Saturday 31 October 2015

Z Junior Highschool (Part 1)

   Selamat Pagi, minggu yang cerah sekali
   Tadaaa..!!! Lanjutan dari prolog kemarin sudah datang!! Hanya selisih beberapa jam saya sudah menemukan ide lnajutan ceritanya, saya memang hebat HAHAHAHAHAHA...!!! (Ditimpuk pake sampah ama readers). Jika ada yang belum baca prolognya silahkan klik Zombie Junior High School (Prolog)   Oke sekarang langsung aja

SELAMAT MEMBACA
   Padahal kemarin malam semuanya baik-baik saja, tapi.....
       ''TEEEEEETT......TEEEEEETT......TEEEEEETT......TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTT.......!!!!!!!!

   Ukh! Itu bel masuk panjang amat bunyinya, padahal semua orang tahu kalau sudah masuk, nggak usah segitunya juga. Mungkin disengaja untuk memperingatkan murid yang masih nongkrong diluar...Termasuk aku :v :v

   ''Ar, ayo masuk kelas''

   Aku pun menengok kearah makhluk kasat mata yang memanggilku dengan mata lesu (Sepertinya dia kurang tidur)

   "Ayo Jar"

   Ardhika Dharmawangsa, kelas 9-H absn 3 SMP Negeri 01 Jayanti, itulah aku. Anak rata-rata dengan fisik rata-rata, wajah rata-rata, dengan kebiasaan rata-rata. Aku hanya anak biasa yang tidak terlalu terkenal disekolah dan teman yang tidak bisa dibilang dikit ataupun banyak

   Anak disebelahku, Fajar Latiful Habib, teman sekelasku yang termasuk anak yang lumayan aktif dalam berorganisasi termasuk karate. Dia banyak digemari anak gadis di kelas lain tapi dibenci di kelasnya karena sifat penggodanya yang keterlaluan

   Kami memasuki kelas. Tepat beberapa detik kemudian Pak Abdul guru IPS memasuki kelas dan segera memberi mimpi terburuk yang hampir kami lupakan: ULANGAN.

   Mungkin karena soalnya terlalu sulit, aku terlalu serius (serius menyontek keteman pintarku; Rangga Zeinurohman) hingga tidak menyadari keributan di luar. Pak Abdul pergi keluar untuk melihat. Temanku yang tidak bisa diam, Enggar Rizki Sanjaya, ngacir keluar mengikuti Pak Abdul. Beberapa anak dari kelas lain mulai keluar dari kelas. Karena penasaran, aku, Fajar, dan teman perempuan ku, Fitria Ramadhani mengikuti mereka.

   Sesampainya disumber keributan, Gerbang Sekolah, kami terkejut. Diluar gerbang, terdapat seseorang yang ingin memaksa masuk, sedangkan penjaga sekolah menusuknya dengan tongkat berujung tajam, sampai menembus kepalanya. Sedangkan satpam sekolah, beberapa staf, dan guru menyusun barikade dari meja, lemari, dan kursi. Disebelah kanan, guru BP kami mengatur penyusunan barikade. Banyak yang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, sampai guru BP mulai berbicara.

   "Anak-anak, jika ada yang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi bapak akan kasih tau, tapi berjanjilah jangan ada yang panik!" Suara guru BP menggelegar sampai semuanya terdiam.

   "Dengar!" Guru BP melanjutkan pembicaraannya. "Tadi bapak sedikit telat saat berangkat ke sekolah. Tapi dijalan bapak melihat sekelompok manusia yang berjalan tidak biasa, dan mereka...mereka..." Guru BP menghentikan pembicaraannya. Suaranya bergetar seperti ketakutan. Aku jarang, bahkan tidak pernah lihat guru BP kami yang terkenal tegas bergetar seperti itu.

   Guru BP melanjutkan perkataannya yang terhenti sesaat. "Mereka mengejar dan memangsa orang disekitarnya..dan mereka yang telah dimangsa yang bapak kira sudah mati, bangkit lagi dan berpenampilan seperti mereka. O-oleh karena itu bapak segera kesini untuk mem-membarikade gerbangnya. Jadi bapak mohon kalian semua jangan panik, karena didu-duga makhluk itu tertarik dengan suara" Guru BP mengakhiri perkataannya dan pergi dari situ.

   Aku pun terdiam sejenak untuk memikirkan kata-kata yang diucapkan guru BP tadi.

   Berjalan tidak biasa...

   Mengejar dan memangsa manusia\

   Mereka yang telah dimangsa bangkit lagi...

   Perkataan tadi mengingatkanku pada zombie, makhluk fiksi yang terdapat pada film dan game yang kuketahui. Tapi apa itu mungkin, bukannya itu hanya cerita saja pikirku dalam hati. Tapi setelah melihat orang yang ditusuk penjaga, dan perkataan guru BP yang bergetar ketakutan, aku jadi percaya,

   Bahwa ini nyata.

   "Ar..!"
   "Ar..!"
   "Ardhika..!!"

   Aku pun terbangun dari lamunanku. Fitria menyadarkan ku dari lamunan tadi.

   "Kau tidak apa-apa".

   "Ya, aku tidak apa-apa" Jawabku.

   "Sekarang tidak ada waktu untuk melamun saja!" Sahut Rangga.

   Rangga benar, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Mau dipikirkan berapa kalipun tetap saja makhluk itu tidak akan hilang. Semua orang yang sudah mulai menerima kenyataan ini mulai tahu bahwa ini...

   Adalah awal dari akhir dunia.

   Cih..Sial! Aku mulai melamun lagi. Kami berjalan menuju kelas. Di sepanjang koridor kulihat ada yang menangis terisak, ada yang meringkuk ketakutan, ada terdiam saja seakan pasrah akan kenyataan. Kami pun memasuki kelas. Dikelas kamipun keadaannya sama, cuma lebih tenang. Pak Abdul tidak mengajar lagi, dia dan guru lain mengikuti rapat guru untuk membahas kejadian itu. Jadi kami tidak ada kegiatan apapun dikelas.

   Sekarang apa yang harus kulakukan. Setelah kupikir-pikir, aku hanya mengkhawatirkan satu hal: Keluargaku. Iya, aku mengkhawatirkan keluargaku, apa mereka selamat dari zombie apocalypse (Istilah keren-nya). Aku jadi ingin pulang, tapi apakah pihak sekolah memperbolehkannya?

   "Jadi..?"

   Aku pun tersentak. Fajar menghampiriku.

   "Jadi apa?" Aku tidak mengerti maksud dari dia

   "Jadi apa yang akan kau lakukan setelah kejadian ini?"

   Akupun tertegun mendengar pertanyaannya

   "Aku hanya ingin pulang dan menemui keluargaku, apa mereka baik-baik saja" jawabku sekenanya

   "Sama"

   "Eh~"

   "Aku juga ingin pulang menemui keluarga ku dan membawanya ketempat yang aman. Bagaimana kalau kita bareng. Rumah kita searah kan?"

   Akupun tertegun kembali. Tak kusangka ada yang berpikiran sama sepertiku.

   "Tapi bagaimana?"

   "Bagaimana apanya?" Fajar bingung mendengar pertanyaanku.

   "Bagaimana cara keluar dari sekolah, guru BP pasti tidak memperbolehkan. Dan walaupun bisa keluar bagaimana cara kita menghadapi makhluk seperti 'zombie' itu?"

   Fajar terdiam, berpikir sejenak. Aku pun juga mulai berpikir tentang itu. Sebenarnya banyak yang bisa dijadikan senjata disini. Tongkat berpaku, tongkat baseball, golok tukang kebun sekolah, pisau ibu kantin, sabit, garpu taman, tongkat besi, dan masih banyak lagi. Masalahnya, bagaimana meyakinkan pihak sekolah agar kami bisa keluar.

   "Bush!" Sebuah lilin muncul dikepalaku (soalnya kalau lampu neon boros listrik)

   Aku pun memanggil Fajar "Jar, kita akan keluar dari sini"

   Mata Fajar menyala "Bagaimana?"

   Aku tidak menjawab pertanyaan Fajar, langsung pergi ngacir keruang guru. Disana, para guru sudah menyelesaikan rapat mereka. Sepertinya mereka tidak mendapat solusi apapun.

    Aku pun menghampiri guru BP kami "Permisi pak, boleh bicara sebentar"

.     .     .     .

   "TIDAK BOLEH..!!"

   Fajar yang mengejarku tersentak mendengar perkataan tersebut.

   "Tapi pak..."

   "Tidak ada alasan apapun, kau tidak tahu seberapa berbahayanya diluar sana! Kau masih anak kecil, tak tahu apapun..!!" Bentak guru BP

   Aku pun terdiam kesal. Sejak dulu aku tidak suka dengan sikap orang dewasa yang menganggap remeh anak kecil sehingga mereka anggap anak kecil tidak perlu tahu apapun.

   Fajar pun menghampiriku "Ardhika, apa yang kau lakukan, kau..."

   "Diam sajalah kau" Akupun mencegahnya ikut nimbrung dalam perdebatan ini

   "Pak" Akupun mulai menjelaskan maksudku "Sekarang walaupun kita bersembunyi di sekolah ini, barikade yang menahan gerbang tak akan bertahan lama. Barikade tersebut tidak akan menyembunyikan keberadaan kita dari makhluk lapar bin rakus tersebut. Cepat atau lambat, kita harus meninggalkan sekolah ini atau kita..." Aku pun tersedak oleh ludahku sendiri karena saking gugupnya dan melanjutkan perkataanku "Atau kita akan menjadi mereka!"

   "MEOOOONNGG..!!"

   Bunyi kucing melengking yang sepertinya terinjak ekornya mengakhiri perkataanku. Guru BP tersentak ditempatnya, sedangkan Fajar hanya diam.

   "Kami hanya ingin menemui keluarga kami" Fajar ikut membantuku. "Jika kami mati ditengah jalan, itu resiko yang harus kami tanggung atas keputusan kami. Ingat pak, dunia ini bukanlah dunia yang kita kenal lagi. Ini adalah dunia dimana setiap orang harus berani memutuskan keputusannya sendiri dan siap menerima konsekuensinya!"

   "Krik...Krik...Krik..."

   Bunyi jangkrik kesepian mengakhiri perkataannya. Akhirnya guru BP menyerah.

   "Baiklah, terserah kata kalian"

TO BE CONTINUED

   Gimana? gimana? gimana? Adegan pertarungannya belum ada, tapi kayaknya ada diantara part 2-3
Lanjutannya entar nyusul (Kalo nggak males nulisnya)
Selamat siang yang panas dan membosankan
   
   

Z Junior Highschool (Prolog)

   Selamat Malam.
   Karena semenjak nonton World War Z ama Highschool Of The Dead kebayang ama zombie terus, jadi saya dapet ide untuk membuat cerita yang imajinasinya naudjubillah tentang zombie apocalypse. Latar cerita ini terinspirasi ama sekolahku jadi kalau ada yang pernah denger saya harap mohon dimaklumi.

SELAMAT MEMBACA


   Hamilton, Amerika Serikat

   Disebuah bunker yang besar, dua orang yang memakai pakaian serba putih sedang mendorong meja beroda. Diatas meja itu ada sebuah kotak tertutup yang berisi sesuatu yang sangat penting.

   "Akan kita bawa kemana ini senior?" tanya salah satu dari mereka berdua.

   "Kita disuruh untuk membawa kotak ini dke helikopter diluar sana, katanya akan diantar ke Sri Lanka" jelas orang yang lain

   Yang menanya hanya mengangguk saja. Mereka terus membawa meja itu. Tapi tiba-tiba.

   "Dor! Dor!"

   Dua orang itu langsung ambruk seketika, kemudian dari sudut kegelapan seseorang muncul mendatangi meja itu dan membawa kotak itu.

   "Rencana sukses" senyum orang itu kemudian pergi

TO BE CONTINUED

   Pendek, namanya juga prolog. Nanti lanjutannya nyusul (Kalo bisa)

Selamat Malam.