Tuesday 19 April 2016

Z Junior Highschool (Part 21).


   Selamat malam dan selamat hujan-hujanan!! Brrrr...!! :v

   Nggak yakin bisa selesai malam ini, tapi biarkan saja~ aku tak mengapa~ (eh kok malah nyanyi). Oh ya, sudut pandangnya berubah, bukan sebagai Ardhika lagi.

   Oke lanjut saja.


  
SELAMAT MEMBACA


   "DUUUUUAAAAAAAAAAARRRRGGGHHHHHHHH..............!!!!!!!!!!!!!!!!!"

   Suara ledakan terdengar kearah penjuru arah, kemudian disusul oleh ledakan kedua yang disebabkan oleh bus yang terbakar.

   "DUUUAAAAAAAAARRRRRGGGHHHH...........!!!!!!!!!!!!"

   Angin hasil ledakan dan getaran yang ditimbulkan membuat kami sempat terpental beberapa meter. Bahkan Fitria, Najwa, Choki, dan Niam terjatuh. Beberapa benda seperti besi dll telempar oleh ledakan dan jatuh kepenjuru arah.

   "Awas!" peringat Febri yang masih mengendong Agung yang masih pingsan.

   "BRUK" "BRUK" "BRUK" "BRUK"

   Suara benda yang berjatuhan dimana-mana terdengar. Semuanya berusaha menghindar dari bahaya. Tapi sayang, karena terlambat menyelamatkan diri, Niam terhantam sebuah benda yang sepertinya komponen mesin bus dikepalanya. Niam tewas seketika.

   "Niam!" pekik Diaz. Semuanya terkejut. Ardhika dan Raihan menghampiri jasad Niam.

   "Dia langsung tewas. Mengerikan" ujar Raihan "Maaf, terima kasih atas bantuanmu selama ini" ujar Ardhika sambil mengambil tas dan senjata Niam, kemudian memberi hormat kepada jasad Niam. Raihan melakukan hal yang sama.

   "Kalian berdua, awas!" peringat Choki saat benda-benda dari ledakan mulai berjatuhan lagi.

   Ardhika dan Raihan segera menyingkir dari sana, dan mereka ber-tigabelas lari dari sana.

   "Sepertinya sudah aman" ujar Fitria.

   "Bau apa ini?" tanya Enggar sambil menutup hidungnya.

   "Bau ini....bau bensin" ujar Najwa. Ardhika tampak bingung, dia mencari Ubadi yang baru dikenalnya. Tapi dia tidak menemuinya.

   "Oh iya, kakak Fajar sama kakak Nuansha mana?" tanya Rika yang menyadari tidak ada Fajar dan Nuansha. Semua yang mendengar perkataan Rika juga menyadarinya.

   "Benar juga, jangan-jangan mereka..." terka Galih.

   "Tadi sekilas aku lihat mereka berdua ada disisi lain SPBU, jika mereka melarikan diri dari ledakan itu, mereka pasti menuju kearah hutan itu" ujar Raihan sambil menunjuk hutan diluar jalan tol.

   "groo...oo...uu..."

   Semuanya memasang mode siaga. Karena ledakan itu, semua zombie diarea ini terpancing kearah SPBU.

   "Bagaimana ini?" tanya Diaz.

   "Tak ada pilihan lain, kita terobos paksa. Malam juga semakin larut" ujar Taufik.

   "Tapi kak Nuansha dan kak Fajar..." ujar Rika hampir terisak. Fitria menenangkannya.

   "Tak usah khawatir" ujar Taufik ikut menenangkan Rika "Bila mereka berdua selamat, pasti mereka akan menuju kearah yang sama. Nanti kita akan bertemu kembali di tol Bitung ya"

   Rika sedikit terisak sebelum akhirnya mengangguk.

   "Baiklah, ayo!!"


.     .     .     .     .  


   Disebuah hutan, tak jauh dari ledakan. 2 orang tergeletak ditanah dengan 1 orang tak jauh dari mereka berdua. Mereka adalah Fajar, Nuansha, dan pemimpin perampok yang tadi mereka lawan.

   "Ukh...dimana..." sepertinya Fajar tersadar dari pingsannya. Pertama dia melihat kesekelilingnya, pandangannya menangkap sosok Nuansha disampingnya dan pemimpin perampok yang tak jauh dari mereka.

   "Apa yang terjadi?" Fajar mengingat-ingat. Kemudian dia ingat, dia bertarung dengan pemimpin perampok, Nuansha yang menyelamatkannya, dan SPBU yang tiba-tiba terbakar dan meledak.

   "Sssh...sakitnya....."

   Fajar menengok kearah suara. Nuansha sudah tersadar dari pingsannya.

   "Uh...Oh Fajar, apa yang terjadi?" tanya Nuansha saat melihat Fajar.

   "Kau melupakannya?" Fajar balik bertanya.

   Nuansha tampak berpikir, sebelum akhirnya mengingat apa yang terjadi tadi.

   "Oh iya, kita tadi berlari dari ledakan SPBU itu! Dan juga pemimpin perampok itu...." Nuansha melihat kearah sosok pemimpin itu, begitu juga Fajar.

   Fajar mendatangi tubuh itu. Untung dia hanya sakit ditubuh saja dan beberapa luka kecil. Dia mencoba membangunkannya. Keadaan pemimpin perampok itu sangat acak-acakan, dikepalanya terdapat luka seperti terkena benturan. Fajar yang tak mendapat respon memeriksa denyut nadinya.

   "Dia sudah meninggal" ujar Fajar datar tanpa menoleh. Sedangkan Nuansha menutup mulutnya tak percaya. Dalam 2 hari ini dia selalu melihat kematian orang, tentu saja membuat dia terguncang.

   "Ayo pergi, kita susul yang lain" ujar Fajar sambil meraih Ithaca-nya yang terlepas dari bahunya. Nuansha hanya menurut dan mencoba berdiri dengan bantuan kedua tangan, tapi tiba-tiba dia meringis kesakitan.

   "Adaaaw..!! Ish...sakitnya!" keluh Nuansha.

   "Ada apa?" tanya Fajar mendengar ringisan Nuansha.

   Nuansha kaget mendengar Fajar "Eh...anu...tanganku cuma terkilir mungkin..."

   Fajar menghampiri Nuansha "Mana, coba ku..." ucapan Fajar terputus saat melihat lengan Nuansha. Lengannya banyak mengeluarkan darah, mungkin terkena apa saat terpental saat ledakan terjadi.

   "Hey! Kau nggak nyadar lenganmu terluka!?" ujar Fajar panik.

   Nuansha yang mendengarnya langsunng mengarahkan pandangannya kelengannya. Matanya terbelalak.

   "Ah iya, pantas sakit dan perih ya, hahahahaha" ujar Nuansha sambil tertawa untuk mencairkan suasana, tapi Fajar tidak menanggapinya. Dia mengambil tisu dari tasnya dan melapisi luka Nuansha dengan tisu untuk menghentikan pendarahannya (dia nggak bawa betadine). Kemudian untuk mengeratkannya, dia melepas dasinya dan mengikat dilengan Nuansha sebagai pelapis tisu.

   "Dah, semoga ini bisa membantu. Nanti saat kita bertemu semuanya, mintalah Choki untuk memeriksanya" ujar Fajar "Ayo, kau masih bisa jalan kan?" tanyanya.

   Nuansha mencoba berdiri dengan bantuan Fajar "Masih kok" jawabnya, dia hendak mengambil PINDAD SS2 Assault Riffle-nya, tapi ternyata senapan itu sudah hancur, mungkin karena terbanting. Mereka hendak kembali ke SPBU tapi diurungkan saat melihat kobaran api yang membakar seluruh area SPBU, bahkan sampai kesekitarnya.

   "Ini buruk. Fajar, bagaimana kita lewat?" tanya Nuansha.

   "Kita lewat jalan lain" ujar Fajar. Tapi baru selangkah mereka berjalan, terdengar suara yang mencekam dan membekukan darah.

   "groo...oouu...uu...."

   Fajar dan Nuansha memasang mode siaga. Fajar menyalakan senter karena dihutan sangat gelap. Terpampanglah zombie berjumlah 10-15 mengarah kearah mereka berdua.

   "Kita harus lari" ujar Fajar. Mereka berdua berlari, menyusuri hutan dengan bermodalkan sebuah senter.

   "Fajar. aku melihat sekumpulan cahaya. Sepertinya disana adalah perumahan penduduk" ujar Nuansha.

   "Kerja bagus" Fajar dan Nuansha segera berlari kearah sana. Alasan kenapa Fajar memilih pergi kesana karena mereka berdua harus keluar dari hutan yang cukup berbahaya dan gelap. Dan disana walaupun resiko bertemu zombienya lebih besar, tapi lebih mudah karena penerangan yang membantu mereka (mungkin masih ada yang ingat insiden padamnya listrik diplaza. Itu hanya terjadi dikawasan Balaraja). Juga ada kemungkinan disana ada jalan untuk kembali ke jalan tol.

   Fajar dan Nuansha akhirnya keluar dari hutan, mereka memasuki kawasan kebun. Rupanya mereka sampai di halaman belakang sebuah rumah. Fajar melihat ada sebuah rumah pohon di sebuah pohon besar.

   "Nuansha, kita akan naik kesana. Ada rumah pohon disana" ujar Fajar, yang disambut anggukan Nuansha. Mereka menuju kesana.

   "Kau duluan" ujar Fajar sesampainya disana. Nuansha menaiki tangga dengan sedikit hati-hati, karena dia hanya menggunakan satu tangan. Sesampainya Nuansha diatas, Fajar hendak naik, tapi tiba-tiba dari arah kebun 2 zombie melintas. Tapi untungnya zombie itu berjalan lurus kehutan, sepertinya kearah sumber ledakan. Karena ledakan di SPBU, pasti zombie disekitar SPBU terpancing kesana. Fajar akhirnya sampai diatas.

   "Akhirnya!" ujar Fajar, kemudian duudk sambil merenggangkan tubuhnya.

   "Jar, sampai kapan kita disini?" tanya Nuansha.

   Fajar menoleh "Sampai esok pagi. terlalu berbahaya berjalan saat malam begini. Tidurlah dahulu" jawab Fajar. Nuansha hanya mengangguk, kemudian mengeluarkan snak dari tasnya.

   "Makan dulu, walaupun tidak membuatmu kenyang, tapi tak apa untuk mengisi perut" ujar Nuansha. Sedangkan Fajar yang melihatnya hanya cengo. Disaat mereka dirampok, masih sempatnya dia memasukkan snak dan cemilan kedalam tasnya. Mereka berdua makan bersama-sama, walau Fajar hanya makan 5 suap, sisanya Nuansha (ebusyet rakus amat nih cewek :v).

   "Baiklah, sekarang lebih baik kau tidur" ujar Fajar.

   "Kamu sendiri?" tanya Nuansha.

   "Aku akan berjaga sebentar, kemudian baru tidur" jawab Fajar. Nuansha hanya menurut dan berangkat tidur.

   Detik, menit, dan jam berlalu. Fajar belum juga merasa ngantuk.

   "Ya ampun, dinginnya" keluh Fajar.

   "Ya, dingin sekali malam ini"

   Fajar terkejut, dia menengok kebelakang. Nuansha membalas tatapannya dengan senyum.

   "Kau belum tidur?" tanya Fajar.

   "Habis gimana, dingin seperti ini, brrrr..." ujar Nuansha sambil meringkuk. Menyesal saat diplaza dia tidak membawa jaket.

   Tiba-tiba Nuansha merasa ada yang menyelimutinya. Saat Nuansha melihatnya, ternyata adalah seragam Fajar. Fajar sendiri sekarang hanya memakai kaos oblong yang sudah dipakai sebelum memakai seragam.

   "Nggak terlalu membantu sih, tapi aku cuma membantu" ujar Fajar tanpa menatap Nuansha, sednagkan Nuansha yang melihatnya hanya tertawa kecil.

   "Nggak apa-apa, lagi pula bukannya kau sendiri nambah kedinginan?" tanya Nuansha khawatir.

   "Aku? Nggak usah khawatir, aku malah merasa panas sekarang" ujar Fajar. Ya panas, karena kini dia sadar dia bersama Nuansha hanya berdua. Sekarang mereka berdua berdempetan untuk menghangatkan diri sambil bersandar pada dinding rumah pohon, membuat muka Fajar semakin panas.

   "Ne, Fajar..." panggil Nuansha.

   "Apa?" jawab Fajar.

   "Dari sekolah kau belum mandi sama sekali?" tanya Nuansha.

   Jleb! Terasa ada pisau tak terlihat menusuk hati Fajar. Mukanya langsung merah padam.

   "Ya-iya..." jawab Fajar gugup.

   "Hahahaha! Kau lucu sekali!" ujar Nuansha sambil tertawa. Sadar Nuansha hanya menggoda dirinya, Fajar hanya mengepalkan tangannya.

   "Sudah, cepat tidur"


TO BE CONTINUED

   

   

   

No comments:

Post a Comment