir juga. Kemudian kami...

   Ke Rumah Nuansha

TO BE CONTINUED
 
 
 
 


 

Thursday 12 November 2015

Z Junior Highschool (Part 8)

   Selamat Malam.
   Part ini kembali menceritakan petualangan Ardhika dkk menuju ke sekolah. Dan nanti anggotanya bertambah.
   Lanjut saja ke cerita

SELAMAT MEMBACA

   "BRUUM"

   Mobil Jeep melaju dengan cepat menuju sekolah kami. Walau ada beberapa zombie yang mengganggu, tapi semua dapat diatasi dengan tembakan jitu Enggar. Rasanya dia akan menjadi sniper kebanggaan kami.

   "NGIIT!!"

   Mobil Jeep berhenti. Akhirnya kami sampai didepan sekolah kami. Pintu gerbang masih tertutup, tapi didalamnya zombie-zombie sudah berkeliaran. Kami heran bagaimana mereka masuk? Tapi kami tak memikirkan itu.

   Rangga langsung mengeluarkan Nokia 3310 dari sakunya yang hampir kami lupakan. Dia langsung menelpon dari kontak disana.

   "Tidak ada jawaban" ujar Rangga kecewa.

   "Bagaimana kita masuk?" tanya Enggar yang memasang bayonet diujung M14-nya

   Fajar tak menjawab, dia langsung keluar dari mobil dan mendekati pintu gerbang kecil disebelah kanan gerbang, sedangkan Rangga memberi Nokia 3310 ke Rika.

   "Tolong bawa ini ya Rika"

   "Iya" jawab Rika ceria.

   "Kurasa bila kita menarik pintu gerbang ini dengan paksa..." Fajar mencoba menarik pintu gerbang itu, karena pintu gerbang sekolah kami hanya bisa dibuka jika menarik kedalam. Aku dan Rangga membantu, sedangkan Enggar dan Fitria menjaga kami, didampingi Rika.

   "CRAAK!"

   Pintu gerbang itu akhirnya tertarik dan putus. Kami bertiga terjatuh kebelakang.

   "BRUUK!"

   "Weey!! Sakit njiir" keluhku kesakitan, karena aku yang paling bawah.

   " Jangan menindihku!" gerutu Rangga.

   "Maaf" ujar Fajar.

   "Cepat berdiri, kau bau sekali!" seruku tak tahan.

   Fajar pun berdiri, disusul Rangga dan aku.

   "Ayo masuk" sahut Enggar setelah memeriksa didalam.

   Kami memasuki sekolah dan menyingkirkan meja dan kursi yang menjadi barikade. Setelah itu kami langsung disambut oleh teman kami yang sudah berubah menjadi zombie.

   "Hey! Itu bukannya Fiqra" ujarku setelah melihatnya.

   "Kalau nggak salah dia Rigan bukan?" tanya Fajar.

   "PT! (singkatan untuk Putri Timur)" seru Fitria terperanjat.

   Kami mulanya ragu, tapi kami sudah meneguhkan tekad. Mereka bukan lagi manusia.
   Aku langsung menghunuskan katana-ku dan memenggal Fiqra, Fajar mengambil golok dan menebaskan kekepala Rigan, dan Fitria membidik PT dan menembaknya (dia memakai peredam suara).

   Kami melanjutkan masuk lebih dalam kesekolah. Kami tiba di gerbang kedua sekolah yang tidak ada pagar. Kami terus masuk tanpa memperdulikan zombie disekitar kami.

   "Apa yang akan kita lakukan?" tanya Enggar.

   "Kita akan mencari yang masih hidup. Mustahil bila semua mati, pasti ada beberapa yang bersembunyi disuatu tempat" sahut Fajar sambil menebaskan goloknya ke Fahmi yang sudah berubah menjadi zombie.

   "TAP...TAP...TAP..."

   Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar oleh kami. Kami semua terkejut mendengarnya.

   "Ada suara langkah kaki" bisik Enggar.

   "Tunggu! Bisa saja itu zombie" cegah Fajar.

   "Tak mungkin zombie bisa berlari" sanggah Fitria sambil pergi kearah suara itu. Kami mengikutinya, sedangkan Fajar hanya mengalah dan mengikutinya.

   "Kearah sini" ujar Fitria sambil berlari melewati kantor guru. Tapi tiba-tiba seorang zombie datang dari samping Fitria dan siap menerkam.

   "KYAA!"

   "DOOR!"

   Zombie itu langsung ambruk. Fajar menembak zombie itu dengan Ithaca-nya.

   "Eh~, bukannya itu Pak Ojih" ujar Enggar.

   Setelah itu kami terus berlari menuju kesumber suara. Tapi baru beberapa saat, Fitria berhenti.

   "Harusnya ada disekitar sini" ujar Fitria. Rupanya dia kehilangan jejak. Saat itu kami sampai didepan Lab. Komputer.

   "Jangan-jangan ada disini" ujarku sambil menunjuk Lab. Komputer.

   "Bisa jadi" Fajar setuju. Tapi tak lama kemudian zombie-zombie itu sudah mengejar kami.

   Rangga mencoba membuka pintu Lab tapi terkunci.

   "Hey! yang didalam tolong bukakan pintu!" seru Fitria sambil mengedor-gedor pintu. Sedangkan kami mencoba menahan zombie itu.

   Tiba-tiba pintu itu terbuka.

   "Masuklah" bisik seseorang dari dalam.

   Kami langsung masuk kedalam, setelah itu orang didalam itu langsung menutup dan menguncinya.

   "Akhirnya~" keluhku sambil bersandar ditembok.

   "Kalian berlima...selamat"

   Aku langsung membuka mata dan melihat ada 8 orang didalam sana; Pak Ahmad, Muhammad Ridho, Ahmad Baron, Adam Hidayat, Raihanudin Rafif, Nuansha Wening, Yunita Aurora, dan Yusuf Ali Permadi.

   "Ardhi-kun!" ujar Nuansha bersemangat.

   "Hentai Ojou-sama!" ujarku.

   "BLETAKK!!"

   Seketika aku langsung dijitak olehnya.

   "Seenaknya saja kau memanggilku Hentai!" serunya marah.

   "Tapi didalam HP-mu kan banyak kolek..." seketika aku langsung dibekap dengan sapu tangan.

   "Jangan kau kasih tau rahasiaku" ujar Nuansha langsung berubah menjadi baik hati, sedangkan aku mendelik dengan putus asa.

   "Bagaimana, apa kalian sudah mengetahui atau menemui orang tua kalian?" tanya Pak Ahmad.

   "Orang tua kami sepertinya sudah pergi ke tempat pengungsian. Kami sudah mengecek dirumah kami masing-masing" jawab Fajar.

   "Darimana kalian mendapatkan senjata ini" tanya Raihan.

   "Senapan ini dari rumah Enggar, sedangkan pedang ini dari tetangga Ardhika" jawab Rangga.

   "Bagaimana kalian tahu jika sekolah ini sudah dimasuki zombie?" tanya Baron.

   "Kami melihat Anata yang sudah menjadi zombie tadi. Makanya kami langsung kesini untuk mengecek keadaan" ujar Fitria menjelaskan.

   "Kami punya pertanyaan, bagaimana zombie itu bisa masuk kesini? Padahal pintu gerbang masih tertutup." tanya Fajar.

   "Kami juga tidak tahu, tapi tiba-tiba zombie itu muncul dari pojok sekolah. Seisi sekolah panik dan akhirnya memancing yang lain masuk kesini. Kemungkinan ada jalur masuk atau lubang ditembok pembatas sekolah" jelas Pak Ahmad.

   "Tapi siapa yang membuatnya?" tanya Enggar. Pak Ahmad hanya mengangkat bahu, tak tahu.

   "Jadi apa rencana kalian setelah ini?" tanya Pak Ahmad.

   "Kami akan menuju ke Alun-alun Kota Tanggerang untuk menemui orang tua kami..."

   "Tunggu dulu! Kalian akan pergi dengan apa?" tanya Ridho.

   "Dengan Mobil Jeep, Fajar yang mengendarai lho" ujarku setelah selamat dari Nuansha.

   "Wow keren. Eh Han, Dam, Ta, Nung (Raihan, Adam, Yunita, Nuansha [jauh amat singkatannya]) masih ingat rencana kita" sahut Yusuf.

   "Tentu donk, kita akan bergabung dengan kelompok Rangga" ujar Raihan.

   "Tapi apa cukup?" tanya Rika khawatir.

   "Tenang saja" ujarku "Nanti didepan Fajar dan Nuansha, ditengah Fitria, Rika, dan Yunita, dan sisanya dibelakang" ujarku sekenanya.

   "Tunggu dulu! Kenapa aku dengan Fajar!?" protes Nuansha, sedangkan Fajar tenang-tenang saja sambil membidikkan Ithaca-nya kearahku (Ebusyet, sampe segitunya).

   "Karena kalian spesial" ujarku seenak jidat. Nuansha geram melihatku.

   "Bagaimana dengan bapak guru?" tanya Rangga.

   "Kami juga akan menuju kesana. Diluar sana ada mobil bapak, jadi bapak akan memakai itu" jawab Pak Ahmad.

   "Kami berdua ikut" ujar Ridho dan Baron kepada Pak Ahmad.

   "Baiklah, bagaimana dengan kalian berlima?" tanya Pak Ahmad.

   "Kami berlima akan ikut dengan kelompok Fajar dkk" jawab Yunita.

   "Kalian yakin?" tanya Pak Ahmad.

   "Kami yakin sekali" ujar Nuansha "Bukannya begitukan Dam?"

   "Ya" ujar Adam singkat, jelas, dan padat.

   "Baiklah" ujar Pak Ahmad "Tapi sebelum keluar kita harus membuat rencana"

   "Baiklah" sahut Fajar.

.    .    .    .


   Pintu berderak terbuka, aku, Adam, dan Rangga keluar dengan perlahan. Dikoridor sepi sekali.

   "Clear" bisikku. Kemudian Enggar, Fajar, Raihan, Yunita, Ridho, Nuansha, Baron, Fitria, Rika, dan Pak Ahmad keluar dari sana dan berjalan secara perlahan.

   Kami melewati kantor guru. Tapi tak disangka ternyata didalam sana sangat banyak zombie yang berkumpul. Yunita hampir memekik, tapi Yusuf memperingatkan. Kemudian kami meneruskan jalan kami.

   Akhirnya kami keluar dari koridor dan berbelok menuju kearah gerbang sekolah. Pak Ahmad yang diikuti Ridho dan Baron menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobil. Tapi tak berselang lama...

   "AARGHH..!!"

   Ternyata dibalik mobil terdapat 5 zombie dan segera menerkam Pak Ahmad, Ridho, dan Baron. Adam ingin menolong dengan menarik katana-nya (Aku memberi katana hitam yang tersemat dipinggang kiriku ke Adam) tapi Rangga mencegahnya.

   "Sudah terlambat"

   Kami terus berjalan menuju gerbang sekolah. Tapi memang apes nasib kami, saat kami hampir sampai di gerbang, Yusuf tersandung dan terjatuh.

   "BRUK!"

   Zombie yang disekitar kami langsung terpancing mendengar suara tersebut.

   "LARI!" seru Fajar.

   Kami segera berlari keluar gerbang. Enggar, Fajar, Fitria, Rika, Nuansha, dan Yunita didepan, sedangkan Raihan, aku, Adam, dan Rangga dibelakang sambil mengundur waktu.

   "SYAT"

   "DOOR!"

   Suara sayatan pedang dan tembakan menggema diarea sekolah.

   "Semua sudah masuk?" tanya Rangga.

   "Iya!" sahut Fitria.

   Kami berempat segera menaiki bagian barang dibelakang dengan Enggar yang sibuk menembak.

   "Cepat jalan!" seru Nuansha.

   Fajar segera menjalankan Mobil Jeep dan menjauh dari sana.

   "Banyak zombie didepan sana" ujar Yunita.

   "Akan kubasmi" ujar Enggar.

   "Akan kubantu" tawar Yusuf. Enggar segera memberi PINDAD PM-V2 SMG dan memberi kursus singkat.

   "Baiklah" ujar Yusuf sambil membidik kemudian...

   "DOOR!"

   "DOOR!"

   "DOOR!"

   Walau tadinya terlihat asal, tapi ternyata semuanya kena sasaran.

   "Hebat" pujiku.

   Akhirnya kami keluar dari sekolah dan membawa teman kami yang masih hidup. Hari saat itu sudah menjelang Maghrib.

   "BRUUM..!"

   Mobil Jeep kami melaju dengan cepat, meninggalkan sekolah. Fajar mengendarai mobil, Nuansha didepan duduk disamping Fajar (Ciee..ciee), Yunita memberikan kotak P3K kepada Fitria, sehingga menambah peralatan medis kami, sedangkan Rika sibuk mengikat Nokia 3310 dengan tali tambang loncat punya Fajar.

   Sedangkan dibelakang, Enggar memberi kursus tentang penggunaan senapan yang dia bawa kepada kami berempat.

   "Baiklah aku yang ini saja, lebih enak menurutku" ujar Raihan sambil mengambil SS2-V5.

   "Aku gak ngerti, jadi pakai katana aja" ujar Adam, yang langsung disambut jempol olehku.

   "Jadi rumah siapa yang lebih dekat dari sekolah?" tanya Rangga.

   "Rumahku" ujar Adam.

   "Kemudian rumahku" sahut Nuansha dari depan.

   "Rumahku juga" ujar Raihan.

   "Dan terakhir rumahku" ujar Yusuf.

   "Oh ya Ardhika, bagaimana dengan rumahku, Apakah orang tuaku..." ucapan Yunita terpotong oleh ku.

   "Rumahmu tidak ada siapa-siapa, Gerbangnya terkunci, sepertinya orang tua dan adikmu juga kabur sebelum tragedi itu terjadi" potongku. Yunita langsung tenang. Saat menuju ke mobil jeep, kami melewati rumah Yunita yang dekat dengan rumahku, Dan rumahnya memang terkunci.

    "Jadi kita akan pergi ke rumah Adam dulu ya?" tanya Fajar

   "Jangan, orang tuaku sedang bekerja, mereka tak ada dirumah. Sedangkan adikku dirumah nenekku" ujar Adam.

   "Oke, jadi kita akan pergi kerumah Nuansha dulu" ujar Fajar.

   Mobil melaju dengan cepat. Beberapa meter kemudian kami melewati SD Negeri Cikande 1. Tapi tiba-tiba mobil berbelok kearah Pom Bensin.

   "Eh~Ada apa?" tanya Raihan.

   "Kita harus mengisi mobil ini dengan bensin. Udah hampir habis nih" jawab Fajar "Rangga isi bensinnya, yang lain berjaga disekitar mobil" sahut Fajar.

   Rangga segera mengisi mobil dengan bensin, sedangkan kami berempat berjaga bila terjadi apa-apa.

   "Apa kau tak merasa ada yang aneh" ujar Adam.

   "Ada apa?" tanya Yusuf.

   "Kenapa didaerah sini sangat sepi?" tanya Adam.

   Aku yang mendengar itu tiba-tiba langsung memasang mode siaga "Jangan-jangan..."

   "groo...ouu..." terdengar suara yang membekukan darah.

   "Awas!" peringatku. Tiba-tiba saja sekitar pom bensin sudah penuh dengan zombie.

   "Sial, dari mana mereka datang?" keluh Enggar sambil terus menembak.

   "DOR!"

   "bats"

   "SYAT"

   Aku segera melompat keluar, diikuti Adam. Kami berdua segera menghunus katana kami dan segera melesat maju.

   "SYAT"

   "SYAT"

   Aku menjatuhkan 4 zombie, sedangkan Adam 5 zombie.

   "Gilee, kau belajar dimana?" tanyaku penasaran tanpa berhenti menebas zombie.

   "Tidak, aku hanya meniru didalam anime" jawab Adam.

   Kami berdua terus menyingkirkan zombie, saat tiba-tiba Rangga meloncat kearah kami. Untung saja dia tak menabrak kami.

   "Kenapa nggak ngajak-ngajak" ujar Rangga sambil menghunus ninja-to nya. Aku hanya tersenyum.

   "Kau sibuk sendiri sih disana, udah diisi belum?" ujarku memberi alasan.

   "Udah" jawab Rangga. Kemudian kami melanjutkan memberantas zombie disekitar kami.

   "DOOR!"

   "DOOR!"

   "DOOR!"

   Enggar, Yusuf, dan Raihan sibuk menembaki zombie disekitar kami.

   "Cih, nggak kena" gerutu Raihan saat pelurunya meleset.

   Disaat seperti ini, tiba-tiba Fitria dan Yunita keluar dari mobil.

   "Hey! Apa yang kalian lakukan?" tanya Nuansha.

   "Walau kami wanita, kami tak bakal diam saja melihat para pria melindungi kami" ujar Yunita dengan kata-kata kerennya.

   "Yunita benar" Fitria membenarkan.

   Yunita segera pergi kebagian belakang dan mencari senjata yang bisa dia gunakan, saat itu matanya tertuju kepada sebuah naginata. Dia segera mengambilnya, sedangkan Fitria sudah bersiap dengan MP5-nya.

   "Dot sight-nya sudah, oke..." Fitria segera membidik kearah zombie itu dan...

   "BATS"

   Dua zombie langsung terpental. Satu karena tembakan Fitria, dan satu karena terpental zombie yang tertembak.

   Yunita segera mengayunkan naginata ke arah kerumunan zombie dan...

   "BRUUK!"

   Beberapa zombie langsung terpental.

   Aku, Adam, dan Rangga terus membasmi zombie didepan sampai akhirnya kami beradu punggung saling membelakangi.

   "Bagaimana ini, mereka semakin banyak" keluhku.

   "Kita tak bisa terus menerus seperti ini" ujar Adam.

   "Apa kita akan mati disini" sahut Angga.

   "Jangan menakut-nakuti!" bentakku.

   Kami terus membasmi zombie saling melindungi satu sama lain. Tak tahu sampai kapan ini berakhir.
.    .    .    .

   Disebuah kapal diatas lautan Pasifik, seseorang sedang duduk menikmati udara laut diatas kapal sambil mengisap rokonya. Tiba-tiba seseorang datang dan membisikkan sesuatu keorang itu dan pergi lagi. Dia langsung tersenyum dan membuang rokoknya.

   "Jadi, Kalimantan juga belum dapat 'hadiah' dari kita ya?"

TO BE CONTINUED

   Akhirnya selesai juga, semalaman saya ngerjain ini. Lanjutannya nyusul.

   Selamat Malam