Thursday 31 March 2016

Reversed Soul Chapter 5





Saat ini Fandy sedang menaiki angkot dengan beberapa anak lain menuju sebuah rumah sakit yang merawat Asha. Karena banyaknya anak, jadi jumlah angkot yang mengangkut anak kelas IX C adalah 5. Fandy ada diangkot yang ke-4, bersama anak cowok yang lain.
"Ne, Fandy, bagaimana ya rasanya saat kau melihat tubuhmu sendiri?" tanya Asha.
"Biasa saja, gua tiap hari ngeliat wajah ganteng gua (?) dicermin" jawab Fandy, tapi dia lupa untuk berbicara didalam hati, jadi semua anak murid diangkot melihat Fandy.
"Fandy, ada apa?" tanya seorang murid, Muhammad Taufik Zailana.
"Eh!? Oh, tidak apa-apa" jawab Fandy tergugup.
"Fandy, akhir-akhir ini sikapmu berubah" ujar satu murid lagi, Sabila Arasyadi.
"Hmm, ada apa dengan sifat gua?" tanya Fandy songong.
"Sekarang lu lebih banyak diem, kadang malah ngomong sendiri. Lu juga sekarang lebih sering masuk pagi. Kemudian seperti tadi, katanya nilai lu mendadak naik secara drastis. Entah ini perasaan gua, tapi lu mulai berubah tepat keesokan hari setelah kecelakaan Asha. Ada apa?" tanya Sabil. Sedangkan Fandy hanya terdiam saja sambil menengok kejendela angkot "Bukan urusan lu, lagipula gua nggak kenapa-napa"
"Tapi..."
"Berisik lu!"

.     .     .     .     .

"Maaf, tapi hanya beberapa orang saja yang bisa masuk, supaya tidak menganggu pasien"
Saat ini semuanya sudah ada dirumah sakit, tepatnya diruang tunggu. Tapi sayang, perawat hanya mengizinkan beberapa orang saja untuk menjenguk Asha.
"Jadi.." Ella membalikkan badan "..siapa aja yang mau masuk kedalam? Tentu saja aku ikut"
"Aku, karena aku ketua kelas" ujar ketua kelas, Rizki Dwi Febriansyah (bisa disingkat DF).
"Aku" ujar Adam.
"Aku juga" ujar salah satu teman dekat Asha, Aisyah Maharani.
"Siapa lagi yang mau?" tanya Ella.
"DEG!"
Tiba-tiba tanpa persetujuan Fandy, Asha bertukar tubuh dengan Fandy kemudian memberitahu Ella untuk ikut.
"Aku!" dua suara bersahutan bersamaan.
Semua menatap Fandy dan satu orang lagi, Nida'an Khofiya.
"Eh!? Fandy? Tumben kau perhatian kayak gini" sindir Nida'an.
"Eh perhatian apanya? Aku cuma ingin melihat tubuhku-Eh maksudnya si Asha doank. Soalnya dia yang sudah menyelamatkanku" ucap Asha sebagai Fandy yang hampir keceplosan, sedangkan Fandy yang mendengarnya hanya sweetdrop.
"Hmm, bagaimana kalau kalian suit saja?" usul Aisyah.
"Okelah"
"Aku takkan kalah"
"Baiklah, mulai!!"
Asha (sebagai Fandy) mengeluarkan batu, sedangkan Nida'an mengeluarkan jari telunjuk (mereka belum sepakat suit apa yang dipakai).
"Eh, kok lu batu sih!? Ulang-ulang!! Ikutin gua!" seru Nida'an
"Yeh, ogah! Ngapain gua ikutin lu" sewot Asha (sebagai Fandy), sehingga semua yang disana terkejut.
"Njiir, Fandy ngomongnya kayak cewek"
"Gw nggak pernah denger Fandy ngomong kayak gitu"
"Aneh..."
"Kau membuatku malu" tukas Fandy dalam tubuh Fandy (kok rasanya aneh sih?).
"Sudah-sudah, kita pakai koin saja" usul DF. Fandy (Asha) dan Nida'an setuju.
"Aku angka" ujar Nida'an.
"Aku garuda" ujar Fandy (Asha).
DF melempar koin dan menangkapnya.

.     .     .     .     .

"Tok-tok-tok"
"Masuk"
Pintu terbuka, seorang perawat muncul "Maaf menganggu, teman-teman sekelas pasien datang menjenguk" beritahu perawat.
"Oh, persilahkan mereka masuk" ujar seorang wanita paruh baya berjilbab yang ternyata adalah ibunya Asha.
"Baik" perawat itu menghilang dibalik pintu (bukan hilang beneran). Selang beberapa detik, 5 menit muncul memasuki ruangan.
"Assalamualaikum" salam mereka berlima, oh iya Asha dan Fandy sudah tukar posisi lagi seperti semula.
"Waalaikumsalam" balas ibunya Asha "Mau menjenguk Asha ya?" tanyanya lemah lembut.
"Ya, maaf kalau mengganggu" ujar Ella.
"Tidak apa-apa, tak usah khawatir Ella" ujar ibunya Asha.
Beberapa saat kemudian (tiba-tiba kayak film Spongebob).
Ella dan Aisyah duduk berhadapan dengan ibunya Asha, Adam berdiri disamping ranjang Asha, DF berdiri tidak jauh dari ibunya Asha, tepatnya dekat jendela. Sedangkan Fandy hanya berdiri didekat pintu.
"Maaf, kami hanya bisa memberikan ini" ujar Ella sambil memberikan sekeranjang buah-buahan, beberapa uang, dan bingkisan (orang sakit dikasih bingkisan. Buat readers bayangin aja apa yang dikasih Ella, soalnya saya jarang berkunjung kerumah sakit).
"Oh tak usah repot-repot" ujar ibunya Asha.
"Jadi bagaimana keadaan Asha" tanya Ella.
Ibunya Asha tiba-tiba murung. Ella yang menyadari itu langsung minta maaf.
"Maafkan saya, maaf bila saya..."
"Nggak apa-apa, kalian mudah sekali ditipu. Hahahahaha" ibu Asha tertawa melihat Ella yang panik, sedangkan semua yang ada disana hanya sweetdrop, termasuk Asha. Tak berani melawan, hanya diam saja.
Ibu Asha berhenti tertawa, kemudian kembali seperti biasa "Kata dokter lukanya cukup parah, bahkan sampai harus melakukan operasi. Operasinya berhasil, tetapi dokter tak tahu kapan dia melewati masa kritisnya" ujar ibu Asha sedih sambil melihat tubuh Asha. Asha banyak terbalut perban dikepala, kaki, tangan, dan sisi perut kanan. Pergelangan tangan Asha dipasangi selang infus.
Ella juga ikut memandang Asha dengan tatapan sedih, begitu juga dengan Adam. Tiba-tiba Fandy dari pintu mendekati ibu Asha. Semua terkejut, termasuk Asha.
"Maaf. Karena saya, anak anda jadi terluka seperti ini" tukas Fandy sopan. Semua terkejut (lagi) kecuali ibu Asha yang hanya tersenyum lembut.
"Aku sudah dengar ceritanya. Nggak apa-apa, anak yang berani mengorbankan nyawanya untuk menolong orang lain, orang tua mana yang tidak bangga dengan itu. Pasti Asha akan baik-baik saja" ujar ibu Asha lembut, sedangkan Fandy menghela napas lega. Tanpa sepengetahuan Fandy, Asha tesenyum.
"Oh iya Asha, kita beritahu tidak bahwa kau masuk dalam tubuhku?" tanya Fandy dalam hati.
Asha tertegun mendengarnya. Benar juga ya kata Fandy "Tapi...apa ibuku akan percaya dengan hal seperti ini. Hal yang kita alami ini seperti didongeng atau film saja" ujar Asha, Fandy yang mendengarnya jadi termenung.
"Baiklah, kami sudah terlalu lama ada disini, takut menganggu Asha. Jika ada waktu, kami akan datang lagi" ujar DF.
"Tidak, tak usah sungkan untuk menjenguk Asha, dia pasti senang..." ucapan ibu Asha terhenti saat dia melihat wajah Fandy dengan teliti.
Fandy yang merasa diperhatikan bertanya "Ada apa?".
"Kau..tapi nggak mungkin..." ibu Asha menggelengkan kepala "Maaf, nama adek siapa?" tanya ibu Asha.
"Fandy, Muhammad Adi Fandy" jawab Fandy.
"Fandy..." ibu Asha tampak berpikir-pikir, seperti mengingat sesuatu yang dia lupakan.
"Ada apa bi?" tanya Ella.
"Eh!?" Ibu Asha menengok "Oh tidak apa-apa, cuma bibi seperti pernah melihat Fandy sebelumnya" ujar ibu Asha.
"Masa? Seingatku tidak pernah" ujar Fandy.
"Jadi begitu, hahahaha mungkin memang hanya perasaanku saja" ujar ibu Asha ramah.
Mereka berlima berpamitan dan keluar dari ruangan.
"Apa maksud bibi tadi?" tanya Aisyah penasaran.
"Tak tahu, tapi apapun itu aku takkan pernah menyukai orang ini" ujar Adam sambil melirik kesal Fandy.
"Hah!? Apa masalahmu!?" bentak Fandy.
"Sudah-sudah kalian berdua, jangan berantem disini. Ini rumah sakit, tak boleh berisik" lerai DF.

.     .     .     .     .

Di perjalanan pulang, saat mencari angkot...
"Oh ya Fandy, aku ingin bertanya sesuatu" ujar Asha.
"Apa" ujar Fandy ketus.
"Apakah si Sarah itu orang yang kau sukai?" tanya Asha, biasa insting cewek.
"Kenapa kau berpikiran seperti itu?" tanya Fandy.
"Tidak, cuma kalian berdua sangat dekat. Bahkan dia juga memanggilmu dengan sebutan 'Ayang Fandy'" ucap Asha.
Fandy tampak berpikir sebentar "Tidak juga, walaupun dia cabe, cantik, dan berdada besar".
"Oh begitu" ujar Asha "Jadi, apakah kau mempunyai orang yang kau sukai?" tanya Asha.
Mendengar pertanyaan Asha, Fandy tertegun sejenak. Pikirannya membawa kemasa lalu yang tak bisa dia lupakan.

"Ne, Fandy..."
"Apa?"
"Saat kita besar nanti, mari kita menikah!"
Fandy kecil yang mendengarnya merona, kemudian tersenyum.
"Ya!"

"Fandy, ada apa?" tanya Asha menyadarkan Fandy dari lamunannya. Fandy tersadar.
"Apa?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa orang yang kau suka?" ulang Asha.
Fandy terdiam beberapa saat "Tak-Tak tahu ah!!" ucap Fandy menghindar dari pertanyaan Asha.
"Hmm, ya udah. Aku juga nggak terlalu peduli" ucap Asha "Fandy, kapan-kapan berlatihlah supaya kita bisa bertatap muka tanpa harus menutup mata" ujar Asha diperjalanan.

TO BE CONTINUED

Reversed Soul Chapter 4




Hari pertama: Selesai.
Hari kedua.

Pagi ini, Fandy sedang berangkat sekolah dengan lemasnya. Setelah diberikan les privat oleh Asha semalaman, dia baru tidur jam 23.00. Dan dia baru bangun jam setengah 7. Tapi aneh, dia ternyata sudah memakai baju seragam (Baju+celana+dasi+rompi+ikat pinggang *walaupun akhirnya Fandy melepas rompi dan dasinya, seragamnya kembali dikeluarkan dari celana), bukunya pun sudah siap (taukan kerja'an siapa).
"Kiri!"
Angkot berhenti, Fandy turun dengan beberapa murid lain dari angkot. Untuk keberapa kalinya, Fandy tidak telat masuk sekolah.
"Yo-Eh!? Fandy!? Gua nggak salah lihat?" 
"Fandy!! Lu Fandy bukan!? Wah jangan-jangan ini pertanda buruk!"
"Wah Fandy! Nggak salah nih!?"
Semua murid yang berpapasan dengan Fandy terkejut dengan Fandy yang biasanya selalu telat atau bolos, kini masuk pagi. Tapi walaupun begitu, lama-lama Fandy jengah juga mendengarnya.
"Kenapa sih mereka, kayak gua nggak boleh masuk pagi aja" keluh Fandy.
"Yah, mungkin karena kau jarang masuk pagi" Asha menenangkan Fandy yang hanya mendnegus kesal sambil meludah sembarangan.

.     .     .     .     .

"TEETT...!!! TEEET...!! TEETT...!!"
Semua murid segera memasuki kelas walaupun sebenarnya tidak ingin. Tapi karena takut dengan guru killer, dan juga sebentar lagi ulangan, mau bagaimana lagi. Beberapa saat kemudian, seorang guru datang sambil membawa seberkas map.
"Assalamualaikum" salam guru itu.
"Waalaikumsalam" balas semua. Kemudian guru itu segera menduduki meja guru "Mari kita mulai ulangan hari ini" guru itu segera membagikan lembar soal ke setiap murid.
"Nah silahkan dimulai, dan...JANGAN MENCONTEK ATAU KALIAN AKAN KUHUKUM, KUCINCANG, DAN KUBUNUH DIRUANG BP!!!" seru guru itu tiba-tiba sambil memukul meja keras, sehingga membuat murid disana hanya cengo mendengarnya.
Beberapa menit setelah ujian dimulai, beberapa anak mulai gelisah. Mereka menunggu guru pengawas mereka untuk keluar. Tapi hari ini aneh. Fandy yang biasanya selalu gelisah, sekarang diam saja sambil mengerjakan soal. Teman-temannya terheran-heran melihatnya. Tapi...
Sebenarnya...
Bahasa Indonesia.
"Asha, yang ini apa jawabannya?"
"Lihat dong, akhirannya a-b-a-b atau bukan?"
Matematika.
"Asha, ini cara ngitungnya gimana?"
"Pake rumus Ï€r2" 
IPA.
"Hubungan yang saling menguntungkan namanya Simbiosis Mu...Mu...Mutu...Muturalis..."
"Mutualisme"
Bahasa Inggris.
"Jawabannya eat atau eated ? Gw bingung"
"Nggak ada yang bener. Soal ini memakai teks yang menggunakan past tense, jadi pakai verb 2 dari eat, yaitu ate"
IPS.
"ASEAN dibentuk di...di Bang..Bang..."
"Bangkok"
...dan seterusnya Fandy selalu bertanya kepada Asha sepanjang ulangan.
Dan 7 hari berlalu, hari kedelapan... (kecepetan!)
Hari ini sedang pembagian nilai ulangan yang dilaksanakan minggu lalu.
"Emm berikutnya, Muhammad Adi Fandy, bisa kesini sebentar nggak"
Fandy segera maju kedepan "Ya ada apa bu?"
"Kamu benar-benar tidak nyontek bukan?"
"Ya nggak lah, kan ibu sendiri yang disamping saya"
"Benarkah?"
"Tentu saja"
"Tapi kenapa..." ibu guru itu segera menunjukkan nilai ulangan Fandy "...kau bisa mendapatkan nilai 8"
Fandy agak terkejut dengan nilainya, syukurlah akhirnya dia dapet nilai 8, biasanya paling tinggi 4. Tapi dia segera menyanggah tuduhan ibu guru.
"Tentu saja tidak, lagi pula apa salahnya saya mendapatkan nilai 8?"
"Jangan banyak alasan, pokoknya sekarang kamu remedial"
Dan saat waktu istirahat, Fandy mengerjakan ulangan diruang guru dan dikelilingi oleh 9 guru (2 guru biasa + 7 guru killer) yang mengawasi Fandy. Tapi saat dinilai, nilai Fandy tetap saja bahkan naik menjadi:
Bahasa Indonesia: 8 menjadi 8,7
Matematika: 6,9 menjadi 7
IPA: 7 menjadi 7,5
Bahasa Inggris: 7 menjadi 8 (Dah 4 mata pelajaran utama dulu, males ngetik)
"Ini tidak mungkin"
"Bagaimana bisa?"
"Apakah ini sebuah pertanda?"
"Seorang murid bermasalah seperti Fandy..."
Disaat para guru berkerumun membicarakan nilai Fandy yang impossible, Fandy segera pergi dari ruang guru.
"Kasihan sekali kau Fandy, nilaimu tidak dipercaya" ejek Asha
"Berisik ah, gua mau jajan dulu..."
"TEET!! TEET!! TEET!!"
Kasihan sekali kau, Fandy

.     .     .     .     .

"AAARGHH SIALL!! GUA KEHILANGAN WAKTU ISTIRAHAT GUA!!"
Saat ini semua murid sedang keluar dari gerbang untuk pulang, termasuk Fandy. Karena dia bukan berbicara tidak hanya Asha, tetapi juga teman sebelahnya, Fahmi.
"Lagipula, gua juga nggak nyangka lu dapet nilai segede itu" ujar Fahmi.
"Bangsat lu" sewot Fandy. Tiba-tiba dari arah belakang, seorang perempuan berlari kearah Fandy dengan memakai baju seragam SD yang ditempeli logo OSIS dan 2 kancing atasnya terbuka sehingga terlihat dada besarnya (E-cup) yang boing-boing karena berlari. Dia segera melompat kearah Fandy dan memeluknya.
"Fandy~, selamat ya nilaimu bagus" ujar perempuan itu sambil terus memeluk Fandy dari belakang, sehingga Fandy merasakan dada perempuan itu semakin tertekan kepunggungnya (author: *mimisan tingkat tinggi*).
"Ah...iya...makasih Sarah" ucap Fandy dengan muka merona karena dada besar perempuan yang dipanggil Sarah (author: *pergi kerumah sakit karena kehilangan banyak darah*).
"Ayang Fandy, traktiranya dong~" ujar Sarah sambil mengelayut manja (*Faurizka yang sedang membaca* Woi Arya otak bokep!! Gua nggak kayak gitu sifatnya!! Cabe sih cabe!! *ngelempar boneka teddy bear edisi terbaru warna coklat minat hubungi 08xx-xxxx-xxxx).
"Oh...eh..." Fandy tergagap gagap, tapi tiba-tiba seseorang menepuk Fandy dari belakang. Fandy menengok, ternyata Ella dan Adam.
"Fandy, lu mau ngasih sumbangan gak?" tanya Ella.
"Lha, buat apa?" tanya Fandy.
"Hari ini kita sekelas mau menjenguk Asha. Anak kelas lain kayak Adam, Sabil, dan yang lain juga ikut. Kalo lu mau ikut nggak apa-apa" jelas Ella.
"Hey Fandy, mereka mau menjenguk gua ya? Ikut aja geh" bujuk Asha didalam diri Fandy.
"Hah, tapi..."
"Ayolah, Fandii~" bujuk Asha lebih dalam. Akhirnya Fandy nyerah.
"Baiklah" Fandy segera memberitahu Ella "La, gw ikut"
"Eh!? Oke kalau begitu, lu jangan pulang dulu" ujar Ella sembari meninggalkan Fandy sendiri dan Adam mengikuti Ella.
"Ayang Fandy, kenapa kau ikut~" tanya Sarah yang ternyata masih ada disini, sedangkan Fahmi sudah pulang lebih dulu.
"Hm? Nggak napa-napa" ujar Fandy sembari meninggalkan Sarah menuju ke kantin, sedangkan Sarah yang ditinggalkan  hanya melihat Fandy dengan muka penuh tanda tanya.

TO BE CONTINUED

Reversed Soul Chapter 3




Sebelumnya:
"Siapa?"
Fandy yang terkesiap menoleh ke kanan kiri depan belakang, untuk menemukan siapa yang menyahut tadi.
"Tch, setelah kau ku selamatkan, sekarang sikapmu seperti itu. Laki-laki memang menyebalkan"....
..."Apa kau tak mengerti apa yang terjadi. Apa saja yang kau lihat, aku juga melihat nya"
"Jadi"
"Aku berada di dalam tubuh mu!...."
"TIDAK MUNGKIN!! TERNYATA INI BENERAN TERJADI!!" teriak jiwa Fandy histeris....
"Bisakah kau tutup mulutmu! Gua ingin tidur siang!" bentak Fandy, yang membuat Asha langsung terdiam.
"O-Oke..." ujar Asha.

REVERSED SOUL CHAPTER 3
Happy Reading :D
Saat ini Fandy tengah tidur siang setelah sebelumnya dia mengganti baju seragamnya dengan baju kaos oblong (yang membuat Asha langsung nosebleed *digeplak). Sedangkan Asha yang didalam tubuhnya Fandy tak bisa berbuat banyak.
"Bosannya" batin Asha "Lapar lagi" lanjutnya.
"Kau lapar?"
"Eh!?" Asha terkesiap mendengarnya.
"Fandy, kau belum tidur?" tanya Asha.
"Aku tak bisa tidur gara-gara ocehanmu itu. Lagi pula aku lapar" Fandy bangkit dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar, menuju meja makan.
"Oh Fandy, tidurmu cepat sekali" sapa ibunya di ruang keluarga saat Fandy melintas.
"Aku lapar" balas Fandy. Sesampainya disana Fandy membuka tudung sajinya. Disana tersaji nasi putih, orek tempe, sambal terasi, dengan sayur bayam (Hmmm...kesukaan author tuh *ngiler bagaikan air terjun Niagara *diceburin readers ke sungai Mahakam). Fandy segera mengambil piring, mengambil nasi beserta lauk pauk, kemudian berdo'a.
"Selamat makan. Bu! Makan!" ujar Fandy selepas do'a.
"Ya!" sahut ibunya.
Fandy segera makan, sesuap demi sesuap masuk kedalam mulutnya.
"Uwaaa!! Enak!!"
"Eh!?"
Fandy agak terkejut mendengarnya "Kau-kau bisa merasakan makanannya?" tanya Fandy ragu-ragu.
"Tentu, tapi sambalnya banyak sekali, jadi kumohon dikurangi" mohon Asha karena mulutnya kepedasan.
Fandy sebenarnya punya 1002 alasan untuk menolak permohonan Asha, tapi entah kenapa dia menurutinya.
"Terima kasih" tukas Asha, sedangkan Fandy hanya bisa mendelik kesal.

.     .     .     .     .

"Bu, aku main dulu"
"Ya"
Fandy segera bergegas memakai sendal dan pergi keluar.
"Eh!? Saat panas-panas begini kau pergi keluar?" tanya Asha, karena Fandy pergi bermain disaat siang panas terik ini, yang bisa membuat telur matang hanya dalam 3 menit (itu hoax).
"Iya, kenapa?" tanya Fandy dingin. Asha langsung berdigik mendengarnya. Menyadari Asha terdiam, Fandy hanya ketawa bego.
"Maaf becanda, gua biasa main jam segini" balas Fandy.
"Tapi disiang panas seperti ini?" tanya Asha.
"Tenang aja, gua nggak panas-panasan kok"
"Lha, kok bisa"

Beberapa menit kemudian...

"Sudah kuduga akan jadi begini"
Saat ini Fandy ada di warnet. Warnet!! Dan sekarang Fandy sedang bermain Point Blank.
"Ke warnet cuma untuk bermain game" dengus Asha.
"Cerewet ah...Yah kalah, lu sih!!" bentak Fandy, sedangkan Asha hanya sweetdrop. Dia yang kalah tapi menyalahkan orang lain, batinnya. Dan beberapa orang di warnet pada menatap Fandy, karena dia tidak lewat hati saat berbicara dengan Asha.
"Dari pada main game, mending kau cari tahu penyelesaian masalah yang terjadi pada kita" ujar Asha.
"Ntar aja" tukas Fandy, sedangkan Asha hanya bisa mendecak kesal.
"Nanti kalau aku berada didalam tubuhmu terus gimana?" 
"Gak apa-apa, gw seneng kok lu disini terus"
Asha yang mendengar itu langsung blushing "Fandy, apa maks..."
"Diem ah, gw mau mulai nih"
Andaikan dia berwujud, Asha ingin sekali menendang kepala Fandy.

.     .     .     .     .

"Hah, waktu diwarnet selalu cepat berlalu"
"Kau saja keasyikan main" tukas Asha "Jadi, kau mau kemana lagi"
"Main Futsal"
"Habis itu?"
"Sholat"
"Kemudian?"
"Emm..pulang?"
"Habis itu?"
"Mandi, makan, kewarnet lagi"
"Kemudian?"
"Tidur"
Asha hanya sweetdrop mendengar jawaban Fandy "Sudah kuduga kau lupa".
"Hah!? Memangnya kenapa?"
"Besok kan ulangan"
"Terus?"
"Lu nggak belajar!!??" seru Asha kehabisan kesabaran, sehingga membuat telinga Fandy sakit.
"Ah, tinggal nyontek, gitu doank geh repot" jawab Fandy seenaknya.
Asha tidak percaya dengan jawaban Fandy. Tapi memang benar sih, kalau dikelas mereka sedang ulangan, cuma Fandy dan teman bejad yang lain yang melempar-lempar kertas, membuka kitab (baca:buku pelajaran) diam-diam, dan ribut.
"Nggak boleh, kau tidak boleh ke warnet. Nanti malam akan ku ajari kau belajar" ujar Asha.
Fandy nggak percaya dengan omongan Asha. Nggak ada air, api, tanah, udara (Avatar :v) tiba-tiba ada yang melarang dia ngelakuin sesuatu.
"Hah!? Belajar!? Nggak mau males, lagi pula lu siapa melarang-larang gua?" tolak Fandy.
"Tch awas ya kau"
"Hah, memang kau bisa..."
"DEG!"
Tiba-tiba Fandy merasakan sensasi yang sama seperti saat tadi siang. Kemudian saat dia sadar, dia menyadari bahwa dia sekarang berada dialam bawah sadar.
"Hey Asha! Apa yang terjadi!? Padahal gua nggak nutup mat-Eh!?" Fandy terkesiap saat melihat wujud Asha tapi dengan mata tertutup.
"Hey! Ada apa ini!?" tanya Fandy panik.
"Hehehe, tenang aja" Asha mulai buka suara "Kita cuma bertukar posisi doank. Sekarang aku yang mengendalikan tubuhmu. Wah, ada fenomena gaib diselangkanganku" ujar Asha.
"Jangan dilihat!!" seru Fandy "Baiklah, aku akan belajar nanti malam" ujar Fandy.
"Benarkah?"
"Iya"
"Baiklah"
"DEG!"
Fandy tiba-tiba kejatuhan kesadaran, dan akhirnya mereka berdua bertukar posisi lagi.
"Hah, dasar merepotkan" keluh Fandy "Mulai sekarang gua harus lebih berhati-hati lagi" batinnya

TO BE CONTINUED