Selamat Malam.
Part ini kembali menceritakan petualangan Ardhika dkk menuju ke sekolah. Dan nanti anggotanya bertambah.
Lanjut saja ke cerita
SELAMAT MEMBACA
"BRUUM"
Mobil Jeep melaju dengan cepat menuju sekolah kami. Walau ada beberapa zombie yang mengganggu, tapi semua dapat diatasi dengan tembakan jitu Enggar. Rasanya dia akan menjadi sniper kebanggaan kami.
"NGIIT!!"
Mobil Jeep berhenti. Akhirnya kami sampai didepan sekolah kami. Pintu gerbang masih tertutup, tapi didalamnya zombie-zombie sudah berkeliaran. Kami heran bagaimana mereka masuk? Tapi kami tak memikirkan itu.
Rangga langsung mengeluarkan Nokia 3310 dari sakunya yang hampir kami lupakan. Dia langsung menelpon dari kontak disana.
"Tidak ada jawaban" ujar Rangga kecewa.
"Bagaimana kita masuk?" tanya Enggar yang memasang bayonet diujung M14-nya
Fajar tak menjawab, dia langsung keluar dari mobil dan mendekati pintu gerbang kecil disebelah kanan gerbang, sedangkan Rangga memberi Nokia 3310 ke Rika.
"Tolong bawa ini ya Rika"
"Iya" jawab Rika ceria.
"Kurasa bila kita menarik pintu gerbang ini dengan paksa..." Fajar mencoba menarik pintu gerbang itu, karena pintu gerbang sekolah kami hanya bisa dibuka jika menarik kedalam. Aku dan Rangga membantu, sedangkan Enggar dan Fitria menjaga kami, didampingi Rika.
"CRAAK!"
Pintu gerbang itu akhirnya tertarik dan putus. Kami bertiga terjatuh kebelakang.
"BRUUK!"
"Weey!! Sakit njiir" keluhku kesakitan, karena aku yang paling bawah.
" Jangan menindihku!" gerutu Rangga.
"Maaf" ujar Fajar.
"Cepat berdiri, kau bau sekali!" seruku tak tahan.
Fajar pun berdiri, disusul Rangga dan aku.
"Ayo masuk" sahut Enggar setelah memeriksa didalam.
Kami memasuki sekolah dan menyingkirkan meja dan kursi yang menjadi barikade. Setelah itu kami langsung disambut oleh teman kami yang sudah berubah menjadi zombie.
"Hey! Itu bukannya Fiqra" ujarku setelah melihatnya.
"Kalau nggak salah dia Rigan bukan?" tanya Fajar.
"PT! (singkatan untuk Putri Timur)" seru Fitria terperanjat.
Kami mulanya ragu, tapi kami sudah meneguhkan tekad. Mereka bukan lagi manusia.
Aku langsung menghunuskan katana-ku dan memenggal Fiqra, Fajar mengambil golok dan menebaskan kekepala Rigan, dan Fitria membidik PT dan menembaknya (dia memakai peredam suara).
Kami melanjutkan masuk lebih dalam kesekolah. Kami tiba di gerbang kedua sekolah yang tidak ada pagar. Kami terus masuk tanpa memperdulikan zombie disekitar kami.
"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Enggar.
"Kita akan mencari yang masih hidup. Mustahil bila semua mati, pasti ada beberapa yang bersembunyi disuatu tempat" sahut Fajar sambil menebaskan goloknya ke Fahmi yang sudah berubah menjadi zombie.
"TAP...TAP...TAP..."
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar oleh kami. Kami semua terkejut mendengarnya.
"Ada suara langkah kaki" bisik Enggar.
"Tunggu! Bisa saja itu zombie" cegah Fajar.
"Tak mungkin zombie bisa berlari" sanggah Fitria sambil pergi kearah suara itu. Kami mengikutinya, sedangkan Fajar hanya mengalah dan mengikutinya.
"Kearah sini" ujar Fitria sambil berlari melewati kantor guru. Tapi tiba-tiba seorang zombie datang dari samping Fitria dan siap menerkam.
"KYAA!"
"DOOR!"
Zombie itu langsung ambruk. Fajar menembak zombie itu dengan Ithaca-nya.
"Eh~, bukannya itu Pak Ojih" ujar Enggar.
Setelah itu kami terus berlari menuju kesumber suara. Tapi baru beberapa saat, Fitria berhenti.
"Harusnya ada disekitar sini" ujar Fitria. Rupanya dia kehilangan jejak. Saat itu kami sampai didepan Lab. Komputer.
"Jangan-jangan ada disini" ujarku sambil menunjuk Lab. Komputer.
"Bisa jadi" Fajar setuju. Tapi tak lama kemudian zombie-zombie itu sudah mengejar kami.
Rangga mencoba membuka pintu Lab tapi terkunci.
"Hey! yang didalam tolong bukakan pintu!" seru Fitria sambil mengedor-gedor pintu. Sedangkan kami mencoba menahan zombie itu.
Tiba-tiba pintu itu terbuka.
"Masuklah" bisik seseorang dari dalam.
Kami langsung masuk kedalam, setelah itu orang didalam itu langsung menutup dan menguncinya.
"Akhirnya~" keluhku sambil bersandar ditembok.
"Kalian berlima...selamat"
Aku langsung membuka mata dan melihat ada 8 orang didalam sana; Pak Ahmad, Muhammad Ridho, Ahmad Baron, Adam Hidayat, Raihanudin Rafif, Nuansha Wening, Yunita Aurora, dan Yusuf Ali Permadi.
"Ardhi-kun!" ujar Nuansha bersemangat.
"Hentai Ojou-sama!" ujarku.
"BLETAKK!!"
Seketika aku langsung dijitak olehnya.
"Seenaknya saja kau memanggilku Hentai!" serunya marah.
"Tapi didalam HP-mu kan banyak kolek..." seketika aku langsung dibekap dengan sapu tangan.
"Jangan kau kasih tau rahasiaku" ujar Nuansha langsung berubah menjadi baik hati, sedangkan aku mendelik dengan putus asa.
"Bagaimana, apa kalian sudah mengetahui atau menemui orang tua kalian?" tanya Pak Ahmad.
"Orang tua kami sepertinya sudah pergi ke tempat pengungsian. Kami sudah mengecek dirumah kami masing-masing" jawab Fajar.
"Darimana kalian mendapatkan senjata ini" tanya Raihan.
"Senapan ini dari rumah Enggar, sedangkan pedang ini dari tetangga Ardhika" jawab Rangga.
"Bagaimana kalian tahu jika sekolah ini sudah dimasuki zombie?" tanya Baron.
"Kami melihat Anata yang sudah menjadi zombie tadi. Makanya kami langsung kesini untuk mengecek keadaan" ujar Fitria menjelaskan.
"Kami punya pertanyaan, bagaimana zombie itu bisa masuk kesini? Padahal pintu gerbang masih tertutup." tanya Fajar.
"Kami juga tidak tahu, tapi tiba-tiba zombie itu muncul dari pojok sekolah. Seisi sekolah panik dan akhirnya memancing yang lain masuk kesini. Kemungkinan ada jalur masuk atau lubang ditembok pembatas sekolah" jelas Pak Ahmad.
"Tapi siapa yang membuatnya?" tanya Enggar. Pak Ahmad hanya mengangkat bahu, tak tahu.
"Jadi apa rencana kalian setelah ini?" tanya Pak Ahmad.
"Kami akan menuju ke Alun-alun Kota Tanggerang untuk menemui orang tua kami..."
"Tunggu dulu! Kalian akan pergi dengan apa?" tanya Ridho.
"Dengan Mobil Jeep, Fajar yang mengendarai lho" ujarku setelah selamat dari Nuansha.
"Wow keren. Eh Han, Dam, Ta, Nung (Raihan, Adam, Yunita, Nuansha [jauh amat singkatannya]) masih ingat rencana kita" sahut Yusuf.
"Tentu donk, kita akan bergabung dengan kelompok Rangga" ujar Raihan.
"Tapi apa cukup?" tanya Rika khawatir.
"Tenang saja" ujarku "Nanti didepan Fajar dan Nuansha, ditengah Fitria, Rika, dan Yunita, dan sisanya dibelakang" ujarku sekenanya.
"Tunggu dulu! Kenapa aku dengan Fajar!?" protes Nuansha, sedangkan Fajar tenang-tenang saja sambil membidikkan Ithaca-nya kearahku (Ebusyet, sampe segitunya).
"Karena kalian spesial" ujarku seenak jidat. Nuansha geram melihatku.
"Bagaimana dengan bapak guru?" tanya Rangga.
"Kami juga akan menuju kesana. Diluar sana ada mobil bapak, jadi bapak akan memakai itu" jawab Pak Ahmad.
"Kami berdua ikut" ujar Ridho dan Baron kepada Pak Ahmad.
"Baiklah, bagaimana dengan kalian berlima?" tanya Pak Ahmad.
"Kami berlima akan ikut dengan kelompok Fajar dkk" jawab Yunita.
"Kalian yakin?" tanya Pak Ahmad.
"Kami yakin sekali" ujar Nuansha "Bukannya begitukan Dam?"
"Ya" ujar Adam singkat, jelas, dan padat.
"Baiklah" ujar Pak Ahmad "Tapi sebelum keluar kita harus membuat rencana"
"Baiklah" sahut Fajar.
. . . .
Pintu berderak terbuka, aku, Adam, dan Rangga keluar dengan perlahan. Dikoridor sepi sekali.
"Clear" bisikku. Kemudian Enggar, Fajar, Raihan, Yunita, Ridho, Nuansha, Baron, Fitria, Rika, dan Pak Ahmad keluar dari sana dan berjalan secara perlahan.
Kami melewati kantor guru. Tapi tak disangka ternyata didalam sana sangat banyak zombie yang berkumpul. Yunita hampir memekik, tapi Yusuf memperingatkan. Kemudian kami meneruskan jalan kami.
Akhirnya kami keluar dari koridor dan berbelok menuju kearah gerbang sekolah. Pak Ahmad yang diikuti Ridho dan Baron menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobil. Tapi tak berselang lama...
"AARGHH..!!"
Ternyata dibalik mobil terdapat 5 zombie dan segera menerkam Pak Ahmad, Ridho, dan Baron. Adam ingin menolong dengan menarik katana-nya (Aku memberi katana hitam yang tersemat dipinggang kiriku ke Adam) tapi Rangga mencegahnya.
"Sudah terlambat"
Kami terus berjalan menuju gerbang sekolah. Tapi memang apes nasib kami, saat kami hampir sampai di gerbang, Yusuf tersandung dan terjatuh.
"BRUK!"
Zombie yang disekitar kami langsung terpancing mendengar suara tersebut.
"LARI!" seru Fajar.
Kami segera berlari keluar gerbang. Enggar, Fajar, Fitria, Rika, Nuansha, dan Yunita didepan, sedangkan Raihan, aku, Adam, dan Rangga dibelakang sambil mengundur waktu.
"SYAT"
"DOOR!"
Suara sayatan pedang dan tembakan menggema diarea sekolah.
"Semua sudah masuk?" tanya Rangga.
"Iya!" sahut Fitria.
Kami berempat segera menaiki bagian barang dibelakang dengan Enggar yang sibuk menembak.
"Cepat jalan!" seru Nuansha.
Fajar segera menjalankan Mobil Jeep dan menjauh dari sana.
"Banyak zombie didepan sana" ujar Yunita.
"Akan kubasmi" ujar Enggar.
"Akan kubantu" tawar Yusuf. Enggar segera memberi PINDAD PM-V2 SMG dan memberi kursus singkat.
"Baiklah" ujar Yusuf sambil membidik kemudian...
"DOOR!"
"DOOR!"
"DOOR!"
Walau tadinya terlihat asal, tapi ternyata semuanya kena sasaran.
"Hebat" pujiku.
Akhirnya kami keluar dari sekolah dan membawa teman kami yang masih hidup. Hari saat itu sudah menjelang Maghrib.
"BRUUM..!"
Mobil Jeep kami melaju dengan cepat, meninggalkan sekolah. Fajar mengendarai mobil, Nuansha didepan duduk disamping Fajar (Ciee..ciee), Yunita memberikan kotak P3K kepada Fitria, sehingga menambah peralatan medis kami, sedangkan Rika sibuk mengikat Nokia 3310 dengan tali tambang loncat punya Fajar.
Sedangkan dibelakang, Enggar memberi kursus tentang penggunaan senapan yang dia bawa kepada kami berempat.
"Baiklah aku yang ini saja, lebih enak menurutku" ujar Raihan sambil mengambil SS2-V5.
"Aku gak ngerti, jadi pakai katana aja" ujar Adam, yang langsung disambut jempol olehku.
"Jadi rumah siapa yang lebih dekat dari sekolah?" tanya Rangga.
"Rumahku" ujar Adam.
"Kemudian rumahku" sahut Nuansha dari depan.
"Rumahku juga" ujar Raihan.
"Dan terakhir rumahku" ujar Yusuf.
"Oh ya Ardhika, bagaimana dengan rumahku, Apakah orang tuaku..." ucapan Yunita terpotong oleh ku.
"Rumahmu tidak ada siapa-siapa, Gerbangnya terkunci, sepertinya orang tua dan adikmu juga kabur sebelum tragedi itu terjadi" potongku. Yunita langsung tenang. Saat menuju ke mobil jeep, kami melewati rumah Yunita yang dekat dengan rumahku, Dan rumahnya memang terkunci.
"Jadi kita akan pergi ke rumah Adam dulu ya?" tanya Fajar
"Jangan, orang tuaku sedang bekerja, mereka tak ada dirumah. Sedangkan adikku dirumah nenekku" ujar Adam.
"Oke, jadi kita akan pergi kerumah Nuansha dulu" ujar Fajar.
Mobil melaju dengan cepat. Beberapa meter kemudian kami melewati SD Negeri Cikande 1. Tapi tiba-tiba mobil berbelok kearah Pom Bensin.
"Eh~Ada apa?" tanya Raihan.
"Kita harus mengisi mobil ini dengan bensin. Udah hampir habis nih" jawab Fajar "Rangga isi bensinnya, yang lain berjaga disekitar mobil" sahut Fajar.
Rangga segera mengisi mobil dengan bensin, sedangkan kami berempat berjaga bila terjadi apa-apa.
"Apa kau tak merasa ada yang aneh" ujar Adam.
"Ada apa?" tanya Yusuf.
"Kenapa didaerah sini sangat sepi?" tanya Adam.
Aku yang mendengar itu tiba-tiba langsung memasang mode siaga "Jangan-jangan..."
"groo...ouu..." terdengar suara yang membekukan darah.
"Awas!" peringatku. Tiba-tiba saja sekitar pom bensin sudah penuh dengan zombie.
"Sial, dari mana mereka datang?" keluh Enggar sambil terus menembak.
"DOR!"
"bats"
"SYAT"
Aku segera melompat keluar, diikuti Adam. Kami berdua segera menghunus katana kami dan segera melesat maju.
"SYAT"
"SYAT"
Aku menjatuhkan 4 zombie, sedangkan Adam 5 zombie.
"Gilee, kau belajar dimana?" tanyaku penasaran tanpa berhenti menebas zombie.
"Tidak, aku hanya meniru didalam anime" jawab Adam.
Kami berdua terus menyingkirkan zombie, saat tiba-tiba Rangga meloncat kearah kami. Untung saja dia tak menabrak kami.
"Kenapa nggak ngajak-ngajak" ujar Rangga sambil menghunus ninja-to nya. Aku hanya tersenyum.
"Kau sibuk sendiri sih disana, udah diisi belum?" ujarku memberi alasan.
"Udah" jawab Rangga. Kemudian kami melanjutkan memberantas zombie disekitar kami.
"DOOR!"
"DOOR!"
"DOOR!"
Enggar, Yusuf, dan Raihan sibuk menembaki zombie disekitar kami.
"Cih, nggak kena" gerutu Raihan saat pelurunya meleset.
Disaat seperti ini, tiba-tiba Fitria dan Yunita keluar dari mobil.
"Hey! Apa yang kalian lakukan?" tanya Nuansha.
"Walau kami wanita, kami tak bakal diam saja melihat para pria melindungi kami" ujar Yunita dengan kata-kata kerennya.
"Yunita benar" Fitria membenarkan.
Yunita segera pergi kebagian belakang dan mencari senjata yang bisa dia gunakan, saat itu matanya tertuju kepada sebuah naginata. Dia segera mengambilnya, sedangkan Fitria sudah bersiap dengan MP5-nya.
"Dot sight-nya sudah, oke..." Fitria segera membidik kearah zombie itu dan...
"BATS"
Dua zombie langsung terpental. Satu karena tembakan Fitria, dan satu karena terpental zombie yang tertembak.
Yunita segera mengayunkan naginata ke arah kerumunan zombie dan...
"BRUUK!"
Beberapa zombie langsung terpental.
Aku, Adam, dan Rangga terus membasmi zombie didepan sampai akhirnya kami beradu punggung saling membelakangi.
"Bagaimana ini, mereka semakin banyak" keluhku.
"Kita tak bisa terus menerus seperti ini" ujar Adam.
"Apa kita akan mati disini" sahut Angga.
"Jangan menakut-nakuti!" bentakku.
Kami terus membasmi zombie saling melindungi satu sama lain. Tak tahu sampai kapan ini berakhir.
. . . .
Disebuah kapal diatas lautan Pasifik, seseorang sedang duduk menikmati udara laut diatas kapal sambil mengisap rokonya. Tiba-tiba seseorang datang dan membisikkan sesuatu keorang itu dan pergi lagi. Dia langsung tersenyum dan membuang rokoknya.
"Jadi, Kalimantan juga belum dapat 'hadiah' dari kita ya?"
TO BE CONTINUED
Akhirnya selesai juga, semalaman saya ngerjain ini. Lanjutannya nyusul.
Selamat Malam